55 berdasarkan musyawarah. Keputusan musyawarah untuk kepentingan masyarakat
selalu dikedepankan, karena itu merupakan sebagai salah satu wujud pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Setelah perencanaan pembangunan ditetapkan, maka keputusan tersebut akan ditetapkan dalam suatu keputusan yang disebut dengan Berita Acara
Musrenbang Hasil Musyawarah Desa Gunung Tua Panggorengan. Perencanaan- perencanaan pembangunan yang pelaksanaannya membutuhkan dana yang sangat
besar, maka pembiayaannya melalui APBD Anggaran Pendapatan dan Balanja Daerah dan disusun dalam daftar usulan proyek yang disebut dengan
Rekapitulasi Usulan Proyek Hasil Musrenbang Desa Gunung Tua Panggorengan Melalui APBD, Dan Keputusan musyawarah perencanaan pembangunan desa
nantinya akan diteruskan kepada Kepala Desa.
4.4.2. Rekapitulasi Usulan Proyek
Dalam pelaksanaan proyek yang pembiayaanya melalui APBD, bukanlah tanggung jawab dari Kepala Desa, kewajiban Kepala Desa hanya menyerahkan
hasil musyawarah pembangunan tersebut kepada Kabupaten karena Kabupaten adalah pihak yang memegang APBD Anggaran Pendapatan dan Balanja Daerah.
Desa Gunung Tua Panggorengan merupakan bagian dari Kabupaten Mandailing Natal maka rekapitulasi usulan proyek akan diserahkan kepada Kabupaten
Mandailing Natal. Dari daftar usulan proyek yang diserahkan kepada Kabupaten, belum tentu
semuanya disetujui untuk dilaksanakan. Kabupaten juga mempertimbangkan beberapa hal termasuk diantaranya adalah kondisi dari APBD dan pembangunan
yang mana yang paling dibutuhkan masyarakat. Jangka waktu persetujuan proyek pembangunan yang disetujui untuk
dilaksanakan biasanya paling cepat dalam waktu satu tahun, dan akan diberitakan kepada Pemerintah Desa oleh Kabupaten. Proyek yang sudah disetujui, oleh
Kabupaten akan diberikan kepada pihak kontraktor proyek yang bersedia untuk mengerjakan proyek tersebut.
Universitas Sumatera Utara
56
4.4.3 Hubungan Fungsional antara Pemerintah Desa dengan BPD
Terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan desa, penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan
pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa, pasal 1 angka 6 menyebutkan bahwa: “Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa BPD dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Selanjutnya dalam angka 7 dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan “Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala
Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Sedangkan dalam angka 8 Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa”. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah tidak secara eksplisit mengatur mengenai bentuk hubungan fungsional antara Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa BPD , namun
apabila dikaji lebih dalam, dalam pasal-pasal yang mengatur mengenai desa yakni pasal 200 sampai dengan pasal 216, maka secara implisit kita akan
menemukan suatu bentuk hubungan yang terjalin antara Pemerintah desa dengan Badan Permusyawaratan.
Hal di atas sesuai dengan penjelasan pada Pasal 200, Undang - Undang No. 32 Tahun 2004, yang menjelaskan bahwa “Dalam pemerintahan
daerah KabupatenKota dibentuk pemerintahan Desa yang terdiri dari pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa BPD”. Sedangkan dalam
pasal 209 lebih lanjut dinyatakan bahwa: “Badan Permusyawaratan Desa
Universitas Sumatera Utara
57 berfungsi menetapkan peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan
meyalurkan aspirasi masyarakat. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan Desa yang demokratis yang
mencerminkan kedaulatan rakyat”. Dan Pasal 215 ayat 1, “Pembangunan kawasan perdesaan yang dilakukan
oleh kabupatenkota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa”. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi
BPD dengan Kepala Desa dalam kaitannya dengan fungsi menetapkan Peraturan Desa dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3. Hubungan BPD dengan Kepala Desa dalam Menetapkan Peraturan
Berdasarkan skema tersebut diatas menunjukkan bahwa sebuah rancangan Perdes yang berasal dari Kepala Desa diajukan kepada BPD untuk dibahas guna
memperoleh persetujuan bersama, demikian pula terhadap Rancangan Perdes yang berasal dari BPD. Apabila rancangan Perdes yang diajukan oleh
Kepala Desa ataupun oleh BPD telah disetujui bersama maka rancangan Perdes dapat ditetapkan sebagai Perdes.
Adapun hubungan fungsional BPD dengan Kepala Desa terkait pelaksanaan fungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dapat
digambarkan seperti dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
58
Gambar 4. Hubungan BPD dengan Kepala Desa dalam Menampung dan
Menyalurkan Aspirasi
Suatu aspirasi masyarakat dapat diajukan melalui Kepala Dusun kemudian Kepala Dusun akan menyampaikan aspirasi tersebut kepada Kepala
Desa tentang suatu hal. Aspirasi yang sudah diterima oleh Kepala Desa selanjutnya disampaikan kepada BPD untuk dibahas dalam suatu rapat
mejelis guna mendapatkan kesepakatan untuk dilaksanakan. Selanjutnya suatu aspirasi yang berasal dari masyarakat dapat disampaikan melalui anggota
BPD, anggota BPD tersebut menyampaikannya kepada Ketua BPD untuk mengadakan rapat pembahasan dengan mengundang Pemerintah desa Kepala
desa danatau perangkatnya dalam suatu rapat mejelis untuk selanjutnya mendapatkan suatu kesepakatan untuk dilaksanakannya aspirasi tersebut.
Demikianlah bentuk-bentuk hubungan fungsional atau hubungan kerja sama antara Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan dalam
pelaksanaan pemerintahan desa baik ditinjau dari peraturan perundang - undangan, maupun dari buku-buku yang berkenaan dengan fungsi pemerintah
desa dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa BPD.
Universitas Sumatera Utara
59
BAB V ANALISA DATA
5.1. Analisa Data Tentang Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Perencanaan Pembangunan Desa