peningkatan  dikarenakan  pasir  yang  semakin  berkurang  dan  daya  ikat  resin  epoksi  yang berpengaruh pada komposisi campuran bahan.
Pada sampel B komposisi 80:20 – 60:40 terjadi penurunan dikarenakan limbah pulp
dregs  yang  juga  semakin  bertambah,  kemudian  terjadi  peningkatan  pada  komposisi  55:45 dikarenakan  bahan  yang  tidak  tercampur  dengan  merata  menyebabkan  resin  epoksi  kurang
mengikat dengan baik pada saat pencetakan..
4.2 Karakteristik Sifat Mekanik
4.2.1 Pengujian Kuat Impak
Besarnya  nilai kuat impak terhadap komposisi  campuran pasir,  limbah pulp  dregs dan resin epoksi
Tabel 4.7 Pengujian Kuat Impak Dengan Resin Epoksi 25 gr
Sampel Lebar
b m
Tebal d
m Luas
A m
2
Energi Es
J Impak
Is kJm
2
A1 0,02
0,01 0,0002
0,414 2,073
A2 0,019
0,01 0,00019
0,411 2,163
A3 0,019
0,01 0,00019
0,434 2,286
A4 0,02
0,01 0,0002
0,531 2,657
A5 0,019
0,01 0,00019
0,447 2,354
A6 0,02
0,01 0,0002
0,390 2,055
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Pengujian Kuat Impak Dengan Resin Epoksi 30 gr
Sampel Lebar
b m
Tebal d
m Luas
A m
2
Energi Es
J Impak
Is kJm
2
B1 0,02
0,01 0,0002
0,378 1,992
B2 0,019
0,01 0,00019
0,486 2,432
B3 0.02
0,01 0,0002
0,521 2,744
B4 0,02
0,01 0,0002
0,514 2,705
B5 0,019
0,01 0,00019
0,495 2,608
B6 0,019
0,01 0,00019
0,467 2,461
Dari data pengujian impak yang diperoleh pada tabel di atas yaitu pada sampel B3 merupakan nilai impak maksimum dengan nilai 2,744 kJm
2
dan pada sampel B1 merupakan nilai kuat impak minimum yaitu 1,992 kJm
2
.
Gambar 4.5 Grafik hubungan antara kuat impak dengan komposisi sampel Berdasarkan  grafik  diatas  dapat  dilihat  bahwa  nilai  kuat  impak  maksimum  dari
sampel  A  dengan  komposisi  65:35  yaitu  sebesar  2,657  kJm
2
.  Sedangkan  pada  sampel  B nilai  kuat  impak  maksimumnya  terdapat  pada  komposisi  70:30  yaitu  sebesar  2,744
kJm
2
.Untuk nilai kuat impak minimum pada sampel Aterdapat pada komposisi 55:45 yaitu
0,5 1
1,5 2
2,5 3
80:20 75:25 70:30 65:35 60:40 55:45 K
u a
t Im
p a
k kJ
m2
Komposisi Sampel gr
resin epoksi 25gr resin epoksi 30gr
Universitas Sumatera Utara
sebesar 2,055 kJm
2
.Sedangkan pada  sampel B  nilai kuat impak  minimumnya terdapat pada komposisi 80:20 yaitu sebesar 1,992 kJm
2
. Pada sampel A dari komposisi 80:20
– 65:35, setiap penambahan limbah pulp dregs menyebabkan  peningkatan  pada  nilai  kuat  impak.  Hal  ini  karena  komposisi  resin  yang
terdapat  rongga antar komponen dengan penambahan  limbah pulp  dregs ke dalam benda uji mengakibatkan  terisinya  rongga  tersebut  sehingga  meningkatkan  nilai  kuat  impak  pada
sampel. Tetapi pada komposisi 60:40 – 55:45 terjadi penurunan dikarenakan daya ikat resin
yang melemah karena komposisi pasir yang semakin berkurang. Pada  sampel  B  dari  komposisi  80:20
– 70:30 terjadi peningkatan nilai kuat impak, sama  halnya  seperti  sampel  A  setiap  penambahan  limbah  pulp  dregs  menyebabkan
peningkatan pada nilai kuat impak, tetapi pada komposisi 65:35 – 55:45 terjadi penurunan
disebabkan oleh penurunan komposisi pasir yang kurang menutupi rongga antar komponen. Komposisi  yang  tepat  untuk  beton  polimer  yang  baik  yaitu  pada  nilai  kuat  impak
tertinggi, dalam hal ini secara keseluruhan nilai kuat impak tertinggi terdapat pada sampel B dengan  komposisi  70:30.Dapat  kita  lihat  bahwa  nilai  kuat  impak  pada  resin  epoksi  30  gr
lebih  baik  dari  pada  resin  epoksi  25  gr  karena  daya  ikat  resin  epoksi  30  gr  lebih  baik  pada saat pencetakan. Pengaruh proporsi bahan penyusun dan kehomogenan dari campuran bahan
juga menjadi alasan hasil uji kuat impak pada beton polimer yang dihasilkan.
4.2.2 Pengujian Kuat Lentur