seperti dalam hal pengetahuan akan penanaman dan perawatan tanaman, pembukaan lapangan pekerjaan, serta peningkatan pendapatan. Sementara untuk dampak
negatifnya hanya sebatas permasalahan lingkungan saja. Hal seperti ini juga dirasakan masyarakat desa Mahato Timur khususnya setelah bergabung menjadi petani plasma
pada sistem pengelolaan perkebunan dengan sistem pola PIR yang diterapkan oleh PT. Torganda.
Pengembangan perkebunan dengan sistem perkebunan inti rakyat mampu memberikan dampak positif kepada petani kelapa sawit desa mahato timur. Dimana
tidak hanya pada segi pendapatan tetapi juga pada segi pengetahuan. Secara langsung kehadiran Torganda mampu meningkatkan pendapatan masyarakat terutama petani
plasma mengenai pengelolaan perkebunan kelapa sawit PT.Torganda pada awal pembentukan pola PIR, sering melakukan pertemuan kepada masyarakat desa. Pihak
perusahaan melakukan sosialisasi tentang perkebunan kepada masyarakat dimana secara langsung memberikan pengetahuan sekaligus pelatihan kepada masyarakat
yang berkaitan dengan pengelolaan perkebunan. Selain itu masyarakat desa juga dapat mengoptimalisasi penggunaan lahan, dimana lahan yang terbengkalai sebelumnya
karena kekurangan modal dapat digunakan, pemasaran hasil perkebunan dan juga tentu saja hal ini mempengaruhi pendapatan masyarakat desa.
4.2 Profil Informan
1. Derbin Purba LK, 46 tahun
Informan bapak Derbin Purba merupakan petani kelapa sawit yang memiliki lahan perkebunan pribadi yang terdapat di Desa Mahato Timur kecamatan tambusai
utara. Informan bapak Derbin Purba yang lebih dikenal dengan sebutan bapak vita, telah menikah dan memiliki 5 orang anak. Informan adalah seorang dengan tamatan
Universitas Sumatera Utara
SMA. Istri informan tidak memiliki pekerjaan, namun ikut membantu pekerjaan di kebun kelapa sawit mereka. Bapak Derbin Purba tinggal di desa Mahato Timur pada
tahun 1999, informan memiliki lahan perkebunan kelapa sawit dengan luas 10 ha. Dalam pengelolaan perkebunan bapak Derbin Purba dibantu oleh beberapa
orang buruh tani yang bekerja untuk beliau. Sebagai seorang petani informan jarang sekali berada dirumah, informan masih ikut keladang untuk melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan perawatan kelapa sawit seperti menyemprot, memupuk, dan menunas walaupun tetap dibantu oleh buruh tani. Dalam menjual hasil pertaniannya
bapak Derbin Purba menjualnya langsung kepada toke atau tengkulak. Menurut informan menjadi petani kelapa sawit lebih enak dibandingkan dengan petani lainnya
hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti kemudahan dalam mengurus tanaman, kepastian harga jual hasil pertanian dll.
2. S. damanik LK 44 tahun
Informan bapak S. Damanik merupakan seorang asisten pada perkebunan inti rakyat yang dikelola oleh pihak perusahaan Torganda. Bapak S, damanik menjabat
sebagai asisten afdeling 1. Bapak S. damanik merupakan tamantan SMA yang telah lama bekerja pada perusahaan Torganda. Bapak S.Damanik telah menikah dan
memiliki satu orang anak, Bapak S.Damanik tinggal di perumahan staf, didaerah PKS milik Torganda.
3. Daniel Tarigan LK, 45 tahun
Informan bapak Daniel tarigan merupakan petani kelapa sawit di desa Mahato Timur yang memiliki lahan pribadi. Selain itu bapak Daniel tarigan juga menjabat
sebagai sekretaris pada koperasi Karya Bakti yang merupakan koperasi yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
wadah antara petani plasma desa mahato timur dengan pihak perusahaan inti dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit dengan sistem pola PIR. Bapak Daniel tarigan
menjabat sebagai sekretaris pada koperasi karya bakti sejak pertama kali koperasi ini dibentuk yaitu pada tahun 2005.
Sebagai seorang sekretaris pada koperasi karya bakti bapak Daniel tarigan lebih banyak mengetahui tentang perkebunan inti rakyat yang ada di desa mahato
timur serta perkembangannya. Ketika peneliti datang pertama kali untuk meminta izin melakukan penelitian di perkebunan inti rakyat, informan mengizinkan dan menerima
dengan baik kehadiran peneliti. Selain menjadi sekretaris pada koperasi kaeya bakti informan juga sebagai petani plasma pada perkebunan inti rakyat. Selain itu informan
juga bekerja sebagai toke atau tengkulak yang menampung hasil-hasil pertanian milik masyarakat desa mahato timur.
Bapak Daniel tarigan tidak hanya berhubungan dengan masyarakat desa mahato dalam hal pengelolaan dan perkembangan perkebunan inti rakyat tetapi juga
dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal penjualan hasil pertanian serta pembelian alat-alat pertanian.
4. Hamson siregar LK, 56 tahun
Informan bapak hamson siregar merupakan kepala desa mahato timur. Informan juga merupakan petani plasma pada perkebunan inti rakyat yang sedang
dikelola oleh perusahaan inti yaitu Torganda. Sebagai seorang kepala desa bapak hamson siregar tau betul mengenai kerja sama yang sedang dijalanin oleh masyarakat
desa mahato timur dengan pihak perusahaan Torganda. Bapak hamson siregar juga memiliki lahan perkebunan kelapa sawit pribadi. Selain itu bapak Hamson Siregar
dapat juga dikatakan penetua dikampung Mahato Timur, dimana ketika awal mula
Universitas Sumatera Utara
pendirian pola PIR bapak Hamson Siregar memiliki cukup besar andil dalam pembentukannya. Bapak Hamson Siregar juga telah lama tinggal di desa Mahato
Timur, beliau lahir dan besar di desa ini. Orang tua dari bapak Hamson Siregar merupakan orang yang ikut dalam pembukaan desa ini pada awanl terbentuknya.
Bapak Hamson Siregar memiliki lahan kelapa sawit seluas 8 hektar dimana semuanya telah berbuah, setiap bulannya produksi lahan kelapa sawit bapak Hamson kurang
lebih 12 ton. Bapak Hamson juga masih memiliki dua orang anak yang masih sekolah.
5. Ibu Mita PR, 42 tahun
Informan ibu Mita merupakan petani plasma desa Mahato Timur, ibu Mita tinggal di dusun 1 Mompa sejak tahun 1998 setelah menikah. Ibu Mita juga memiliki
lahan perkebunan pribadi, seluas 6 hektar. Ibu Mita telah menikah dan memikili 3 orang anak, namun suami ibu Mita telah meninggal dunia pada tahun 2008. Ibu Mita
memiliki tanggung jawab untuk membiayai kehidupan anak-anaknya semenjak suaminya meninggal. Penghasilan ibu Mita dari hasil lahan pribadinya memang sudah
mencukupi untuk membiayai anak-anaknya, baik itu kehidupan sehari-hari dan biaya pendidikan. Namun dengan adanya lahan ibu Mita dengan sistem pola PIR, maka
penghasilan ibu Mita setiap bulannya bertambah. Penghasilan tambahan ini digunakan ibu mita untuk menambahi tabungannya untuk rencana masa depannya yaitu untuk
biaya sekolah anaknya.
Universitas Sumatera Utara
6. Bapak Khodir Nasution LK, 55 tahun
Informan Bapak Khodir tinggal di desa Mahato Timur sejak tahun 1983. Bapak Khodir Nasution tinggal di dusun 3 Batang Buruk, informan telah menikah dan
memiliki 5 orang anak yang semuanya telah menikah dan tinggal terpisah dari bapak Khodir. Bapak Khodir awalnya hanya memiliki 7 lahan sawit dan telah dibagikan
kepada kelima anaknya, dan lahan perkebunan sawit milik informan sendiri tinggal 1 hektar. Informan Khodir Nasution merasa sangat terbantu dengan adanya sistem
pengelolaan perkebunan inti rakyat yang dikembangkan oleh Torganda. Dikarenakan setiap bulannya informan bisa memperoleh pendapatan tambahan yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena menurut informan hasil dari lahan sawit pribadinya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan, biaya berobat, dan
pengeluaran lainnya. Oleh karena itu dengan adanya pendapatan tambahan dari bapak angkat ini
mampu setidaknya meringankan beban pengeluaran keluarga. Selain itu menurut informan sistem pengelolaan perkebunan inti rakyat tidak menyusahkan petani,
karena yang mengurus semuanya pihak perkebunan, selain itu petani juga tidak mengeluarkan biaya dalam pengembangan perkebunan ini. Petani hanya tinggal
mendatangi pengurus KUD setiap bulannya untuk mengambil gaji, tampa adanya persyaratan tertentu sewaktu mengambilnya.
Universitas Sumatera Utara
7. Mariati Tarigan PR, 51 tahun
Informan Mariati Tarigan tinggal di dusun 1 Mompa, sejak tahun 1988. Informan pindah dari daerah kisaran bersama dengan suami seluruh keluarganya dari
daerah kisaran ke desa Mahato Timur. Pertama kali pindah hingga sekarang informan telah memiliki lahan pribadi di desa Mahato Timur seluas 6 hektar, selain itu
informan juga memiliki lahan pribadi didaerah bukit harapan seluas 15 hektar. Mendiangan suami informan merupakan salah satu penggagas dalam pembentukan
pola PIR. Menurut penuturan informan, suaminya dulu yang mendata seluruh warga desa yang menjadi anggota atau petani plasma. Informan memiliki 3 orang anak dan
ketiganya telah menikah. Informan memiliki kehidupan yang baik dari segi ekonomi. Tetapi walaupun demikian menurut informan hasil dari bapak angkat sangatlah
membantunya. Setiap bulannya dia telah memiliki pendapatan tampa harus bekerja terlebih dahulu, dan tampa mengeluarkan biaya apapun.
8. Mika PR, 48
Informan ibu Mika tinggal didesa Mahato Timur sejak tahun 1990. Suami ibu Mika telah meninggal dan dia memiliki 4 orang anak. Ibu Mika hanya memiliki 1
hektar lahan pribadi oleh karena itu untuk mencukupi kebutuhannya informan Mika bekerja sebagai buruh dilahan perkebunan kelapa sawit milik petani sawit lainnya.
Anak pertama ibu Mika telah menikah, anak kedua dan ketiganya telah taman SMA dan tidak melanjut kuliah, dan anak keempat informan sekarang kelas 2 SMA. Kedua
anak informan yang telah taman SMA telah bekerja diluar kota, mereka tidak melanjut karena menurut informan dia tidak memiliki biaya untuk menguliahkan
kedua anaknya, karena hasil dari lahan 1 hektar milik informan juga harus dibagi kepada anaknya yang pertama yang telah menikah. Pada saat anak kedua dan ketiga
Universitas Sumatera Utara
informan masih bersekolah, pandapatan dari bapak angkat sangatlah membantunya. Dia menggunakan seluruh pendapatan dari bapak angkat untuk membiayai sekolah
ketiga anaknya. Sementara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluan lainnya dari hasil lahan pribadinya dan dari upahnya sebagai buruh di kebun milik
orang. Setelah kedua anaknya tamat, informan masih menggunakan hasil dari bapak angkat untuk membiayai sekolah anak terakhirnya.
9. Bapak Bangun Munthe LK, 47 tahun
Informan Bangun Munthe tinggal di dusun tiga sejak tahun 2000. Informan Bangun Munthe telah menikah dan memiliki 5 orang anak. Anak pertama informan
telah menikah dan anak keduanya telah bekerja, tiga lagi anaknya masih sekolah. Informan Bangun Muthe tidak memiliki lahan pribadi, informan Bangun Muthe
bekerja sebagai buruh tani dan istri Bangun Muthe bekerja sebagai buruh pengutup berondolan kelapa sawit. Kehadiran bapak angkat sangat menguntungkan menurut
informan Bangun Muthe, karena dengan adanya uang dari bapak angkat dapat membantu memenuhi kebutuhan keluarganya dan biaya pendidikan anaknya. Setiap
bulannya informan Bangun Muthe menerima uang bapak angkat RP. 1.000.000- 1.500.000 yang dia gunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Upah yang diterima oleh
informan Bangun Munthe dari dari kerjanya sebagai buruh tani adalah RP 100.000 perhari, tetapi pekerjaan sebagai buruh tani tidaklah ada setiap harinya. Sementara
untuk penghasilan istrinya sebagai buruh pengutip berondolan tidaklah tetap, karena berondolan yang didapat setiap hari juga tidak pasti. Setiap hari istri informan
mendapatkan berondolah sawit sekita 15- 50 kg yang kemudian dijual kepada toke sawit dimana harga perkilonya sekitar Rp 1300-1400, dan hasil penjualan inilah yang
merupakan pendapat dari istri informan.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Pola Interaksi Asosiatif Dan Disosiatif Pada Petani Plasma Desa Mahato