Masyarakat Desa KAJIAN PUSTAKA

struktur anggota masyarakat perkebunan yang mempengaruhi proses interaksi Kaus, 2012: 9. Uraian diatas menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara manusia dalam kehidupan sosial yang didorong oleh motif-motif internal yaitu kepentingan dan tujuan. Didalam masyarakat terdapat keberagaman tujuan dan kepentingan maka hal ini menyebabkan terjadinya pola-pola hubungan sosial yang melahirkan pertentangan antar individu maupun kelompok, dimana pola hubungan timbal balik seperti ini menimbulkan pertikaian, perselisihan dan konflik. Proses sosial ini akan menghasilkan interaksi sosial yang bersifat disosiatif. Serta pola-pola sosial yang yang melahirkan kerja sama antar individu ataupun antar kelompok. Dilatar belakangi oleh sifat manusia sebagai mahluk sosial yang satu dengan yang lain bersifat komplementer saling membutuhkan. Proses sosial ini akan menciptakan proses sosial asosiatif, yaitu interaksi yang mengidentifikasikan adanya persatuan diantara masyarakat.

2.2 Masyarakat Desa

Menurut Paul. H Landis dalam Setiadi dan Usman, 2011:838 “Desa sebagai wilayah yang penduduknya kurang dari 2500 jiwa dengan ciri-ciri mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal, adanya pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kesamaan dan cara berusaha ekonomi adalah agraris yang dipengaruhi oleh alam”. Dalam ketentuan umum yang dimuat dalam pasal 10 undang- undang nomor 22 tahun 1999 disebutkan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat. Kepentingan masyarakat setempat yang diakui dalam sitem pemerintahan nasional dan berada di daerah Universitas Sumatera Utara kabupaten. Desa merupakan bagian vital bagi keberadaan bangsa Indonesia, vital karena desa merupakan satuan terkecil dari bangsa ini yang menunjukkan keragaman Indonesia. Selama ini terbukti keragaman tersebut telah menjadi kekuatan penyokong bagi bangsa. Dengan demikian penguatan desa menjadi hal yang tak bisa ditawar dan tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara menyeluruh. Masyarakat desa terbentuk adanya persekutuan hidup manusia dalam suatu kelompok dalam masyarakat tradisional yang dalam hidupan social. Menurut Koentjaraningrat dalam Setiadi dan Usman, 2011: 841 “Persekutuan hidup manusia dalam kelompok sosial didasarkan pada beberapa prinsip, yaitu hubungan kekerabatan dan hubungan tempat tinggal”. Masyarakat pedesaan tinggal dilingkungan alamiah sehingga berkegantungan pada keadaan alam secara menyeluruh, serta adanya kedekatan bahkan kepercayaan masyarakat terhadap alam. Karena ketergantungan masyarakat desa terhadap alam, hal ini juga menyebabkan pekerjaan masyarakat pedesaan secara mayoritas adalah petani yang secara langsung berhungan denga alam, Sementara masyarakat yang bekerja dibidang lainnya relative sedikit. Sementara dalam pelapisan sosial yang terdapat dalam masyarakat pedesaan umumnya disebabkan oleh kepemilikan tanah. Yang umumnya terdiri antara tuan tanah dan buruh tani yang menjadi pekerja. Selain kepemilikan tanah, status dan peranan juga menjadi faktor pendukung pelapisan sosial seperti kepala desa, pemangku adat, dll. Dalam masyarakat pedesaan defrensiasi sosial sangatlah rendah, karena adanya keseragaman agama, adat istiadat, bahasa, dan budaya. Sehingga kesamaan ciri-ciri sosial, psikologis, agama, adat istiadat, budaya sering kali tampak dalam struktur masyarakat pedesaan. Universitas Sumatera Utara Masyarakat desa bersifat gemainschaft yaitu memiliki kehidupan bersama dimana setiap anggota memiliki hubungan batin yang bersifat alamiah dan kekal, serta tidak adanya spesialisasi. Menurut Ferdinan Tonnies dalam Narwoko dan bagong, 2010: 34 gemainschaft dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: • Gemainschaft by blood, yaitu gemainschaft yang mendasarkan diri pad ikatan darah atau keturunan. Didalam pertumbuhan masyarakat hal ini semakin lama semakin menipis. • Gemainschaft of placo locality, yaitu gemainschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan. Contoh RT dan RW. • Gemainschaft of mind, yaitu gemainschaft yang didasarkan pada ideology atau pikiran yang sama.

2.3 Perkebunan Inti Rakyat

Dokumen yang terkait

Pola Interaksi Sosial Tuna Rungu Wicara ( Studi Deskriptif Di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara Dan Lansia Pematangsiantar )

26 167 91

Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Dengan Masyarakat Lokal Studi Tentang Interaksi Sosial Etnis Tionghoa Dan Etnis Karo Di Desa Lama Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang

26 200 137

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 7

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 2

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 9

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 19

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 3

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 10

POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM KALANGAN MUR

0 1 61

BAB II PENGATURAN POLA KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN ANTARA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DENGAN MASYARAKAT A. Tinjauan Umum Pola Kemitraan Perkebunan - Tinjauan Yuridis Perjanjian Pola Kemitraan Perkebunan Kelapa Sawit Inti-Plasma Antara PT. Boswa Megalopolis Denga

0 0 33