terbentuk dalam kerja sama pada pengembangan perkebunan dengan sistem pola perkebunan inti rakyat merupakan jaringan meso, karena pihak yang terlibat dalam
kerja sama ini hanya berinteraksi hanya dalam urusan pekerjaan saja. Jaringan sosial yang terbentuk dalam penjualan hasil perkebunan sama dengan jaringan sosial pada
pengelolaan dan pembagian hasil perkebunan. Jaringan sosial yang terbentuk melibatkan tiga pihak yaitu pihak petani
plasma, KUD, dan perusahaan inti. Jaringan sosial yang terbentuk antara petani plasma dengan pengurus KUD merupakan jaringan mikro, karena pengurus KUD
juga merupakan masyarakat desa Mahato Timur dan sesame petani plasma sehingga hubungan mereka secara terus-menerus setiap hari. Sementara jaringan sosial yang
terbentuk antara petani plasma dengan perusahaan inti merupakan jaringan meso dimana hubungan mereka terjadi hanya yang berkaitan dengan pekerjaan atau usaha
pengembangan perkebunan kelapa sawit.
4.4.2 Rasa Percaya antara Petani Plasma, KUD, Dan Perusahaan Inti
Kepercayaan adalah unsur penting dalam modal sosial yang merupakan perekat bagi langgengnya hubungan dalam kelompok masyarakat. Dengan menjaga
suatu kepercayaan, orang-orang bisa bekerja sama secara efektif. Kepercayaan akan lebih mudah muncul apabila adanya hubungan sosial resiprosikal atau timbal balik
antar pihak yang terlibat dan berkelanjutan. Adanya Trust menyebabkan mudah dibinanya kerjasama yang saling menguntungkan mutual benefit, sehingga
mendorong timbulnya hubungan resiprosikal. Hubungan resiprosikal menyebabkan social capital dapat melekat kuat dan bertahan lama. Karena diantara orang-orang
yang melakukan hubungan tersebut mendapat keuntungan timbal balik dan tidak ada salah satu pihak yang dirugikan. Dalam pengembangan perkebunan yang dikelola
Universitas Sumatera Utara
oleh Torganda, rasa kepercayaan muncul karena adanya proses interaksi sosial yang dibangun oleh semua pihak yang terlibat dalam kerja sama ini atau yang disebut
dengan kepercayaan prosesual. Rasa kepercayaan antara petani plasma dan pihak Torganda muncul karena adanya interaksi dan berjalannya interaksi dengan baik juga
meningkatkan rasa kepercayaan yang tinggi. Seperti penuturan informan Bapak Bangun Muthe:
“Pertama kali sih waktu dibilang akan ada bapak angkat terus kami akan mendapatkan uang dari bapak angkat itu saya gak percaya. Tapi
setelah berjalannya waktu dan mereka melakukan apa yang mereka katakana jadi kami percaya.”
Hal ini juga dibenarkan oleh informan S.Damanik berikut ini: “Ketika awal pembentukan pola inti rakyat,banyak dari masyarakat
desa yang kurang percaya bahkan tidak percayapun ada. Tetapi seiring berjalannya waktu dan kami melaksanakan tanggung jawab dan
pekerjaan kami maka hal ini juga dapat menimbulkan kepercayaan pada masyarakat desa yang merupakan mitra kami.”
Komunikasi yang terjadi dalam interaksi sosial pada pola inti rakyat ini juga mampu meningkatkan rasa kepercayaan diantara mereka. Didalam pola
pengembangan pekebunan rasa kepercayaan yang tinggi diantara pihak yang terlibat dalam kerja sama sangatlah diperlukan. Hal ini dikarena pertikaian atau konflik sosial
dapat muncul dengan mudah apabila menyangkut dengan ekonimi, seperti pada pengembangan perkebunan yang biasanya sering memunculkan konflik adalah pada
pembagian hasil dan pembagian lahan. Sementara untuk kepercayaan askriptif dalam pengembangan perkebunan dengan sistem inti rakyat antara petani plasma dengan
Torganda tidak ada. Dimana kepercayaan askriptif adalah kepercayaan yang timbul karena adanya ciri-ciri yang melekat pada pribadi seseorang seperti latang belakang
Universitas Sumatera Utara
kekerabatan, etnis dan keturunan yang dimiliki. Karena kepercayaan yang timbul disebabkan oleh kerja sama yang sedang dijalankan oleh petani plasma dan Torganda.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan dari hasil penelitian dan temuan data di lapangan tentang pola interaksi dalam pengelolaan perkebunan antara masyarakat desa Mahato
Timur dengan Torganda dengan sistem pola perkebunan inti rakyat. 1.
Pola pengembangan perkebunan dilakukan dengan tiga bentuk yaitu pertama pola pengembang perkebunan besar, pola pengembangan perkebunan rakyat
dan pola pengembangan perkebunan kemitraan antara perkebunan besar dan perkebunan rakyat.
2. Pola interaksi yang terdapat pada pengembanga perkebunan dengan sistem
pola inti rakyat yang dikelola oleh Torganda adalah pola interaksi asosiatif, dimana adanya kerja sama yang terjalin antara petani plasma dengan
perusahaan inti. 3.
Kerja sama dalam pengembangan perkebunan antara petani plasma dengan Torganda terjadi pada setiap tahapan. Dimana ada tiga tahapan pengembangan
pola perkebunan inti rakyat, yaitu tahapan pertama adalah tahap konstruksi, tahap kedua adalah tahap pembangunan fisik, dan tahap ketiga adalah tahap
konversi lahan. 4.
Dalam pengembangan perkebunan dengan inti rakyat pihak yang terlibat adalah petani plasma desa Mahato Timur, KUD Karya Bakti, PT.Torganda dan
perangkat desa. Interaksi yang terjadi diantara pihak yang terlibat berjalan dengan baik dan memberikan pengaruh yang positif pada proses kerja sama.
Universitas Sumatera Utara