Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Pelaksanaan Proyek Desa

6 dibutuhkan prakarsa dan swadaya masyarakat untuk ikut serta dalam merencanakan pembangunan di desanya sendiri. Keikutsertaan masyarakat merupakan wujud partisipasi dan juga sebagai subjek dalam perencanaan pembangunan di desanya. Sebagai subjek pembangunan tentunya warga masyarakat hendaknya sudah dilibatkan untuk menentukan perencanaan pembangunan sesuai dengan kebutuhan objektif masyarakat yang bersangkutan. Dengan begitu, arah perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan dapat menyentuh langsung pada kebutuhan masyarakat. Sehingga program perencanaan pembangunan desa yang akan dicanangkan, setiap individu dapat berpartisipasi seoptimal mungkin. Ide-ide pembangunan harus berdasarkan pada kepentingan masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhannya yang menunjang terhadap pembangunan nasional. Ide-ide pembangunan desa demikian inilah yang akan ditampung dalam Badan Permusyawaratan Desa BPD dan akan dimufakatkan bersama dalam musyawarah pembangunan desa sehingga dapat direncanakan dengan baik antara pemerintah dengan masyarakat. Hal ini pada akhirnya akan menumbuhkan prakarsa dan swadaya masyarakat serta partisipasi aktif nantinya pada saat pelaksanaan pembangunan desa. Dari uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah dengan judul “Peranan Badan Permusyawaratan Desa BPD Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Studi Tentang Proyek Desa di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan .”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemikiran dan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah: Bagaimanakah peranan Badan Pemusyawaratan Desa BPD dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan. Universitas Sumatera Utara 7

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang penulis harapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan Badan Permusyawaratan Desa BPD dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir melalui karya ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang telah penulis terima selama perkuliahan di Departeman Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 2. Sebagai kontribusi bagi Badan Permusyawaratan Desa BPD dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan. 1.5. Kerangka Teori 1.5.1. Badan Permusyawaratan Desa BPD Untuk melaksanakan kewenangan yang dimiliki oleh Badan Permusyawaratan Desa BPD lembaga ini bertugas menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakatnya bersama pemerintahan yang berwenang di desa. Lembaga ini pada hakikatnya adalah mitra kerja pemerintah desa yang memiliki kedudukan sejajar dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan Desa, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai lembaga legislasi, Badan Permusyawaratan Desa BPD juga memiliki hak untuk menyetujui atau tidak terhadap kebijakan desa yang dibuat oleh Pemerintah Desa. Lembaga ini juga dapat membuat rancangan peraturan desa secara bersama-sama dengan Pemerintah Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan desa. Disini terjadi mekanisme check and balance system dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang lebih demokratis. Universitas Sumatera Utara 8 Karena dalam UU No. 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. untuk itu, pemerintah mendorong terbentuknya lembaga yang menjembatani pemerintah dengan masyarakatnya, salah satunya yaitu Badan Permusyawaratan Desa BPD dalam rangka pemberdayaan dan penguatan desa. Sebagai lembaga pengawasan, Badan Permusyawaratan Desa BPD memiliki kewajiban untuk melakukan kontrol terhadap implementasi kebijakan desa, Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa APBDes serta pelaksanaan keputusan Kepala Desa. Dan dapat juga dibentuk lembaga kemasyarakatan desa sesuai kebutuhan desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan. Badan Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan fungsinya tentu saja memerlukan aspirasi masyarakat desa sebagai acuan dalam penentuan perencanaan desa yang akan ditetapkan bersama-sama dengan perangkat desa. Adapun dalam merumuskan aspirasi masyarakat, ada beberapa teknik perumusan aspirasi yang dapat dilakukan oleh BPD, yakni sebagai berikut: 1. Menggali aspirasi masyarakat ke lapangan, BPD dapat menggunakan: a. Teknik observasi, yaitu dengan cara mengamati meninjau, memantau, melihat, untuk kemudian mencatatmemotret objek-objek yang dituju. Teknik ini dapat dilakukan secara bersama-sama atau secara masing- masing anggota BPD dengan terjun langsung ke lapangan, ke masyarakat di tempat tinggalnya. Teknik ini dapat digunakan misalnya untuk mengecek apakah suatu jalan, suatu gang, suatu jembatan, suatu bangunan fasilitas umumsosial, suatu lokasi untuk pemasangan jaringan listriktelepon, suatu lapang olahraga, dan seterusnya layak untuk dibangun, diperbaikidirenovasi, atau dievaluasi. Hasil pencatatan pemotretan dapat digunakan untuk bahan diskusi atau perumusan pada kegiatan rapat BPD, untuk bahan dokumentasi, atau bahan lampiran pengajuan proyek, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 9 b. Teknik wawancara, yaitu dengan cara tanya-jawab antara anggota BPD dan individuanggota masyarakat yang dianggap sebagai tokohnya dan dapat mewakili kelompok masyarakatnya itu. Teknik ini dapat dilakukan secara bersama-sama atau secara masing-masing oleh anggota BPD, baik secara bergiliran atau simultanparalel di tempatlokasi yang berbeda-beda. Teknik ini dapat digunakan misalnya untuk menampung aspirasi yang sebenarnya dari kelompok masyarakat, yang karakteristik masyarakatnya relatif lebih bersifat homogenpaternalistikpaguyuban panut pada pemimpin kelompoknya. Hasil wawancara berupa catatan-tulisan dan rekaman- kaset dapat digunakan untuk bahan diskusi atau perumusan pada kegiatan rapat BPD, untuk bahan dokumentasi, atau bahan lampiran pengajuan proyek, dan sebagainya. c. Teknik focus group discussion FGD, yaitu dengan cara diskusi bersama kelompok yang dijadikan fokus pengumpulan aspirasi yang dianggap dapat mewakili kelompok masyarakat yang lebih luas. Teknik ini dapat dilakukan secara bersama-sama atau secara masing- masing anggota BPD, baik secara bergiliran atau simultanparalel di tempat yang berbeda-beda. Teknik ini dapat digunakan misalnya untuk menampung aspirasi yang sebenarnya dari kelompok masyarakat, yang karakteristik masyarakatnya relatif lebih bersifat heterogen panut pada hasil kesepakatan bersama. Hasil diskusi berupa catatan dan rekaman kaset dapat digunakan untuk bahan diskusi atau perumusan pada kegiatan rapat BPD, untuk bahan dokumentasi, atau bahan lampiran pengajuan proyek, dan sebagainya 2. Menampung aspirasi masyarakat di KantorSekretariat, BPD dapat menggunakan: a. Teknik dengar pendapat, yaitu dengan cara mendengarkan dengan baik, mencatat dengan lengkap, bertanya seperlunya dengan maksud melengkapi bahanfakta, dan menjawabnya hanya dengan janji atau Universitas Sumatera Utara 10 kata kata dan akan meneruskannya kepada Kepala Desa, rapat BPD, atau pihak-pihak lain yang dituju. Melalui teknik ini, BPD dapat mencatat dan menerima surat pengajuan aspirasi dari anggotakelompok masyarakat yang datang ke Kantor. b. Teknik diskusi, yaitu dengan cara bertukar-pikiran atau tanya-jawab untuk mendapatkan rumusan yang tepat, lengkap, dan benar untuk kemudian diperjuangkan kepada Kepala Desa, rapat BPD, atau pihak- pihak lain yang dituju. Melalui teknik ini, BPD dapat mencatat atau merekam hasil diskusi. 3. Mempelajari peraturan perundang-undangan, BPD dapat menggunakan teknik studi pustaka, yaitu dengan cara mencari, membaca, dan mencatat hal-hal pokok yang akan dikemukakandisosialisasikan dijadikan landasan: a. Dalam proses merumuskan aspirasi masyarakat desa pada forum rapat BPD, b. Dalam menjawab pertanyaanpermasalahan pada forum diskusi atau forum dengar pendapat atau forum FGD, dan c. Untuk keperluan lainnya. Teknik ini dapat digunakan dalam membaca buku, peraturan perundangundangan, surat kabar, dan sebagainya di satu pihak atau dalam merancang peraturan desa, membuat program pembangunan desa, merancang anggaran penerimaan dan pengeluaran keuangan desa, dan sebagainya di lain pihak. 4. Mendiskusikan aspirasi masyarakat diluar rapat resmi, BPD dapat menggunakan: a. Teknik komparasi, yaitu dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan hasil yang didapat oleh anggota BPD yang satu dengan yang lainnya, antara yang ada pada para anggota BPD dengan sumber- sumber lainnya Kepala Desa, Kepala DusunKampung, Ketua RWRT, wartawan, Babinsa, partai politik, ormas, LSM, dan Universitas Sumatera Utara 11 seterusnya. Melalui teknik ini, perbedaan-perbedaan dalam bentuk data dan informasi dapat dikurangi atau diperkecil. b. Teknik cek dan silang, yaitu dengan cara memeriksa kebenaran faktadatainformasi tentang aspirasi masyarakat desa yang diperoleh dari satu pihak kepada pihak-pihak lain karena terdapatnya ketidakpercayaan ketidakyakinan atau bahkan karena adanya kontraversi diri dari para anggota BPD. Bila ternyata terdapat kontraversi antar kelompok masyarakat tentang suatu aspirasi, BPD sepatutnya menggunakan teknik cek-silang untuk mencari solusi jalantengah atau memilih salah satu versi yang benar yang didukung oleh mayoritas masyarakat.

1.5.2. Perencanaan

Untuk dapat menjamin sistematisasi pelaksanaan pembangunan perlu dipahami bahwa proses perencanaan atau tahapan-tahapan di dalam penyusunan perencaaan tersebut dipandang sangat penting. Menurut Bintoro 2001:12 tahapan-tahapan penyus unan perencanaan itu meliputi : a. Tinjauan keadaan, yang meliputi identifikasi masalah-masalah pokok yang dihadapi, seberapa jauh kemajuan yang telah dicapai untuk menjamin kontinuitas kegiatan-kegiatan usaha, hambatan-hambatan yang masih dikembangkan. b. Perkiraan keadaan masa yang akan dilalui rencana, untuk dapat mengetahui kecenderungan-kecenderungan perspektif masa depan. c. Perkiraan tujuan rencana dan pemilihan cara-cara pencapaian tujuan rencana tersebut. d. Identifikasi kebijaksanaan dan atau kegiatan ini adalah tahap persetujuan rencana. Secara lebih terinci lagi, tahapan-tahapan perencanaan ini dijelaskan oleh S.P.Siagian 1997:108 dalam bukunya “Administrasi Pembangunan” adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 12 a. Mengetahui sifat hakiki dari masalah yang dihadapi. b. Kumpulkan data-data. c. Penganalisaan data-data. d. Penentuan beberapa alternatif. e. Memilih cara-cara yang kelihatannya terbaik. f. Pelaksanaan. g. Penilaian hasil yang dicapai.

1.5.3. Pembangunan

pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004:15. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005 : 25. Siagian 1994:86 memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa nation building”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita 1997:61 memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”. Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro nasional dan mikro commuinitygroup. Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuanperbaikan, pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Universitas Sumatera Utara 13 Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005:34. Bintoro l993:59 menyebutkan bahwa pembangunan merupakan proses tanpa ada akhir, suatu kontinuitas perjuangan mewujudkan ide dan realitas yang akan terus berlangsung sepanjang kurun sejarah. Berarti jelaslah bahwa suatu pembangunan tidak lain merupakan suatu proses pertumbuhan dan perubahan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Berencana dan dilaksanakan secara sadar. b. Selalu diarahkan pada usaha peningkatan atau menuju kepada keadaan yang lebih baik. c. Berlangsung terus-menerus. Dari defenisi di atas mengisyaratkan dengan jelas bahwa keikutsertaan masyarakat dalam proses penentuan pembangunan di desanya adalah sangat dominan. Melibatkan mental dan emosi masyarakat desa yang dapat mendorong mereka untuk berpartisipasi penuh bagi tercapainya tujuan masyarakat dengan jalan mendiskusikan, menentukan keinginan, merencanakan dan mengerjakannya secara bersama-sama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan berbasis partisipasi masyarakat. Partisipasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisitaif pembangunan. Maka, pembangunan yang partisipatif adalah proses yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh keputusan substansial yang berkenaan dengan kehidupan mereka. Dalam bidang politik dan sosial, partisipasi bermakna sebagai upaya melawan ketersingkiran. Jadi, dalam partisipasi, siapapun dapat memainkan peranan secara aktif, memiliki kontrol terhadap kehidupannya sendiri, mengambil peran dalam masyarakat, serta menjadi lebih terlibat dalam pembangunan. Universitas Sumatera Utara 14 Pada akhirnya, tujuan partisipasi adalah untuk meningkatkan inisiatif masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya untuk pembangunan. Jika dicermati, makna partisipasi berbeda-beda menurut mereka yang terlibat, misalnya antara pengambil kebijakan, pelaksana di lapangan, dan masyarakat. Para ahli telah membuat pengklasifikasian partisipasi menjadi tujuh karakteristik tipologi partisipasi, yang berturut-turut semakin dekat kepada bentuk yang ideal, yaitu : 1. Partisipasi pasif atau manipulatif. Ini merupakan bentuk partisipasi yang paling lemah. Karakteristiknya adalah masyarakat menerima pemberitahuan apa yang sedang dan telah terjadi. Pengumuman sepihak oleh pelaksana proyek tidak memperhatikan tanggapan masyarakat sebagai sasaran program. Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran belaka. 2. Partisipasi informatif. Masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk proyek, namun tidak berkesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penelitian. Akurasi hasil penelitian, tidak dibahas bersama masyarakat. 3. Partisipasi konsultatif. Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi, sedangkan orang luar mendengarkan, menganalisa masalah dan pemecahannya. Belum ada peluang untuk pembuatan keputusan bersama. Para profesional tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan masyarakat sebagai masukan untuk ditindaklanjuti. 4. Partisipasi insentif. Masyarakat memberikan korbanan dan jasa untuk memperoleh imbalan insentif berupa upah, walau tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen-eksperimen yang dilakukan. Masyarakat tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah insentif dihentikan. 5. Partisipasi fungsional. Masyarakat membentuk kelompok sebagai bagian proyek, setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati. Pada tahap awal, masyarakat tergantung kepada pihak luar, tetapi secara bertahap menunjukkan kemandiriannya. Universitas Sumatera Utara 15 6. Partisipasi interaktif. Masyarakat berperan dalam analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan. Cenderung melibatkan metoda interdisipliner yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas pelaksanaan keputusan- keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan. 7. Mandiri self mobilization. Masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas tidak dipengaruhi oleh pihak luar untuk merubah sistem atau nilai- nilai yang mereka junjung. Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan dukungan teknis serta sumber daya yang diperlukan. Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada dan atau digunakan. Akhir-akhir ini telah lahir konvergensi antara hasrat pelibatan masyarakat dalam perumusan kebijakan dan implementasinya dengan terciptanya good governance. Telah diupayakan mencari berbagai bentuk baru partisipasi yang bersifat lebih langsung. Intinya adalah bagaimana masyarakat dapat mempengaruhi pemerintah dan memaksa mereka agar lebih accountable.

1.5.4. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan merupakan suatu fungsi utama Manajemen Pembangunan yang selalu diperlukan karena kebutuhan akan pembangunan lebih besar dari sumber daya resources yang tersedia. Melalui perencanaan yang baik dapat dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif dapat memperoleh hasil yang optimal dalam pemanfaatan sumberdaya yang tersedia dan potensi yang ada. S.P.Siagian 1997:120 memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa nation building”. Universitas Sumatera Utara 16 Menurut Tjokroamidjojo 1998:25, perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Terkait dengan perencanaan pembangunan, unsur- unsur pokok yang harus tercakup dalam perencanaan adalah: 1. Adanya kebijaksanaan atau strategi dasar rencana pembangunan atau sering disebut dengan tujuan, arah, prioritas dan sasaran pembangunan. 2. Adanya kerangka rencana atau kerangka makro rencana. 3. Perkiraan sumber-sumber pembangunan, khususnya yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan. 4. Kerangka kebijakan yang konsisten. Berbagai kebijakan perlu dirumuskan dan kemudian dilaksanakan. Dalam konteks Indonesia, perencanaan pembangunan menjadi penting mengingat sumber- sumber ekonomi yang semakin terbatas dan akan menjadi habis, jumlah penduduk yang sangat besar dan beragam, tingkat pendidikan dan kemampuan manajerial yang masih rendah.

1.5.5. Langkah-langkah Penyusunan Perencanan Pembangunan Desa

Bintoro 1993:2 menyebutkan : “Dengan perencanaan pembangunan dimaksudkan agar pembangunan terselenggara secara berencana, yaitu secara sadar, teratur, sistematis, berkesinambungan, mengusahakan peningkatan dan kemampuan menahan gejolak-gejolak di dalam pelaksanaannya. Agar usaha-usaha pembangunan dapat berhasil mencapai sasaran, maka pengarahan untuk pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber yang ada perlu berpedoman pada suatu rencana yang terwujud dalam suatu bentuk perencanaan pembangunan. Bintoro 1998:12 menyatakan bahwa : Universitas Sumatera Utara 17 a. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. b. Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya maksimal output dengan sumber-sumber yang ada agar lebih efektif dan efisien. c. Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilaksanakan, bagaimana, bilamana, dan pada siapa. d. Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber- sumber pembangunan termasuk sumber-sumber ekonomi yang terbatas adanya untuk mencapai tujuan-tujuan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efektif dan efisien. Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa suatu perencanaan pembangunan, khususnya perencanaan pembangunan desa sangat membutuhkan pendekatan yang menyeluruh. Perencanaan pembangunan desa merupakan perencanaan pembangunan yang dilakukan masyarakat sendiri, dari dan untuk masyarakat sendiri, dengan pengarahan, bimbingan, bantuan, dan pembinaan serta pengawasannya dilakukan oleh pemerintah. Jadi, dengan proses pembangunan yang seperti ini apa yang menjadi harapan dan keinginan masyarakat desa dapat terpenuhi dan diwujudkan dalam bentuk nyata berlandaskan musyawarah. Musyawarah merupakan salah satu asas dasar negara Indonesia. Musyarawah pembangunan yang diadakan oleh Pemerintah Desa disebut Musyawarah Perencanaan Pembangunan Musrenbang Desa. Musrenbang Desa dalam penjelasannya tentang panduan penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan desakelurahan tahun 2008 adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan stakeholder desakelurahan untuk menyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya. Universitas Sumatera Utara 18 Musrenbang desa dilakukan setiap bulan Januari untuk menyusun rencana kegiatan tahunan desa dengan mengacumemperhatikan kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RPJM Desa yang sudah disusun. Musrenbang yang bermakna akan membangun kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan desa, dengan memotret potensi dan sumber-sumber pembangunan yang tersedia baik dari dalam desa sendiri maupun dari luar desa. Musrenbang adalah forum publik perencanaan program yang diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desakelurahan bekerjasama dengan warga dan para pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah satu tugas pemerintah desa kelurahan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen tata pemerintahan pemerintah, masyarakat, swasta tidak berperan atau berfungsi. Karena itu, musrenbang juga merupakan forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tatapemerintahan dan pembangunan. Perencanaan pembangunan desa sesuai dengan hakekat pengertian pembangunan desa yaitu perencanaan pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat desa. Desa adalah subjek pembangunan, namun dalam pelaksanaannya masih perlu bimbingan dan bantuan pemerintahan yang lebih tinggi. Menurut Suwignjo 1992 untuk meminimalisir permasalahan yang akan dihadapi dalam pembangunan desa maka sebelum menetapkan perencanaan pembangunan desa maka harus terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah adalah kegiatan pertama dari unsur perencanaan pembangunan desa. Masalah yang perlu diperhatikan dari kegiatan ini adalah keadaan masa lalu, keadaan sekarang dan kecenderungan- kecenderungan di masa yang akan datang, yang meliputi beberapa faktor seperti : Universitas Sumatera Utara 19 a. Faktor perkembangan jumlah penduduk, kegiatan ekonomi penduduk. b. Faktor pembatas, yang meliputi: luas wilayah, nilai-nilai sosial budaya, dan sumber daya alam. 2. Pengumpulan Data Langkah selanjutnya setelah identifikasi masalah adalah dilakukan kegiatan pengumpulan data yang mempunyai kaitan dengan faktor-faktor yang diperlukan dalam penyusunan rencana pembangunan desa. Data tersebut diperoleh melalui penelitian lapangan atau berdasarkan data yang tertuang dalam papan potensi desa yang dijamin kebenarannya. Data tata ruang desa merupakan faktor pembatas, karena tidak ada perubahan dalam luas, yang terjadi hanya penggunaan tanah. Perubahan- perubahan penggunaan tanah terjadi karena adanya perubahan aktivitas ekonomi penduduk desa yang bersangkutan. Setiap perubahan perlu dicatat dalam buku register desa dan papan potensi desa. 3. Analisa Data Langkah berikut setelah pengumpulan data ialah analisa data. Data disistematiskan, disusun sebagai suatu rencana, disusun sesuai urutan prioritas pembangunan. Langkah-langkah sistematis dalam penyusunan rencana pembangunan desa dilakukan melalui penjenisan rencana sesuai dengan tingkatannya. Dengan demikian manakala pada saat sekarang usaha di sektor industri dan jasa memberikan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian maka masyarakat cenderung untuk memilih pada sektor industri dan jasa, sedangkan sektor pertanian ditinggalkan. 4. Penentuan Sasaran Pembangunan Dengan telah ditetapkan urutan prioritas permasalahan yang harus diselesaikan melalui serangkaian kegiatan pembangunan maka dapat disusun sasaran-sasaran yang akan dicapai. Universitas Sumatera Utara 20 Dalam penentuan sasaran harus pula diperhatikan faktor-faktor pendukung pelancar seperti sumber daya alam, sumber daya manusia serta faktor penghambat, seperti sulitnya transportasi, pengetahuan yang belum memadai dari aparat yang terlibat dalam perencanaan pembangunan. Selanjutnya agar rencana sesuai dengan kemampuan dan dapat dilaksanakan, maka beberapa hal pokok yang perlu mendapat jawaban adalah : a. Apa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, b. Berapa sumber yang dimiliki yang merupakan potensi alam, manusia dan transportasi, c. Apa masalah yang dihadapi, d. Bagaimana program sebagai usaha mengatasi masalah tersebut, e. Dimana kegiatan itu dilakukan, f. Kapan rencana itu harus dilaksanakan, dan waktu penyelesaiannya. Dari uraian di atas maka secara singkat dapat dikemukakan bahwa langkah-langkah utama dalam penyusunan suatu rencana pembangunan desa terdiri dari: a. Studi keadaan masa lalu dan keadaan masa sekarang serta kecenderungan di masa yang akan datang, b. Penentuan di dalam menghadapi masalah-masalah dengan memanfaatkan potensi yang ada berdasarkan studi analisa, c. Tindakan yang dilaksanakan didasarkan pada tahapan-tahapan prioritas pembangunan dalam rangka pola pembangunan nasional dan daerah. d. Menyerasikan tindakan-tindakan itu dengan kondisi-kondisi serta batasan- batasan yang berpengaruh.

1.6. Jenis-jenis Rencana Desa

Ada beberapa jenis, perencanaan desa, dari rencana yang umum sampai rencana yang khusus. Rencana tersebut mempunyai kaitan antara satu dengan yang lain, karena rencana yang umum memberikan arahan kepada rencana yang Universitas Sumatera Utara 21 khusus. Selanjutnya secara garis besar perencanaan tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. Rencana Umum

Rencana Umum adalah suatu rencana peruntukan bumi air dan ruang angkasa yang akan menunjukkan dan memuat pedoman bagi perkembangan suatu desa dan wilayah sekitarnya untuk keperluan penghidupan dan kehidupan yang masih dalam batas kemungkinan. Rencana Umum Desa merupakan rencana menyeluruh sehingga harus mempunyai kekuatan mengikat, untuk itu diperlukan legalitas hukum. Berhubungan dengan itu maka setiap Rencana Umum Desa suatu desa perlu disahkan oleh instansi yang lebih tinggi yang secara fungsional bertanggung jawab terhadap perencanan pembangunan suatu wilayah yang bersangkutan. Suatu Rencana Umum Desa harus mengandung segi-segi perencanaan sebagai berikut: a. Sesuai dengan atau mempunyai kaitan dengan berbagai Rencana Tata Guna Tanah, b. Suatu gambaran umum mengenai arah dan kecenderungan perkembangan dan perubahan desa yang diperlukan di masa yang akan datang, c. Perumusan sasaran dan tujuan masyarakat desa di masa yang akan datang, d. Aspek kelembagaan yang diuraikan peranannya dengan jelas, e. Suatu gambaran mengenai bentuk dan sifat perkembangan yang diperkirakan di masa yang akan datang, f. Perumusan kebijakan umum serta strategi program pembangunan desa untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan desa. Rencana Umum Desa digambarkan dalam bentuk peta dasar dengan uraian yang jelas dan mudah dimengerti. Materi Rencana Induk Desa yang perlu dikemukakan adalah : Universitas Sumatera Utara 22 a. Struktur tata ruang pemukiman desa, sesuai dengan fungsi desa yang bersangkutan, b. Struktur lapangan kerja, dituangkan dalam struktur tata ruang kegiatan umum, c. Pola sirkulasi, pola jaringan utama, dituangkan dalam jaringan jalan dan terminal, d. Penempatan fasilitas pelayanan, dituangkan dalam struktur tata ruang sarana pelayanan masyarakat.

2. Rencana Fokus

Rencana Fokus Desa adalah suatu rencana yang merupakan pengisian Rencana Induk Desa. Jika rencana Umum belum ada maka Rencana Fokus Desa merupakan rencana pembangunan lingkungan atau sebagian dari pada lingkungan tersebut. Rencana Fokus desa merupakan pedoman dalam pelaksanaan operasional. Sama halnya dengan Rencana Umum Desa, Rencana Fokus Desa perlu pula dimusyawarahkan antara perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa BPD dan Lembaga Perwakilan Masyarakat LPM. Selanjutnya hasil musyawarah ini akan dituangkan dalam Keputusan Desa untuk mendapatkan pengesahan dari Bupati. Pengesahan Bupati merupakan dasar Keputusan Kepala Desa agar pelaksanaan dari Rencana Fokus Desa lebih teratur, terarah dan mencapai tujuan pembangunan. Disamping itu Rencana Fokus Desa tersebut berperan pula sebagai alat pengawasan, yaitu : a. Pengawasan fisik desa, agar tercapai tertib pembangunan fisik desa, b. Tata letak bangunan, agar dapat terjamin keamanan pembangunan desa dan kenikmatan lingkungan, c. Pengawasan pelaksanaan pola tata guna tanah. Selanjutnya perlu diketahui bahwa rencana Fokus desa memuat perencanaan zoning dan tata letak dari : Universitas Sumatera Utara 23 a. Lingkungan wisma pemukiman yang lengkap, b. Pusat lingkungan desa, c. Jaringan jalan desa dengan rencana-rencana terperincinya, d. Jaringan utilitas umum desa e. Jalur hijau dan pertanaman desa, f. Fasililas sosial dan fasilitas spritual, g. Pembagian persil desa. Rencana Fokus desa digambarkan pada peta dasar desa. Selanjutnya langkah kegiatan yang perlu dilakukan dalam memperlancar operasional Rencana Terpadu Desa adalah sebagai berikut : a. Mempersiapkan sarana administrasi yang dapat menjamin pelaksanaan rencana, b. Menyusun program kerja yang realistis, c. Menyusun program peremajaan, pemugaran dan perbaikan lingkungan, d. Mencari sumber dana, sumber daya untuk pelaksanaan pembangunan, e. Masukan-masukan input rencana khusus. Rencana Fokus Desa merupakan rencana pengisian suatu Rencana khusus dan terperinci Desa, yang merupakan bagian dari suatu perencanaan lingkungan kecil desa atau dari keseluruhan desa, terutama yang menyangkut suatu komponen kegiatan fungsional tertentu. Dengan demikian Rencana Fokus Desa merupakan pedoman pokok di dalam pelaksanaan suatu rencana, dan rencana Fokus tersebut harus sesuai dengan Rencana Umum Desa dan Rencana Fokus Desa.

1.7. Pelaksanaan Proyek Desa

Menurut Firman dan Martin 1992:10 menerangkan bahwa: “proyek adalah suatu kesatuan kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan suatu hasil atau sasaran tertentu dalam suatu jangka waktu yang telah ditentukan. Kegiatan Universitas Sumatera Utara 24 tersebut diusahakan melalui penyediaan sumber-sumber dana, manusia dan peralatan.” Dengan demikian proyek direncanakan, diarahkan dan diproyeksikan untuk menciptakan suatu hasil tertentu pada waktu yang telah ditentukan dalam mencapai sebagian dari tujuan yang luas dan atau besar, dengan cara yang tepat dan penggunaan sumber-sumber seperti personalia, peralatan dan dana secara efesien dan efektif. Dari defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa proyek desa adalah perencanaan pembangunan yang dibuat dengan jangka waktu dan penyediaan dana yang telah ditentukan untuk membangun ataupun memperbaiki fasilitas- fasilitas pedesaan yang dianggap dibutuhkan oleh masyarakat sebagai wujud pelayanan pemerintah desa dan untuk meningkatkan kondisi sosial sekaligus untuk meningkatkan pembangunan nasional. Proyek mempunyai peranan yang penting dalam upaya pembangunan, karena melalui proyek dapat dicapai tujuan- tujuan program yang kesemuanya menunjang kepada pembangunan di segala bidang. Perencanaan pembangunan proyek desa ini dilaksanakan melalui musyawarah perencanaan pembangunan desa yang dihadiri oleh Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, LKMD, PKK, dan tokoh masyarakat setelah sebelumnya BPD dan Pemerintah Desa menampung aspirasi-aspirasi dari masyarakatnya. Pembangunan yang pendanaannya dapat dibiayai melalui swadaya masyarakat akan ditangani sepenuhnya oleh Pemerintah Desa dan penduduk desa. Inisiatif pembangunan ini berasal dari aspirasi-aspirasi masyarakat desa yang telah mereka tampung. Untuk urusan pencarian dana dari pembangunan ini adalah tugas dari anggota Badan Permusyawaratan Desa. Tugas Kepala Desa beserta aparaturnya hanyalah dalam pelaksanaan pembangunan tetapi tidak lepas dari pengawasan Badan Permusyawaratan Desa dalam pelaksanaan pembangunannya. Pembangunan yang diperkirakan akan memerlukan dana yang sangat besar akan menjadi proyek desa dan Universitas Sumatera Utara 25 pembiayaannya melalui APBD. APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam penjelasannya menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut : 1. Anggaran pendapatan dan belanja daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. 2. Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. 3. Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

1.8. Defenisi Konsep

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (Studi Tentang Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Pada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Telaga Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

27 261 148

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

5 96 117

Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Otonomi Desa

3 68 100

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembangunan Pertanian Di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

1 71 103

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Kewenagan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Sistem Pemerintahan Desa

8 114 106

Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria

0 40 88

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) Dalam Proses Demokratisasi Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Suatu Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

1 49 124

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang)

5 38 112

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Tentang Proyek Desa Di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan)

0 1 27