KUD, kepengurusan KUD, penyerahan lahan, pembagian lahan dan pengelolaan lahan. Dalam mencapai kesepakatan antara kedua pihak bukanlah hal mudah,
dikarenakan banyaknya perbedaan pendapat, keinginan,dan tujuan. interaksi yang terjalin antara petani plasma desa Mahato Timur dengan
PT.Torganda dimulai dari rencana kerja sama yang menjadi kesepakatan antara petani plasma dengan perusahaan inti. Interaksi yang terjadi dalam hal penyerahan lahan dan
pembagian lahan antara petani plasma dengan Torganda terjadi secara langsung. Pada penyerahan lahan dan pembagian kontak sosial secara langsung selain itu komunikasi
antara petani plasma dengan Torganda juga terjadi lebih intens. Kontak sosial dan komunikasi yang merupakan syarat utama terjadinya interaksi sosial terlihat jelas
pada tahap ini, karena pada tahap ini walaupun melibatkan perangkat desa tetapi perangkat desa hanya berperan pada penyerahan lahan saja kepada Torganda.
Sementara untuk mencapai kesepakatan dalam pembagian lahan antara petani plasma dengan Torganda, dan pembagian lahan sesama petani plasma yang berperan
hanyalah petani plasma dan Torganda.
4.3.2 Kerja Sama Dalam Pembagian Hasil
Tahapan selanjutnya yang harus dilalui oleh pihak-pihak yang menjalin kerja sama dalam pengelolaan perkebunan dengan sistem pola perkebunan inti rakyat yaitu
kesepakatan dalam bagi hasil perkebunan. Kontak sosial secara langsung dan komunikasi yang intens terjadi dalam tahap ini. Pembagian hasil pada pengembangan
perkebunan dengan sistem pola perkebunan inti rakyat dilaksankan berdasarkan kesepakatan antara petani plasma dengan PT.Torganda. petani plasma hanya tinggal
mendapatkan hasil bersih dari lahan perkebunan milinya yang luasnya 2 hektar. Hasil keseluruhan dari perkebunan plasma digunakan oleh pihak perusahaan untuk
menutupi biaya pengelolaan, pemotongan hutang pokok dan sisanya merupakan gaji yang diberikan kepada petani plasma. Setiap bulannya, sudah ada kesepatan bersama
besaran biaya pengelolaan dan hutang pokok yang dipotong. Sehingga petani plasma tetap menerima gaji setiap bulannya. Berikut adalah besaran potongan-potongan yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh pihak perusahaan inti, yaitu: 7 untuk perusahaan inti dan KUD serta 3 untuk petani plasma. Pembagian hasil berubah berdasarkan usia tanaman, dan
masa konversi lahan. Perubahan pembagian hasil umumnya terjadi setelah masa konversi lahan, dimana petani plasma sudah mulai melakukan pembayaran hutang
pokok setelah masa konversi lahan. Kerja sama pembagian hasil pada pola pengembangan perkebunan dengan
sistem perkebunan inti rakyat yang dijalani oleh petani plasma desa Mahato Timur dengan Torganda adalah 7 : 3 sebelum konversi. Maksudnya adalah 7 untuk
perusahaan dan KUD, dan 3 untuk petani plasma. Seperti penuturan informan Derbin Purba:
“Sebelum masa konversi, bagi hasilnya 7:3. 7 untuk Torganda dan KUD dan 3 untuk petani dan setelah konversi baru dilakukan
pemotongan hutang pokok.” Penuturan informan Dernin Purna juga dibenarkan oleh informan S.Damanik
yang merupakan pekerja di PT.Torganda. Bapak S.Damanik mengatakan sebagai berikut:
“Tanaman pada usia 5-8 tahun yaitu masa sebelum konversi 7 untuk perusahaan inti, dan 3 untuk petani. Didalam yang 7 itulah semua
biaya perawatan, produksi, dan pemabayaran tenaga kerja, serta pembayaran jasa KUD sebesar 3. Tetapi setelah tanaman berusia 9
tahun dan dilaksanakan konversi maka pemotongan hutan pokok dilakukan.”
Dalam proses penerimaan hasil perkebunan plasma, petani plasma tidak langsung berhubungan dengan pihak perusahaan inti yaitu Torganda. Pihak
perusahaan inti menyerahkan hasil perkebuan kepada koperasi Karya Bakti, dan KUD yang berhubungan langsung dengan petani plasma dalam penyerahan gaji. Petani
plasma setiap bulannya mendatangi pengurus KUD bila mau mengambil uang bapak angkat. Sepeti penuturan informan Daniel Tarigan yang merupakan pengurus KUD:
Universitas Sumatera Utara
“Untuk uang bapak angkat, kami pengurus KUD yang langsung berhubungan langsung dengan Torganda. Baru setalah itu petani
plasma datang kekami dan mengambil uang bapak angkatnya. Kalo tanggal penerimaannya gak tetap, kadang diawal kadang diakhi bulan.
Paling kalo udah datang uangnya yah kami baru informasikan kepada petani plasma dan sesama petani plasma saling memberitahu juga bila
uang datang uang bapak angkat. Tetapi udah pastilah setiap bulan ada, tanggalnya aja yang gak pasti.”
Kerja sama juga terjadi pada penjualan hasil perkebunan kelapa sawit. Dalam penjualan hasil perkebunan kelapa sawit juga telah melakukan kesepakatan diantara
petani plasma dengan pihak perusahaan inti. Pada pengembangan perkebunan dengan sistem pola perkebunan inti rakyat, hasil dari perkebunan dijual kepada perusahaan
inti. Sehingga perusahaan inti memiliki tanggung jawab dalam pembelian seluruh hasil perkebunan plasma, dan petani plasma tidak lagi kesusahan dalam menjual hasil
perkebunan kelapa sawitnya. Seperti penurturan informan ibu Mika Sipayung: “Torganda yang mengolah kebun bapak angkat itu, semuanyalah
Torganda. Dari perawatan, panen, sampe dijualpun ke Torganda. Torganda kan juga punya PKS sendiri, jadi semua bauh sawit dari
kebun bapak angkat ke PKS Torganda dijual.” Sehingga dalam aturan pegembangan perkebunan dengan sistem pola
perkebunan inti dimana perusahaan inti memiliki kewajiban untuk membeli hasil perkebunan plasma.dan pada kerja sama pola perkebunan inti rakyat ini perusahaan
inti yaitu Torganda telah menjalankan kewajibannya dalam pembelian hasil perkebunan plasma.
Kerja sama yang terjadi dalam suatu kelompok sosial dapat meliputi berbagai apek kehidupan masyarakat, baik itu kerja sama dalam aspek pekerjaan, sosial,
agama, pendidikan dll. Sama halnya dengan kerja sama dalam pengelolaan perkebunan inti rakyat ini, kerja sama yang terjalin meliputi berbagai hal seperti kerja
Universitas Sumatera Utara
sama dalam penyerahan lahan, pembagian lahan, pengelolaan lahan, pembagian hasil, dan penjualan produk pertanian. Keberhasilan suatu kerja sama haruslah didukung
oleh beberapa faktor, salah satunya adanya kontak sosial seperti pertemuan antara pihak yang menjalin kerja sama. Dengan adanya pertemuan antara kedua belah pihak
yang menjalin kerja sama juga dapat meningkatkan hubungan kerja sama tersebut. Seperti penuturan informan derbin tondang sebagai berikut:
“Awal pembentukan perkebunan inti rakyat ini, kami sering melakukan pertemuan dengan pihak torganda. Mereka menjelaskan
tentang perkebunan inti rakyat, memang PIR udah ada didesa lain tapikan kami masih kurang paham kali jadi dijelaskanlah sama orang
itu. Pertemuan awal itu juga membahas tentang pembagian lahan, terus pembagian hasil sama cara pengelolaannya. Karnakan semuanynya
dikelola oleh torganda mulai dari pembukaan lahan sampe perawatan. Karyawannya saja mereka yang menyediakan. Kami hanya terima
hasilnya aja lah. Hingga pertemuan pada penyerahan lahannya. Tapi ketika belakangan ini kami jarang melakukan pertemuan yah pihak
KUDlah yang berhubungan langsung ke Torganda. Baru kami kepihak KUD kalo pas ambil “gaji”.”
Dengan adanya pertemuan antara pihak yang menjalin kerja sama juga dapat meningkatkan komunikasi diantara pihak yang terlibat dalam kerja sama. semakin
sering pertemuan yang terjadi diantara pihak yang terlibat kerja sama juga mampu meningkatkan komukasi diantara mereka. Hal ini juga memberikan dampak pada
kualitas kerja sama, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
4.3.3 Pola Interaksi Disosiatif Pada Petani Plasma Desa Mahato Timur Dengan