Perkebunan Inti Rakyat KAJIAN PUSTAKA

Masyarakat desa bersifat gemainschaft yaitu memiliki kehidupan bersama dimana setiap anggota memiliki hubungan batin yang bersifat alamiah dan kekal, serta tidak adanya spesialisasi. Menurut Ferdinan Tonnies dalam Narwoko dan bagong, 2010: 34 gemainschaft dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: • Gemainschaft by blood, yaitu gemainschaft yang mendasarkan diri pad ikatan darah atau keturunan. Didalam pertumbuhan masyarakat hal ini semakin lama semakin menipis. • Gemainschaft of placo locality, yaitu gemainschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan. Contoh RT dan RW. • Gemainschaft of mind, yaitu gemainschaft yang didasarkan pada ideology atau pikiran yang sama.

2.3 Perkebunan Inti Rakyat

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah danatau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Perkebunan terdiri atas perkebunan besar, perkebunan rakyat, dan perkebunan inti rakyat. Perkebunan besar adalah perkebunan yang diselenggarakan atau dikelola secara komersial oleh perusahaan yang berbadan hukum. Perkebunan besar, terdiri dari : Perkebunan Besar Negara PBN dan Perkebunan Besar Swasta PBS NasionalAsing, perkebunan rakyat adalah tidak berbadan hukum, dan perkebunan yang diselenggarakan atau dikelola oleh rakyatpekebun yang dikelompokkan dalam usaha kecil tanaman Universitas Sumatera Utara perkebunan rakyat dan usaha rumah tangga perkebunan rakyat. Serta Perkebunan Perusahaan Inti Rakyat PIR, yaitu suatu usaha budidaya tanaman, dimana perusahaan besar pemerintah atau swasta bertindak sebagai inti sedangkan rakyat merupakan plasma. Sistem perkebunan inti rakyat mulai dikenal pada tahun 1970-an, dengan nama nucleus estate small holding NES yang merupakan bantuan dari bank dunia, pada awal pengembangan pola pir dilaksanakan oleh 7 PTP atau yang sekarang dikenal dengan PTPN. Bantuan dari bank dunia dilakukan dengan tiga tahap, yaitu : • Tahapan pertama 1969-1972, Memberikan bantuan Kredit Bank Dunia kepada 7 PTP. • Tahapan kedua mulai 1973, Merintis proyek pola Unit Pelayanan Pengembangan UPP dan pola PIR yang dimulai dengan pembentukan Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat Sumatera Utara P3RSU dan Proyek Pengembangan Teh Rakyat dan Perkebunan Swasta Nasional P2TRSN. • Tahapan ketiga mulai 1973, Penandatanganan perjanjian pinjaman proyek NES I dilakukan pada tahun 1977 untuk pengembangan karet di Aloimerah, Aceh dan Tebenan, Sumatera Selatan. Sedangkan proyek NES untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit baru dimulai sekitar awal tahun 80- an, yaitu proyek NES IV Betung. Namun penggunaan system perkebunan inti rakyat pada perkebunan kelapa sawit baru pada akhir tahun 80-an yang pertama kali dilakukan di betung proyek tahapan ke IV NES. Tetapi pada tahun 1986 mengalami perkembangan menjadi Pir- trasmigrasi dan terus berlanjut sampai dengan KKPA koperasi kredit primer Universitas Sumatera Utara anggota. Dan mengalami revisi dan menjadi keputusan menteri no.26permentariOT.10422007. Tentang kewajiban BUMN unuk membangun kebun plasma disekitar perkebunan minimal 20 dari luas perkebunan Fadjar, 2006:48. Pembangunan perkebunan dengan pola PIR-BUN sampai dengan saat ini telah dikembangkan 562.156 Ha terdiri dari 397.762 ha kebun plasma dan 164.394 ha kebun inti dengan berbagai macam komoditas yakni karet, kelapa sawit, tebu, kapas, kelapa hibrida dan kakao yang tersebar di 20 propinsi, yang meliputi 381.227 Ha komoditas kelapa sawit. Program pembangunan perkebunan melalui pola PIR didasarkan pada Kepres No. 1 tahun 1986, pola ini bertujuan sama yaitu meningkatkan produksi non migas, meningkatkan pendapatan petani, membantu pengembangan wilayah serta menunjang pengembangan perkebunan, meningkatkan serta memberdayakan KUD di wilayah plasma, Mudjiati, 2004:4. Pengelolaan perkebunan dengan sistem pola perkebunan inti rakyat telah mengalami banyak perbaikan, selain itu sumber dana yang digunakan juga beragam, antara lain berasal dari luar negeri world bank, disebut pola PIR Berbantuan seperti: PIR-Bun atau NESS. Dan dari dalam negeri APBNAPBD disebut pola PIR Swadana, seperti: PIR Khusus PIR-Sus PIR-Lokal. Selain itu dalam rangka meningkatkan pemerataan kesejahteraan penduduk, maka proyek PIR melibatkan semua penduduk baik penduduk lokal maupun pendatang transmigran, sehingga dikenal proyek PIR-Lokal, jika sebagian besar pesertanya adalah penduduk lokal dan PIR-Transmigrasi PIR-Trans, jika sebagian besar pesertanya adalah penduduk pendatang atau transmigran. Pola PIR-Bun kelapa sawit di Sumatera Selatan dimulai tahun 1980, dimana pola PIR-Sus atau NESS sejak Universitas Sumatera Utara tahun 19801981, pola PIR-Trans sejak tahun 19871988, dan pola PIR-KKPA dan PIR-KUK Perusahaan Inti Rakyat Kredit Koperasi kepada Petani Anggota Koperasi dan Perusahaan Inti Rakyat Kredit Usaha Kecil sejak tahun 1994. Laila, 2007. Perusahaan inti dan petani plasma saling membutuhkan dalam menjalankan pola pengelolaan perkebunan inti rakyat, dimana pihak perusahaan inti membutuhkan petani plasma dalam hal penyediaan lahan dan petani plasma membutuhkan perusahaan inti dalam hal penanaman modal, perawatan tanaman, dan penyediaan tenaga kerja, yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Tolak ukur keberhasilan pola perkebunan inti rakyat adalah dilihat dari kinerja perkebunan, produksi perkebunan, kualitas hasil perkebunan, dan stabilnya harga hasil perkebunan. Selain untuk membantu masyarakat dengan adanya system perkebunan inti rakyat diharapkan tidak akan menimbulkan konflik yang sering terjadi di Indonesia, yaitu konflik agrarian antara perusahaan perkebunan besar dengan masyarakat disekitar berdirinya perkebunan tersebut. Pembangunan perkebunan inti rakyat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahan pertama yaitu tahap konstruksi meliputi persiapan pengurusan legalitas lahan, perencanaan lokasi perkebunan, serta peninjauan lokasi perkebunan. Tahap kedua adalah pembangunan fisik, yang meliputi pemberdayaan atau pelatihan yang dilakukan perusahaan inti kepada petani plasma serta pembangunan sarana pendukung. Tahap ketiga adalah masa penyerahan kebun sampai dengan pelunasan kebun, hal ini meliputi pembentukan kelompok tani, pengundian blok, pengukuran kavling pembuatan sertifikat, pelunasan meliputi pelunasan kredit. Perkebunan inti rakyat dikembangkan dengan tujuan utamanya untuk membantu masyarakat dalam pengelolaan dan perawatan perkebunan, selain itu pengembangan perkebunan dengan pola perkebunan inti rakyat juga diharapkan Universitas Sumatera Utara mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, pembukaan lapangan pekerjaan, pengembangan wilayah dan mendukung program trasmigrasi serta terlaksananya reforma agraria melalui perkebunan inti rakyat, karena tanah yang semula tidak produktif dan tidak jelas pemiliknya dapat diusahakan lebih produktif dan lebih jelas statusnya. Untuk pencapaian tujuan ini maka kerja sama yang terjalin antara perusahaan atau perkebunan inti dengan petani plasma memiliki kontrak yang disetujui oleh kedua belah pihak yang memuat tentang hak dan kewajiban kedua belah pihak. Pola kerja sama yang dilakukan adalah pemberian bantuan yang akan dikembalikan oleh petani plasma setiap bulannya selama kurun waktu yang ditentukan dengan besaran yang telah disepakati oleh kedua belah pihak atau dilakukan pembagian hasil secara langsung oleh perkebunan inti dengan petani plasma dengan pemotongan utang modal.

2.4 Modal Sosial

Dokumen yang terkait

Pola Interaksi Sosial Tuna Rungu Wicara ( Studi Deskriptif Di UPTD Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara Dan Lansia Pematangsiantar )

26 167 91

Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Dengan Masyarakat Lokal Studi Tentang Interaksi Sosial Etnis Tionghoa Dan Etnis Karo Di Desa Lama Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang

26 200 137

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 7

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 2

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 9

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 19

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 3

Pola Interaksi Sosial Dalam Pengelolaan Perkebunan Antara Masyarakat Desa Mahato Timur Dengan Pihak Perkebunan Dengan Sistem Pola PIR

0 0 10

POLA INTERAKSI SOSIAL DALAM KALANGAN MUR

0 1 61

BAB II PENGATURAN POLA KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN ANTARA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DENGAN MASYARAKAT A. Tinjauan Umum Pola Kemitraan Perkebunan - Tinjauan Yuridis Perjanjian Pola Kemitraan Perkebunan Kelapa Sawit Inti-Plasma Antara PT. Boswa Megalopolis Denga

0 0 33