Identitas Informan Analisa Data Tentang Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Perencanaan Pembangunan Desa

42

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dari seluruh data dan informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui studi pustaka, wawancara mendalam depth interview dengan para responden, maupun catatan-catatan penulis sewaktu melakukan penelitian selama di lapangan, maka dapat diberikan suatu analisa tentang peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan desa suatu studi deskriptif tentang proyek desa melalui APBD di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan seperti hasil analisa yang tertera di bawah ini. Adapun data-data yang disajikan terdiri dari dua bagian, yaitu data identitas informan dan data penelitian. Penyajian data mengenai karakteristik informan adalah untuk mengetahui spesifikasi ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh informan yaitu meliputi jenis kelamin, dan pendidikan terakhir, serta pekerjaan jabatan. Sedangkan penyajian data penelitian adalah data-data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian.

4.1. Identitas Informan

Informan yang ditentukan dalam penelitian ini adalah beberapa anggota BPD dan beberapa masyarakat di desa Gunung Tua Panggorengan.. Adapun karakter informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 6: Karakter Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentasi 1 SD - - 2 SMP - - 3 SMA 1 16,6 4 Diploma Sarjana 5 83,4 Jumlah 6 100 Sumber: Wawancara 2014 Universitas Sumatera Utara 43 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa identitas informan berdasarkan pendidikan terakhir yaitu tingkat Sekolah Dasar SD dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP tidak ada, sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA sebanyak satu orang dan pada tingkat Diploma dan Sarjana sebanyak lima orang. 4.2. Data Penelitian 4.2.1. Peranan Badan Permusyawaratan Desa Pada bab ini penulis akan menyajikan deskripsi data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang disebutkan pada bab terdahulu, yakni observasi dan wawancara. Demikian juga halnya, permasalahan utama yang hendak dijawab dalam bab ini adalah bagaimana peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan di desa Gunung Tua Panggorengan. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, penulis pertama-tama mengawalinya dengan mengumpulkan berbagai dokumen dari kantor kepala desa. Kemudian melakukan sejumlah wawancara yang berhubungan dengan permasalahan penelitian skripsi ini. Berikut ini akan disajikan hasil penelitian di lapangan, penelaahan dokumen-dokumen dari instansi terkait dan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan, yang disusun berdasarkan penggunaan indikator implementasi kebijakan yang digunakan dalam penelitian ini. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa perencanaan pembangunan adalah proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu . Oleh karena itu, penulis melakukan wawancara tentang peranan Badan Permusyawaratan Desa sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 44 Sebelum menanyakan lebih jauh tentang BPD peneliti menanyakan pandangan Bapak Gunung S.Sos selaku sekertaris Desa Gunung Tua Panggorengan tentang perencanaan. Beliau menjawab : “Perencanaan itu adalah hal yang sangat penting dalam terciptanya pembangunan yang yang berhasil. Perencanaan merupakan pondasi dasar yang menjadi pondasi dalam pembangunan itu sendiri. Dengan perencanaan yang baik tentunya diharapkan akan tercipta sebuah pembangunan yang di harapkan oleh masyarakat.” Menimbang pentingnya perencanaan itu Bapak Gunung menambahkan : “Peranan BPD sangat penting dalam terciptanya pembangunan yang berhasil. Oleh karena itu, BPD harus benar – benar serius dan berhati – hati dalam melaksanakan tugasnya sebagai badan perencana. Dari keputusan BPD keluar berbagai keputusan – keputusan dalam hal pembangunan yang menjadi penentu apakah pembangunan yang akan dilaksanakan itu berguna bagi masyarakat .”

4.2.1.1. Kedudukan, Fungsi, Tugas Pokok, Hak dan Kewajiban BPD

Untuk mendapat gambaran yang lebih mendalam mengenai perenan BPD dalam perencanaan pembangunan di desa Gunung Tua Panggorengan, peneliti mengumpulkan data-data penelitian berdasarkan indikator-indikator yang telah disebutkan sebelumnya dan dipaparkan sebagai berikut: Kedudukan Badan Permusyawaratan Desa dikutip dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Gunung Tua Panggorengan. Sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang baru bahwa Badan Permusyawaratan Desa berkedudukan sebagai salah satu unsur penyelenggara Pemerintah Desa. Kedudukan ini adalah untuk memperkuat pemerintah desa dalam melaksanakan hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri secara demokratis sesuai dengan aspirasi masyarakat. Untuk mengetahui sejauh mana peranan BPD dalam menampung aspirasi msayarakat maka peneliti Universitas Sumatera Utara 45 menanyakan kepada ibu Risda sebagai masyarakat di Desa Gunung Tua Panggorengan. Beliau menjelaskan : ” Memang sampai saat ini kami selalu memberikan pengaduan kepada BPD jika ada hal – hal tertentu yang kami keluhkan. Dan sampai saat ini mereka menanggapi dengan baik apa yang menjadi pengaduan kami. Begitu juga dengan rencana yang kami ajukan, jika dianggap baik mereka mengajukan dalam rapat. BPD sering juga datang kerumah warga untuk menanyakan apa yang menjadi kendala dalam kehidupan sehari – hari, jika ingin melakukan pembangunan BPD juga tidak jarang menanyakan pendapat kami, meskipun terkadang itu tidak dilakukan secara resmi.” Fungsi Badan Permusyawaratan Desa, yakni sebagai berikut: 1. Merumuskan peraturan-peraturan legislating function yang dibutuhkan oleh Desa, yang nantinya disahkan oleh Surat Keputusan Kepala Desa; 2. Bersama-sama Kepala Desa membuat Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa budgetting function; 3. Mengawasi eksekutif desa Kepala Desa beserta Perangkatnya dalam pelaksanaan pemerintahan sehari-hari controlling function. Kemudian yang menjadi tugas pokok Badan Permusyawaratan Desa adalah sebagai berikut: 1. Mencari sendiri secara proaktif aspirasi masyarakat ke lapangan 2. Menerima aspirasi masyarakat yang datang ke kantor 3. Menguasai segala peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan program pembangunanpemerintahan di desa 4. Membicarakan ketiga hal itu secara bersama-sama diluar musyawarah- resmi BPD 5. Merencanakan secara matang hal-hal pokok secara berurutan berdasarkan skala prioritas yang akan diputuskan dalam musyawarah BPD 6. Memutuskan rumusan-rumusan peraturan desa, programmasyarakat, dan Universitas Sumatera Utara 46 Selain itu, lembaga Badan Permusyawaratan Desa juga mempunyai hak yaitu: 1. Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa. 2. Menyatakan pendapat. Sedangkan kewajiban Anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah sebagai berikut : 1. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan. 2. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 3. Mempertahankan dan memelihara hukum Nasional serta Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. 5. Memproses pemilihan Kepala Desa. 6. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan. 7. Menghormati nilai – nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat. 8. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan. Adapun ketersediaan tugas dan fungsi suatu lembaga dalam perencanaan pembangunan tidak menjamin terwujudnya pembangunan yang baik bila tidak diimplementasikan. Berikut pernyataan bapak Fitrah mamora selaku ketua BPD mengenai pelaksaan tugas dan fungsi BPD di desa Gunung Tua Panggorengan : “Secara umum, kami selaku perangkat BPD telah menjalankan tugas dan fungsi kami, seperti menghadiri pertemuan musrenbang yang diadakan desa. Dan dalam rapat – rapat yang berhubungan dengan pembangunan desa ini. Tidak hanya itu, sebagai badan yang mempunyai fungsi yang peranannya sangat vital, kami juga aktif dalam Universitas Sumatera Utara 47 berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan, tidak hanya terbatas pada perencanaannya saja.” Dalam suatu pelaksanaan system, tidak semua hal bisa berjalan dengan lancar. Beberapa hambatan biasanya muncul dalam pelaksanaannya. Menanggapi hal itu, demikia pernyataan Bapak Fitrah Mamora : “Memang tidak semua berjalan seperti yang diharapkan. Tapi setiap hambatan itu menjadi tugas tersendiri bagi kami untuk memecahkannya. Misalnya anggaran yang di keluarkan tidak mencukupi karena adanya kejadian yang tidak di perkirakan, contohnya waktu pembangunan jalan banjar mawar, ketika jalan yang di semen belum kering, hujan menyebabkan semen yang belum kering merusak pembangunannya sehingga harus di semen ulang lagi. Itu artinya kami harus mencari dana tambahan.“ Selain wawancara dengan ketua BPD mengenai peranan BPD itu sendiri, penulis juga meminta pendapat Bapak Enda Timbul S.Pd selaku kepala desa yang juga memiliki peran dalam perencanaan pembangunan, beliau mengatakan: “Sampai saat ini BPD sangat membantu dalam melaksanakan perencanaan pembangunan. Peran aktif dari BPD sangat terlihat. Mereka tidak hanya membuat perencanaan, tapi juga aktif dalam pengawasannya. Kerja samanya juga sangat baik, terbuka dalam diskusi yang sehat, dan memihak pada rakyat.”

4.2.1.2 Praktik BPD dalam menampung aspirasi masyarakat

Aspirasi masyarakat adalah salah satu komponen yang penting dalam perencanaan pembangunan desa. Adapun praktik yang dilakukan oleh BPD dalam merumuskan aspirasi masyarakat menurut akhyar hasibuan sebagai anggota masyarakat adalah sebagai berikut: “BPD sebagai tempat menyalurkan aspirasi kami cukup aktif dalam menjalankan tugasnya. Untuk membuat rencana biasanya kami diajak Universitas Sumatera Utara 48 berdiskusi tidak hanya dalam rapat – rapat resmi yanaag diadakan desa, terkadang kedai kopi juga menjadi tempat yang digunakan untuk merencanakan pembangunan, hal ini tentu saja tidak resmi. Tapi bukan berarti mereka tidak menerima pendapat yang dikira bagus.” Ada kalanya pendapat yang di peroleh dari diskusi di kedei menjadi solusi yang dipilih. Bisa jadi diskusi di kedei kopi aspirasi masyarakat lebih bebas dalam memikirkan solusi terhadap kendala yang ada. Lebih lanjut, mengenai teknik observasi yang seharusnya juga menjadi hal yang penting dalam merumuskan permasalahan, maka BPD di tuntut untuk terjun langsung ke lapangan. Bapak Akhyar menjelaskan: “Dalam hal terjun kelapangan BPD dapat dinilai bagus, mereka aktif. Setiap ada pengaduan tentang berbagai masyalah yang berhubungan dengan fasilitas umum BPD merespon dan menindaklanjuti pengaduan itu dengan cepat. Biasanya jika menyangkut kerusakan besar BPD mengajukan untuk mengadakan rapat desa untuk membahas perbaikan yang harus dilakukan.” 4.3. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penetapan Jenis-jenis Rencana Desa A. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penetapan Rencana Induk Desa. Rencana umum desa merupakan suatu rencana yang memuat tentang peruntukan bumi, air dan ruang yang akan menjadi petunjuk dan pedoman bagi perkembangan suatu desa dan wilayah sekitarnya untuk keperluan penghidupan. Jadi rencana umum desa merupakan rencana menyeluruh tentang suatu desa yang mengerti patokan untuk pembangunan desa di masa depan. Rencana umum desa di desa Gunung Tua Panggorengan sampai saat sekarang ini belum ada. Karena sampai saat ini belum ada suatu rancangan umum yang memuat tentang rancangan pemerintah mengenai peruntukan bumi, air, dan Universitas Sumatera Utara 49 ruang di desa tersebut. Jadi penduduk bebas untuk memanfaatkan lahan miliknya tanpa adanya panduan yang dibuat oleh pemerintahan. Ketua Badan Permusyawaratan Desa menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada rencana umum atau perencanaan terperinci desa di desa tersebut. Bagi Badan Permusyawaratan Desa menyusun suatu rencana umum desa yang sangat menyeluruh bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, karena terlalu banyak tantangan yang akan dihadapi. Misalnya mereka harus berhadapan dengan penduduk pemilik lahan. Sangat tidak mungkin di desa ini, aparatur desa dengan Badan Permusyawaratan Desa melarang penduduk membangun di atas tanahnya dengan alasan tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang ada. Apabila aparatur desa dan anggota Badan Permusyawaratan Desa tetap memaksakan membuat rencana induk desa dikhawatirkan hal ini bisa menimbulkan konflik vertikal diantara aparatur desa dengan penduduk. Bapak Fitrah mamora selaku ketua BPD menjelaskan langkah langkah yang biasanya di lakukan untuk mengatasi konflik tidak melebar dan perencanaan pembangunan itu dapat terlaksana sebagai berikut : ”Seringkali yang menyebabkan terjadinya konflik seperti ini adalah ketidaktahuan warga akan rencana yang akan di kita buat. Hal ini terjadi karena individu itu kurang aktif dalam muyawarah yang kita lakukan, dalam hal ini langkah pertama yang kita lakukan adalah melakukan pendekatan secara kekeluargaan dan intensif, artinya kita mendatangi dia dan menjelakan tentang rencana yang akan kita buat, apa keuntungan yang di peroleh oleh warga apabila rencana itu terwujud.” B. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penetapan Rencana Terperici Desa. Universitas Sumatera Utara 50 Dalam rencana terperinci desa, sektor yang biasa dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa dalam program perencanaan hanyalah pembangunan fasilitas desa terutama untuk fasilitas jaringan jalan desa dan jaringan utilitas umum desa serta fasilitas sosial dan fasilitas spiritual. Program perencanaan pembangunan fasilitas desa, dilakukan dengan cara bertahap. Seperti itulah prosedur perencanaan pembangunan untuk fasilitas sosial desa. Aspirasi masyarakat tentang program perencanaan pembangunan merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh anggota Badan Permusyawaratan Desa. Untuk pembangunan fasilitas desa biasanya antusias masyarakat begitu tinggi. Misalnya untuk perbaikan jalan desa, masyarakat akan membantu baik dari dana ataupun tenaga untuk keperluan jalan desa, asalkan jalan desa dipemukimannya dapat dibangun, paling tidak berupa jalan semen. Untuk pembangunan jalan desa ini Badan Permusyawaratan Desa desa Gunung Tua Panggorengan sudah memiliki rencana-rencana yang terperinci untuk pembangunannya. Mereka sudah memiliki gambaran jalur-jalur mana yang sangat mendasar untuk dibangun serta yang mendesak untuk diperbaiki. Peneliti menanyakan kepada Bapak Fitrah Mamora mengenai cara medapatkan gambaran tentang berbagai informasi yang berguna sebagai gambaran untuk perencanaan nantinya. Beliau menjawab : “Masyarakat adalah sumber informasi utama kita, kita akan langsung menjumpai mereka dan menanyakan tentang informasi yang kita butuhkan, kendala apa saja yang menjadi halangan dalam kehidupan mereka terutama yang bersangkutan dengan sarana dan prasarana yang ada di daerah panggorengan. Setelah memperoleh informasi dan dirasa cukup, barulah kita mengunjungi lokasi yang akan menjadi tempat pembangunan atau yang akan di perbaiki.” Program perencanaan pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas spiritual tidak berada ditangan Badan Permusyawaratan Desa sepenuhnya. Perencanaan Universitas Sumatera Utara 51 pembangunan disektor ini merupakan tanggung jawab dewan kepengurusan dari masing-masing sektor. Misalnya untuk fasilitas sosial berupa lapangan olah raga. Program perencanaan pembangunan di sektor ini merupakan tanggung jawab dari Karang Taruna Naposo Nauli Bulung, karena merekalah yang berhak membuat program perencanaan pembangunan di sektor ini. Bapak Andi Muda selaku wakil ketua BPD mejelaskan hubungan antara karang taruna naposo nauli bulung mengatakan : “Biasanya karang taruna mempunyai rencana sendiri dan sudah mempunyai gambaran yang baik tentang apa yang akan dilakukan, mereka datang kepada BPD biasanya hanya meminta pertimbangan atau masukan tentang rencana yang akan mereka laksanakan.” Kepala sekolah berhak membuat sendiri program perencanaan pembangunan disekolah yang ia pimpin. Mereka hanya berkewajiban memberikan laporan yang terperinci kepada Badan Permusyawaratan Desa terhadap program yang mereka buat. Untuk pembangunan fasilitas peribadahan yang ada di desa Gunung Tua Panggorengan sudah memiliki kenaziran tersendiri. Merekalah yang berhak untuk membuat program perencanaan pembangunan mesjid yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Kewajiban mereka hanyalah melaporkan program perencanaan yang mereka buat kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk mendapatkan persetujuan. Biasanya program perencanaan pembangunan yang disusun oleh penanggung jawab dimasing-masing sektor ini akan disetujui oleh Badan Permusyawaratan Desa apabila memang perencanaan yang disepakati bersama. Peneliti menanyakan kepada Bapak Gunung pakah kerjasa masing – masing sektor dengan BPD berjalan baik. Beliau menanggapi : “ Sampai saat ini hubungan antara BPD dan sektor lain berjalan baik, karena pada dasarnya mereka menjalalankan seuatu yang bermanfaat untuk mereka, dan BPD mempunyai tugas untuk memberikan masukan Universitas Sumatera Utara 52 apabila diperlukan dan tentu saja menentukan apakah perencanaan bisa di terima atau tidak.”

4.4. Prosedur Proyek Desa Melalui APBD

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana peranan Badan Permusyawaratan Desa di Desa Gunung Tua Panggorengan dalam merencanakan suatu proyek desa yang merupakan termasuk dalam perencanaan pembangunan desa maka akan dibahas mengenai prosedur perencanaan proyek desa yang dilaksanakan oleh Badan Permusyawaratan Desa di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan.

4.4.1. Musyawarah Pembangunan Desa

Setelah mereka menyerap aspirasi masyarakat desa, maka tugas BPD selanjutnya adalah menetapkan sektor mana dari aspirasi penduduk yang sangat penting dan sangat mendesak untuk dibangun. Penetapan sektor yang akan dibangun ini tentunya bukan suatu pekerjaan yang mudah karena harus memperhitungkan berbagai aspek dari berbagai aspirasi yang menjadi pilihan. Pada tahap pertama dalam proses penetapan perencanaan pembangunan ini. Andi muda selaku wakil ketua BPD menjelaskan : “Pada tahap ini BPD Mempunyai tugas untuk memberikan pandangan tentang kebijaksanaan atau strategi dasar rencana pembangunan atau sering disebut dengan tujuan, arah, prioritas dan sasaran pembangunan. sebelum mengajukan berbagai pandangan tentang pembangunan kedepannya semua anggota bpd harus mempunyai data yang valid untuk menentukan suatu perencanaannya, kita biasa terjun langsung ke lapangan untuk mengamati berbagai aspek yang menunjang suatu perencanaan. Dengan data yang valid kami selaku Badan Permusyawaratan Desa bisa memberikan pandangan dan arah Universitas Sumatera Utara 53 dari pembangunan yang terencana dalam berbagai musyawarah dan rapat yang dilakukan.” Ketua Badan Permusyawaratan Desa menginventarisir aspirasi dari masyarakat yang telah ditampung oleh keseluruhan anggota. Daftar aspirasi masyarakat ini kemudian akan dibawa oleh Ketua BPD ke dalam rapat anggota atau yang biasa disebut Musrenbang Desa Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa, yang juga dihadiri oleh Kepala Desa dan perangkatnya, LKMD, PKK, dan tokoh masyarakat. Adapun aspek-aspek yang akan diperhatikan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apakah pembangunan tersebut merupakan kebutuhan mayoritas penduduk, 2. Apakah objek pembangunan tersebut kebutuhannya penting mendesak, 3. Apakah objek pembangunan tersebut dapat mengangkat perekonomian penduduk. Hal-hal inilah yang dipertimbangkan oleh anggota BPD dalam menetapkan perencanaan pembangunan di desa ini. Tentunya karena persoalan ini menyangkut kehidupan penduduk desa, keputusan sektor mana yang akan dibangun tidak akan ditetapkan secara tergesa-gesa oleh anggota BPD. Dalam musyawarah pertama BPD di sekretariat, hal yang dilakukan hanyalah sekedar menginventarisir aspirasi masyarakat yang telah ditampung oleh anggota BPD. Pada rapat untuk yang kedua kalinya, barulah dirapatkan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa untuk menetapkan skala prioritas yang akan dibangun. Dalam menetapkan skala prioritas ini, tentu harus dipertimbangkan aspek-aspek yang menjadi patokan di atas. Tiap-tiap aspirasi akan dinilai kepentingannya bagi penduduk. Sampai akhirnya ditemukan satu atau lebih aspirasi yang memiliki bobot yang paling penting. Untuk mengetahui apakah BPD menjalankan tugasnya dengan baik dalam hal menyampaikan aspirai Universitas Sumatera Utara 54 masyarakat dalam rapat ini, maka peneliti menanyakan kepada Amin HSB selaku KAUR Umum, beliau menjelaskan : “Peranan BPD sangat baik disini, mereka membaerikan kontribusi sebagaimana yang diharapkan. Aspirasi yang mereka peroleh dari masyarakat di tampilkan dan dibahas lebih dalam lagi.” Rapat ini sangat penting artinya bagi seluruh anggota. Bagi pihak Badan Permusyawaratan Desa, kesempatan ini dipergunakan untuk menerangkan secara detail tentang usaha mereka dalam menampung aspirasi dari masyarakat desa yang telah mereka susun dengan sedemikian rupa. Disamping itu azas pemerataan juga menjadi faktor yang paling penting dalam menetapkan perencanaan pembangunan. Azas pemerataan maksudnya adalah akan diusahakan tiap-tiap dusun dapat merasakan pembangunan. Kalau dalam satu tahun kedua puluh lima dusun tidak dapat dibangun secara keseluruhan, maka akan dibuat sistem giliran. Misalnya apabila dalam tahun ini pembangunan hanya bisa dilaksanakan untuk 4 dusun, maka tahun-tahun selanjutnya keempat dusun ini tidak akan mendapat giliran lagi, sampai keseluruhan dusun yang ada di Desa Gunung Tua Panggorengan mendapat gilirannya masing-masing, dengan demikian azas pemerataaan untuk tiap-tiap dusun dapat dilakukan. Musyawarah perencanaan pembangunan desa dalam menentukan rencana pembangunan desa harus diikuti oleh seluruh anggota yang telah disebutkan tadi. Apabila ada anggota yang tidak bisa mengikuti rapat tersebut, rapat dapat dilakukan apabila anggota yang absen memberikan persetujuan atas apapun keputusan rapat anggota. Pengambilan keputusan terhadap perencanaan pembangunan yang akan dikerjakan, dilakukan dengan musyawarah diantara semua anggota rapat. Setiap anggota berhak mengusulkan rencana pembangunan apa yang menurutnya dapat dijadikan prioritas. Perdebatan di dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa pasti akan terjadi. Namum biasanya mereka akan mendapat suatu keputusan Universitas Sumatera Utara 55 berdasarkan musyawarah. Keputusan musyawarah untuk kepentingan masyarakat selalu dikedepankan, karena itu merupakan sebagai salah satu wujud pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Setelah perencanaan pembangunan ditetapkan, maka keputusan tersebut akan ditetapkan dalam suatu keputusan yang disebut dengan Berita Acara Musrenbang Hasil Musyawarah Desa Gunung Tua Panggorengan. Perencanaan- perencanaan pembangunan yang pelaksanaannya membutuhkan dana yang sangat besar, maka pembiayaannya melalui APBD Anggaran Pendapatan dan Balanja Daerah dan disusun dalam daftar usulan proyek yang disebut dengan Rekapitulasi Usulan Proyek Hasil Musrenbang Desa Gunung Tua Panggorengan Melalui APBD, Dan Keputusan musyawarah perencanaan pembangunan desa nantinya akan diteruskan kepada Kepala Desa.

4.4.2. Rekapitulasi Usulan Proyek

Dalam pelaksanaan proyek yang pembiayaanya melalui APBD, bukanlah tanggung jawab dari Kepala Desa, kewajiban Kepala Desa hanya menyerahkan hasil musyawarah pembangunan tersebut kepada Kabupaten karena Kabupaten adalah pihak yang memegang APBD Anggaran Pendapatan dan Balanja Daerah. Desa Gunung Tua Panggorengan merupakan bagian dari Kabupaten Mandailing Natal maka rekapitulasi usulan proyek akan diserahkan kepada Kabupaten Mandailing Natal. Dari daftar usulan proyek yang diserahkan kepada Kabupaten, belum tentu semuanya disetujui untuk dilaksanakan. Kabupaten juga mempertimbangkan beberapa hal termasuk diantaranya adalah kondisi dari APBD dan pembangunan yang mana yang paling dibutuhkan masyarakat. Jangka waktu persetujuan proyek pembangunan yang disetujui untuk dilaksanakan biasanya paling cepat dalam waktu satu tahun, dan akan diberitakan kepada Pemerintah Desa oleh Kabupaten. Proyek yang sudah disetujui, oleh Kabupaten akan diberikan kepada pihak kontraktor proyek yang bersedia untuk mengerjakan proyek tersebut. Universitas Sumatera Utara 56

4.4.3 Hubungan Fungsional antara Pemerintah Desa dengan BPD

Terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan desa, penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, pasal 1 angka 6 menyebutkan bahwa: “Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa BPD dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Selanjutnya dalam angka 7 dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan “Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Sedangkan dalam angka 8 Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa”. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak secara eksplisit mengatur mengenai bentuk hubungan fungsional antara Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa BPD , namun apabila dikaji lebih dalam, dalam pasal-pasal yang mengatur mengenai desa yakni pasal 200 sampai dengan pasal 216, maka secara implisit kita akan menemukan suatu bentuk hubungan yang terjalin antara Pemerintah desa dengan Badan Permusyawaratan. Hal di atas sesuai dengan penjelasan pada Pasal 200, Undang - Undang No. 32 Tahun 2004, yang menjelaskan bahwa “Dalam pemerintahan daerah KabupatenKota dibentuk pemerintahan Desa yang terdiri dari pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa BPD”. Sedangkan dalam pasal 209 lebih lanjut dinyatakan bahwa: “Badan Permusyawaratan Desa Universitas Sumatera Utara 57 berfungsi menetapkan peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan meyalurkan aspirasi masyarakat. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan Desa yang demokratis yang mencerminkan kedaulatan rakyat”. Dan Pasal 215 ayat 1, “Pembangunan kawasan perdesaan yang dilakukan oleh kabupatenkota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa”. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi BPD dengan Kepala Desa dalam kaitannya dengan fungsi menetapkan Peraturan Desa dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 3. Hubungan BPD dengan Kepala Desa dalam Menetapkan Peraturan Berdasarkan skema tersebut diatas menunjukkan bahwa sebuah rancangan Perdes yang berasal dari Kepala Desa diajukan kepada BPD untuk dibahas guna memperoleh persetujuan bersama, demikian pula terhadap Rancangan Perdes yang berasal dari BPD. Apabila rancangan Perdes yang diajukan oleh Kepala Desa ataupun oleh BPD telah disetujui bersama maka rancangan Perdes dapat ditetapkan sebagai Perdes. Adapun hubungan fungsional BPD dengan Kepala Desa terkait pelaksanaan fungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dapat digambarkan seperti dibawah ini : Universitas Sumatera Utara 58 Gambar 4. Hubungan BPD dengan Kepala Desa dalam Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Suatu aspirasi masyarakat dapat diajukan melalui Kepala Dusun kemudian Kepala Dusun akan menyampaikan aspirasi tersebut kepada Kepala Desa tentang suatu hal. Aspirasi yang sudah diterima oleh Kepala Desa selanjutnya disampaikan kepada BPD untuk dibahas dalam suatu rapat mejelis guna mendapatkan kesepakatan untuk dilaksanakan. Selanjutnya suatu aspirasi yang berasal dari masyarakat dapat disampaikan melalui anggota BPD, anggota BPD tersebut menyampaikannya kepada Ketua BPD untuk mengadakan rapat pembahasan dengan mengundang Pemerintah desa Kepala desa danatau perangkatnya dalam suatu rapat mejelis untuk selanjutnya mendapatkan suatu kesepakatan untuk dilaksanakannya aspirasi tersebut. Demikianlah bentuk-bentuk hubungan fungsional atau hubungan kerja sama antara Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan dalam pelaksanaan pemerintahan desa baik ditinjau dari peraturan perundang - undangan, maupun dari buku-buku yang berkenaan dengan fungsi pemerintah desa dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa BPD. Universitas Sumatera Utara 59

BAB V ANALISA DATA

5.1. Analisa Data Tentang Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Perencanaan Pembangunan Desa

Pada bab ini penulis menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan dan disajikan pada bab sebelumnya. Adapun jenis metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dimana data dan fakta yang didapatkan dilapangan dideskripsikan sebagaimana adanya diiringi dengan penafsiran dan analisa yang rasional. Dari seluruh data yang telah disediakan diperoleh selama penelitian, baik melalui studi kepustakaan, Melalui penyajian data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di desa Sigalapang Julu, baik dengan melakukan wawancara dengan kepala desa, perangkat BPD sebagai informan kunci dan masyarakat serta studi kepustakaan. Maka akan dilakukan analisa terhadap setiap data dan fakta- fakta yang telah didapat melalui interpretasi dan penguraian masalah-masalah yang terjadi di Desa Gungung Tua Panggorengan.Dalam tahap penetapan program perencanaan pembangunan yang akan dibuat, ditetapkan setelah seluruh aspirasi masyarakat tertampung. Aspirasi yang paling banyak dari penduduk dan merupakan hal yang sangat penting bagi penduduk desa akan ditetapkan sebagai program perencanaan yang akan disusun. Walaupun begitu sikap pro dan kontra dari masyarakat pasti ada. Tinggal lagi tugas anggota Badan Permusyawaratan Desa untuk manjaga sikap yang pro untuk tetap mendukung dan menjelaskan kepada yang kontra pentingnya program perencanaan yang telah disusun bagi kehidupan masyarakat desa Gunung Tua Panggorengan pada saat ini. Pendekatan komunikatif dari anggota Badan Permusyawaratan Desa setidaknya akan membuat masyarakat yang kontra tidak mengganggu Universitas Sumatera Utara 60 perencanaan pembangunan ini bila sampai pada tahap pelaksana walaupun mengubah pandangan untuk mendukung mungkin sulit. Jadi, sebagai wadah penyalur aspirasi masyarakat sudah merupakan hal yang wajar apabila Badan Permusyawaratan Desa memiliki peranan yang paling penting dalam penyusunan program perencanaan pembangunan di suatu desa. Pada hakikatnya merekalah yang tahu aspirasi masyarakat yang menjadi tanggungjawabnya.

5.2. Analisa Data Tentang Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Menyusun Jenis-jenis Rencana Desa

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (Studi Tentang Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Pada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Telaga Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

27 261 148

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

5 96 117

Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Otonomi Desa

3 68 100

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembangunan Pertanian Di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

1 71 103

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Kewenagan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Sistem Pemerintahan Desa

8 114 106

Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria

0 40 88

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) Dalam Proses Demokratisasi Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Suatu Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

1 49 124

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang)

5 38 112

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Tentang Proyek Desa Di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan)

0 1 27