Pola Interaksi Disosiatif Pada Petani Plasma Desa Mahato Timur Dengan

sama dalam penyerahan lahan, pembagian lahan, pengelolaan lahan, pembagian hasil, dan penjualan produk pertanian. Keberhasilan suatu kerja sama haruslah didukung oleh beberapa faktor, salah satunya adanya kontak sosial seperti pertemuan antara pihak yang menjalin kerja sama. Dengan adanya pertemuan antara kedua belah pihak yang menjalin kerja sama juga dapat meningkatkan hubungan kerja sama tersebut. Seperti penuturan informan derbin tondang sebagai berikut: “Awal pembentukan perkebunan inti rakyat ini, kami sering melakukan pertemuan dengan pihak torganda. Mereka menjelaskan tentang perkebunan inti rakyat, memang PIR udah ada didesa lain tapikan kami masih kurang paham kali jadi dijelaskanlah sama orang itu. Pertemuan awal itu juga membahas tentang pembagian lahan, terus pembagian hasil sama cara pengelolaannya. Karnakan semuanynya dikelola oleh torganda mulai dari pembukaan lahan sampe perawatan. Karyawannya saja mereka yang menyediakan. Kami hanya terima hasilnya aja lah. Hingga pertemuan pada penyerahan lahannya. Tapi ketika belakangan ini kami jarang melakukan pertemuan yah pihak KUDlah yang berhubungan langsung ke Torganda. Baru kami kepihak KUD kalo pas ambil “gaji”.” Dengan adanya pertemuan antara pihak yang menjalin kerja sama juga dapat meningkatkan komunikasi diantara pihak yang terlibat dalam kerja sama. semakin sering pertemuan yang terjadi diantara pihak yang terlibat kerja sama juga mampu meningkatkan komukasi diantara mereka. Hal ini juga memberikan dampak pada kualitas kerja sama, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

4.3.3 Pola Interaksi Disosiatif Pada Petani Plasma Desa Mahato Timur Dengan

PT.Torganda Dalam berinteraksi, antara individu dengan individu atau antar kelompok masyarakat tidak semua interaksinya mengarah kepada kebersamaan atau persatuaan. Universitas Sumatera Utara yang terjalin didalam kelompok masyarakat bersifat dinamis, dimana interaksi yang awalnya bersidat positif namun dapat berubah menjadi interaksi yang bersifat negatif. Dalam berinteraksi kerja sama sering terjadi diantara pihak yang terlibat guna mencapai suatu tujuan. Tetapi kadang kala kerja sama tidak sejalan dengan perkiraan awal. kerja sama sering mengalami penyimpangan ketika proses menjalankannya, sehingga akhirnya sering menimbulkan pertikaian atau konflik diantara pihak-pihak yang terlibat dalam kerja sama. Pertikaian yang terjadi diantara pihak yang sedang bekerja sama menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari pembuatan kerja sama. Pertikaian muncul karena banyaknya perbedaan kepentingan diantara pihak yang terlibat, dan pertikaian menyebabkan terjadinya disintegrasi sosial. Tetapi interaksi yang terjadi diantara petani plasma desa Mahato Timur dengan PT.Torganda hingga saat ini tidak pernah mengalami kendala sehingga mengarah kepada pertikaian. Tidak pernah terjadi pertikaian antara petani plasma dengan perusahaan inti atau dengan pihak KUD. Kerja sama yang dijalin selama ini dapat berjalan dengan baik, sehingga interaksi yang bersifat dissosiatif tidak pernah terjadi. Hal ini di jelaskan oleh informan ibu Mariati Tarigan: “Gak pernah lah terjadi konlik-konflik itu. Karena hubungan kami selama ini baik-baik saja. Setiap bulannya kami dapat uang bapak angkat kok.ngapain lagi kami protes, kalo uanganya macet baru mungkin protes. Ini datanng kok tiap bulan.” Perbedaan pandangan dan tujuan merupakan faktor utama penyebab terjadinya petikaian atau konflik. Selain itu penyebab lainnya adalah karena pihak yang terlibat dalam kerja sama tidak menjalankan kewajiban serta tanggung jawabanya semesti mana harusnya, dan terjadinya pelanggaran hak-hak dari pihak tertentu yang ikut dalam kerja sama tersebut. Penyimpangan terjadi dalam proses kerja sama ini disebabkan karena kurangnya pengawasan, baik itu pengawasan dari pihak KUD, Universitas Sumatera Utara perangkat desa, maupun petani plasma. Hal inilah yang menyebabkan sering kali perusahaan inti melakukan penyimpangan dalam proses kerja sama. untuk meredam terjadinya pertikaian atau konflik yang melibatkan petani plasma desa Mahato Timur maupun pihak Torganda maka dalam kerja sama ini kinerja perusahaan inti yaitu Torganda mendapatkan pengawasan langsung dari KUD. Dimana kepengurusan KUD sendiri berasal dari petani plasma dan pihak perusahaan inti, dan kinerja KUD langsung mendapat pengawasan dari perangkat desa Mahato Timur. Keterlibatan pihak perangkat desa dalam pola pengembangan perkebunan dengan sistem inti rakyat diharapkan mampu meredam pertikaian atau konflik. Seperti penuturan informan Hamson Siregar: “Perangkat desa ikut serta dalam kerja sama ini. Perangkat desa memiliki peran untuk mengawasi KUD. Sudah benarkah meraka melaksanakan peran dan tugasnya, karena mereka jugalah yang langsung mengawasi kinerja perusahaan inti. Jadi kalo kami tidak melakukan pengawasan kepada KUD nanti mereka bisa tidak menjalankan peran dan tugasnya, dan itu pasti akan berdampak pada kerja sama bapak angkat ini. Jadi kami harus betul-betullah mengawasi KUD.” Interaksi sosial yang bersifat dissosiatif tidak terdapat pada kerja sama pengembangan perkebunan dengan menggunakan sistem pola inti rakyat yang sedang dijalani oleh petani plasma desa Mahato Timur dengan perusahaan inti yaitu Torganda. Hal ini dikarenakan kedua belah pihak melaksanakan peran dan tanggung jawab masing-masing, selain itu selama dalam proses berlangsungnya kerja sama masing-masing pihak tidak menganggu hak-hak pihak yang lainnya. Pertikaian atau konflik sering terjadi pada tahap pembagian hasil perkebunan dan pemberian uang bapak angkat. Tetapi pada kerja sama ini pihak perusahaan inti yaitu Torganda melaksanakan tanggung jawabnya melalaui pembayaran uang bapak angkat yang Universitas Sumatera Utara diberikan setiap bulannya. Pembayaran uang bapak angkat akan menyebabkan pertikaian atau konflik apabila uang bapak angkat tidak diserahkan kepada petani plasma setiap bulannya atau dengan kata lain bila pembayaran uang bapak angkat macet maka ini akan mempengaruhi proses kerja sama.

4.4 Implementasi Modal Sosial Dalam Menjalankan Kerja Sama

Dokumen yang terkait

Pola Interaksi Sosial Tuna Rungu Wicara ( Studi Deskriptif Di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara Dan Lansia Pematangsiantar )

26 167 91

Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Dengan Masyarakat Lokal Studi Tentang Interaksi Sosial Etnis Tionghoa Dan Etnis Karo Di Desa Lama Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang

26 200 137

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 7

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 2

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 9

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 19

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 3

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 10

POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM KALANGAN MUR

0 1 61

BAB II PENGATURAN POLA KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN ANTARA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DENGAN MASYARAKAT A. Tinjauan Umum Pola Kemitraan Perkebunan - Tinjauan Yuridis Perjanjian Pola Kemitraan Perkebunan Kelapa Sawit Inti-Plasma Antara PT. Boswa Megalopolis Denga

0 0 33