52
apabila diperlukan dan tentu saja menentukan apakah perencanaan bisa di terima atau tidak.”
4.4. Prosedur Proyek Desa Melalui APBD
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana peranan Badan Permusyawaratan Desa di Desa Gunung Tua Panggorengan dalam
merencanakan suatu proyek desa yang merupakan termasuk dalam perencanaan pembangunan desa maka akan dibahas mengenai prosedur perencanaan proyek
desa yang dilaksanakan oleh Badan Permusyawaratan Desa di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan.
4.4.1. Musyawarah Pembangunan Desa
Setelah mereka menyerap aspirasi masyarakat desa, maka tugas BPD selanjutnya adalah menetapkan sektor mana dari aspirasi penduduk yang sangat
penting dan sangat mendesak untuk dibangun. Penetapan sektor yang akan dibangun ini tentunya bukan suatu pekerjaan yang mudah karena harus
memperhitungkan berbagai aspek dari berbagai aspirasi yang menjadi pilihan. Pada tahap pertama dalam proses penetapan perencanaan pembangunan
ini. Andi muda selaku wakil ketua BPD menjelaskan : “Pada tahap ini BPD Mempunyai tugas untuk memberikan pandangan
tentang kebijaksanaan atau strategi dasar rencana pembangunan atau
sering disebut dengan tujuan, arah, prioritas dan sasaran pembangunan. sebelum mengajukan berbagai pandangan tentang
pembangunan kedepannya semua anggota bpd harus mempunyai data yang valid untuk menentukan suatu perencanaannya, kita biasa terjun
langsung ke lapangan untuk mengamati berbagai aspek yang menunjang suatu perencanaan. Dengan data yang valid kami selaku
Badan Permusyawaratan Desa bisa memberikan pandangan dan arah
Universitas Sumatera Utara
53
dari pembangunan yang terencana dalam berbagai musyawarah dan rapat yang dilakukan.”
Ketua Badan Permusyawaratan Desa menginventarisir aspirasi dari masyarakat yang telah ditampung oleh keseluruhan anggota. Daftar aspirasi
masyarakat ini kemudian akan dibawa oleh Ketua BPD ke dalam rapat anggota atau yang biasa disebut Musrenbang Desa Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa, yang juga dihadiri oleh Kepala Desa dan perangkatnya, LKMD, PKK, dan tokoh masyarakat.
Adapun aspek-aspek yang akan diperhatikan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Apakah pembangunan tersebut merupakan kebutuhan mayoritas
penduduk, 2.
Apakah objek pembangunan tersebut kebutuhannya penting mendesak, 3.
Apakah objek pembangunan tersebut dapat mengangkat perekonomian penduduk.
Hal-hal inilah yang dipertimbangkan oleh anggota BPD dalam menetapkan perencanaan pembangunan di desa ini. Tentunya karena persoalan ini
menyangkut kehidupan penduduk desa, keputusan sektor mana yang akan dibangun tidak akan ditetapkan secara tergesa-gesa oleh anggota BPD. Dalam
musyawarah pertama BPD di sekretariat, hal yang dilakukan hanyalah sekedar menginventarisir aspirasi masyarakat yang telah ditampung oleh anggota BPD.
Pada rapat untuk yang kedua kalinya, barulah dirapatkan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa untuk menetapkan skala prioritas
yang akan dibangun. Dalam menetapkan skala prioritas ini, tentu harus dipertimbangkan aspek-aspek yang menjadi patokan di atas. Tiap-tiap aspirasi
akan dinilai kepentingannya bagi penduduk. Sampai akhirnya ditemukan satu atau lebih aspirasi yang memiliki bobot yang paling penting. Untuk mengetahui
apakah BPD menjalankan tugasnya dengan baik dalam hal menyampaikan aspirai
Universitas Sumatera Utara
54 masyarakat dalam rapat ini, maka peneliti menanyakan kepada Amin HSB selaku
KAUR Umum, beliau menjelaskan : “Peranan BPD sangat baik disini, mereka membaerikan kontribusi
sebagaimana yang diharapkan. Aspirasi yang mereka peroleh dari masyarakat di tampilkan dan dibahas lebih dalam lagi.”
Rapat ini sangat penting artinya bagi seluruh anggota. Bagi pihak Badan Permusyawaratan Desa, kesempatan ini dipergunakan untuk menerangkan secara
detail tentang usaha mereka dalam menampung aspirasi dari masyarakat desa yang telah mereka susun dengan sedemikian rupa.
Disamping itu azas pemerataan juga menjadi faktor yang paling penting dalam menetapkan perencanaan pembangunan. Azas pemerataan maksudnya
adalah akan diusahakan tiap-tiap dusun dapat merasakan pembangunan. Kalau dalam satu tahun kedua puluh lima dusun tidak dapat dibangun secara
keseluruhan, maka akan dibuat sistem giliran. Misalnya apabila dalam tahun ini pembangunan hanya bisa dilaksanakan
untuk 4 dusun, maka tahun-tahun selanjutnya keempat dusun ini tidak akan mendapat giliran lagi, sampai keseluruhan dusun yang ada di Desa Gunung Tua
Panggorengan mendapat gilirannya masing-masing, dengan demikian azas pemerataaan untuk tiap-tiap dusun dapat dilakukan.
Musyawarah perencanaan pembangunan desa dalam menentukan rencana pembangunan desa harus diikuti oleh seluruh anggota yang telah disebutkan tadi.
Apabila ada anggota yang tidak bisa mengikuti rapat tersebut, rapat dapat dilakukan apabila anggota yang absen memberikan persetujuan atas apapun
keputusan rapat anggota. Pengambilan keputusan terhadap perencanaan pembangunan yang akan
dikerjakan, dilakukan dengan musyawarah diantara semua anggota rapat. Setiap anggota berhak mengusulkan rencana pembangunan apa yang menurutnya dapat
dijadikan prioritas. Perdebatan di dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa pasti akan terjadi. Namum biasanya mereka akan mendapat suatu keputusan
Universitas Sumatera Utara
55 berdasarkan musyawarah. Keputusan musyawarah untuk kepentingan masyarakat
selalu dikedepankan, karena itu merupakan sebagai salah satu wujud pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Setelah perencanaan pembangunan ditetapkan, maka keputusan tersebut akan ditetapkan dalam suatu keputusan yang disebut dengan Berita Acara
Musrenbang Hasil Musyawarah Desa Gunung Tua Panggorengan. Perencanaan- perencanaan pembangunan yang pelaksanaannya membutuhkan dana yang sangat
besar, maka pembiayaannya melalui APBD Anggaran Pendapatan dan Balanja Daerah dan disusun dalam daftar usulan proyek yang disebut dengan
Rekapitulasi Usulan Proyek Hasil Musrenbang Desa Gunung Tua Panggorengan Melalui APBD, Dan Keputusan musyawarah perencanaan pembangunan desa