Saran Dasar Pegaturan Periklanan di Indonesia

B. Saran

1. Sebagai calon sarjana diperlukan sosialisasi yang baik, alangkah baiknya jika kita membekali diri kita dengan hardskill maupun memperkaya softskill. Supaya kita bisa memperluas pemasaran khususnya pada alat dalam penyampaian informasi kepada konsumennya, yaitu iklan. Memberikan kontrol pengawasan sekaligus ide tentang produk suatu perusahaan yang menarik bagi konsumen, baik cara penyampaiannya dan temanya yang pada akhirnya konsumen juga akan tertarik untuk menggunakan produk yang diiklankan dan mempunyai peranan penting dalam menancapkan merek suatu produk ke pikiran konsumen. 2. Pelaku usaha agar mematuhi segala ketentuan rambu-rambu hukum yang mengatur tentang periklanan ini sendiri. Baik dalam proses perencanaan, proses pembuatan, atau pada tahap pelaksanaannya sehingga dapat menghasilkan iklan yang baik dan informatf bagi masyarakat. 3. Pemerintah juga turut serta secara aktif dengan memberikan keadilan mengingat semakin majunya era teknologi dan perdagangan kepada para pelaku usaha maupun konsumen dalam pengaturan informasi penyampaian iklan. Mengedepankan perlindungan kepada konsumen agar terciptanya kondisi perdangangan dan persaingan usaha yang sehat. Tidak hanya di skala nasional tapi juga harus dapat memberikan rasa keadilan yang cerdas bagi masing-masing pihak pada tingkat persaingan usaha internasional. Universitas Sumatera Utara 15 BAB II PENGATURAN INFORMASI PERIKLANAN DI INDONESIA

A. Dasar Pegaturan Periklanan di Indonesia

Iklan merupakan salah satu alat marketing untuk memperlihatkan dan menjual produk dari perusahaan kepada masyarakat tertentu target audience menggunakan elemen-elemen verbal dan visual melalui media yang dianggap efektif. Ada iklan yang bertujuan menciptakan awareness agar tetap dikenal masyarakat, namun tujuan akhirnya tetap showing and selling the product. 1. Sejarah Periklanan di Indonesia Sejarah memang membuktikan bahwa iklanlah yang mengembuskan nafas awal bagi kehidupan surat kabar di Indonesia. Masa-masa awal keidupan pers Indonesia dan keadaan ini berlanjut hingga awal abad ke-20 surat kabar tidak lain adalah advertentieblad media iklan belaka. Koran dari bahasa Belanda: het krant, dan dari bahasa perancis: courant , sebagian besar isi beritanya adalah iklan tentang perdagangan, pelelangan, dan pengumuman resmi Pemerintah Hindia Belanda. Sesuai dengan khalayaknya, iklan disurat kabar menampilkan produk- produk yang merupakan konsumsi kelas atas. Misalnya, sebuah toko PD provisien en drunken = kebutuhan makanan dan minuman yang mengumumkan datangnya kapal dari Negeri Belanda membawa mentega dan stok keju baru. Cerutu dan bir juga merupakan komoditas impor di masa itu, dan sering muncul diiklankan di surat kabar. Masa itu, mobil malah jarang muncul di iklan surat Universitas Sumatera Utara kabar. Mungkin karena masih merupakan seller’s market dan pembeli mobil malah harus antre sebelum mobil yang dipesan didatangkan dari negri jauh. Berbeda sekali dengan kondisi pasar kendaraan bermotor yang sangat kompetitif di masa sekarang. Awal abad ke-20 perusahaan terbesar pada saat itu, Aneta, mendatangkan tiga orang tenaga spesialis periklanan dari Negeri Belanda. Mereka adalah: F. Van Bemmel, Is van Mens, dan Cor van Deutekom. Mereka didatangkan atas sponsorship BPM Bataafsche Petroleum Maatschappij, perusahaan minyak terbesar saat itu dan General Motors yang perlu mempromosikan produk-produk mereka. Pemilik surat kabar Java Bode, misalnya, juga memilki sebuah perusahaan periklanan HM van Drop yang diawaki oleh seorang bernama C.A Kruseman. Ia dianggap sebagai salah seorang perintis dalam periklanan di Indonesia. 12 Menjelang akhir abad ke-19 perusahaan-perusahaan periklanan yang dimiliki dan dikelola oleh Cina keturunan mulai bermunculan. Resesi ekonomi yang melanda dunia tahun 1890 rupanya berdampak sangat buruk bagi dunia usaha. Termasuk banyak percetakan pers milik orang-orang Belanda. Peluang inilah yang ternyata mampu dimanfaatkan oleh kelompok Cina keturunan. Pelopor periklanan dari kelompok ini adalah Yap Goan Ho, yang memiliki perusahaan periklanan sendiri di Batavia. Yap Goan Ho sebelumnya adalah seorang copywriter di perusahaan periklanan De Locomotief. Perusahaan periklanannya diberi nama Yap Goan Ho, mulanya dikontrak olah suratkabar 12 Muhammad Jaiz, Dasar-dasar Periklanan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2014, hlm 20 Universitas Sumatera Utara berbahasa Melayu, Sinar Terang terbit 1888-1891. Perusahaan periklanan ini hanya bertahan tiga tahun, akibat bangkrutnya surat kabar Sinar Terang. 13 Iklan-iklan yang ditangani Yap Goan ho kebanyakan untuk produk buku. Khususnya yang diterbitkan untuk masyarakat Cina Tokoh Cina keturunan lain adalah Liem Bie Goan. Seperti juga Yap Goan Ho, perusahaan periklanan Liem Bie Goan juga dikontrak oleh suratkabar. Suratkabar yang mengontraknya adalah Pertja Barat yang terbit di Padang tahun 1890-1912. Iklan yang menonjol dari perusahaan periklanan ini adalah produk pecah belah. Khalayak sasarannya adalah penduduk Eropa yang tinggal di Hindia Belanda. 14 a. Perusahaan Periklanan Perintis Salah satu perusahaan consumer products yang aktif beriklan pada masa itu adalah Unilever-amalgamasi perusahaan Margarine Union Belanda dan Lever Brothers Inggris- yang sejak tahun 1933 telah membangun pabrik sabun di Bacherachtsgracht, Batavia sekarang Angke, Jakarta Barat. Setelah berdirinya pabrik sabun itu,Unilever juga membangun pabrik margarin. Sebelumnya, produk-produk Unilever diimpor langsung dari Negeri Belanda. Hadirnya Unilever juga kemudian membawa masuknya cikal bakal Lintas singkatan dari Lever International Advertising Services ke Nusantara. Semula, Lintas adalah divisi periklanan dari Lever Brothers, sebelum kemudian berdiri sendiri menjadi perusahaan periklanan independen. Apa yang dilakukan Lintas yang berlogo bola dunia pada masa-masa awal itu sebetulnya tidak lain 13 Ibid, hlm 20 14 http:iwanrosadi.blogspot.co.id201204sejarah-periklanan-di-dunia-dan-di.html diakses pada tanggal 09 maret 2016. Universitas Sumatera Utara adalah melakukan adaptasi bentuk-bentuk iklan yang telah mereka luncurkan terhadap produk-produk serupa di bagian dunia lainnya, serta melakukan media placement. Perlu dicatat bahwa Lintas pada saat itu sudah memiliki keberanian membuat iklan dalam bahasa daerah. Misalnya, iklan Margarine Blue Band dalam bahasa Sunda memakai judul ”Pamoeda Sehat… Rajat Kiat” Pemuda Sehat…Rakyat Kuat, dengan tagline ”Blue Band Mengandoeng Seueur Vitamin” Mengandung Banyak Vitamin. 15 Masa pendudukan Jepang, beberapa perusahaan periklanan yang terkenal di Jakarta adalah, antara lain: A de la Mar, di Koningsplein sekarang Jalan Medan Merdeka Utara, dekat Istana Merdeka, Aneta sebagai bagian dari kantor berita bernama sama, di Passer Baroe sekarang Museum LKBN Antara di Jalan Antara, Globe, di Jalan Kali Besar Timur, IRAB Indonesia Reclame en Advertentiebureau, semula berkantor di Molenvliet sekarang Jalan Hayam Wuruk, tetapi kemudian pindah ke Asem Reges kemudian menjadi Sawah Besar, sekarang Jalan KH Samanhudi,Preciosa, di Gang Secretarie kantor Sekretariat Negara sekarang, Jalan Veteran IV , Hampir semua perusahaan periklanan itu dipimpin oleh orang-orang Belanda, kecuali IRAB dan Elite yang diselenggarakan oleh kaum Bumiputra. Masa pendudukan Jepang, terjadi perubahan lanskap periklanan Indonesia. Banyak warga Belanda yang 15 https:dictum4magz.wordpress.com20080107sejarah-periklanan-indonesia.html diakses pada tanggal l0 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara mengungsi-sebagian lagi ditawan maka kondisi vakum itu diisi dengan munculnya berbagai perusahaan periklanan baru milik kaum pribumi. Sayangnya, tidak cukup catatan tentang kehadiran perusahaan periklanan yang dijalankan etnis Tionghoa. Padahal, dari mulut ke mulut kita sering mendengar bukti-bukti peran mereka dalam perintisan periklanan Indonesia. Etnis Tionghoa sangat berperan dalam menumbuhkan dunia persuratkabaran di Indonesia, sehingga dengan demikian dapat dilihat pula keterlibatan mereka dalam periklanan secara langsung maupun tidak. Sekalipun kebanyakan perusahaan periklanan baru itu berukuran kecil, tetapi tercatat lima perusahaan periklanan yang berskala cukup besar, yakni Elite, RAB, Korra, Pikat, Tandjoeng. Selama masa pendudukan Jepang, merosotnya aktivitas ekonomi ikut mengkerdilkan dunia periklanan Indonesia Kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke Jakarta menandai kebangkitan baru perekonomian Indonesia. Perusahaan-perusahaan nasional mulai bertumbuhan, seiring dengan masuknya kembali beberapa perusahaan multinasional. 16 b. Kebangkitan Asosiasi Periklanan Indonesia Menurut catatan, pada tahun 1951, istilah periklanan pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh pers indonesia, Soedarjo Tjokrosisworo, untuk menggantikan istilah reklame atau advertensi yang ke belanda-belandaan. Senapas dengan semangat kebangsaan itu, sebuah biro reklame di bandung yang sebelumnya bernama Medium, juga 16 Muhammad Jaiz, Op.cit hlm. 5. Universitas Sumatera Utara mengubah nama menjadi Balai Iklan. Prakarsa beberapa perusahaan periklanan yang berdomisili di Jakarta dan Bandung, pada awal September 1949 dilembagakan sebuah asosiasi bagi perusaaan- perusahaan periklanan. Asosiasi ini diberi nama Bond van Reclamebureaux in Indonesia atau dalam bahasa indonesia Perserikatan Biro Reklame Indonesia PBRI. Nama asosiasi yang masih menggunakan bahasa Belanda ini tidak lain karena mayoritas anggotanya adalah memang perusahaan-perusahaan periklanan yang dimiliki oleh orang Belanda. 17 Serikat Biro Reklame Nasional SBRN dibentuk pada tahun 1953, dan sertamerta menjadi organisasi tandingan bagi PBRI. Tidak jelas mengapa semangat nasionalisme di dalam SBRN tidak memunculkan istilah iklan yang sudah dikenal sejak dua tahun sebelumnya, dan masih Sebelas perusahaan periklanan tercatat sebagai anggota PBRI, yaitu: Budi Ksatria, Contact, De Unie, F. Bodmer, Franklijn, Grafika, Life, Limas, Lintas, Rosada, dan Studio Berk. Akan tetapi, kehadiran PBRI dianggap hanya mewakili perusahaan-perusahaan periklanan besar khususnya yang dimiliki atau dikuasai oleh orang-orang Belanda. Perusahaan-perusahaan periklanan kecil merasa bahwa aspirasi mereka tidak memuka jalan untuk disampaikan ke dalam PBRI. Suasana seperti itu kemudian memicu lahirnya sebuah asosiasi perusahaan periklanan nasional yang dimliki dan diawaki oleh orang-orang Indonesia. 17 Ibid, hlm. 6 Universitas Sumatera Utara menggunakan istilah biro reklame yang berbau Belanda. Anggota SBRN yang tercatat adalah 13 perusahaan periklanan: Azeta, Elite, Garuda, IRAB, Kilat, Kusuma, Patriot, Pikat, Reka, Lingga, Titi, dan Trio. Tidak semua perusahaan perilanan bersedia bergabung ke dalam asosiasi. Contonya adalah Medium yang telah bertukar nama menjadi Balai Iklan. Ia memilih untuk tidak bergabung dengan salah satu dari dua asosiasi tersebut. Tjetje Senaputra, pemiliknya berdalih bahwa Balai Iklan tidak menangani iklan display dan karena itu tidak menganggap perusahaan sebagai full-service agency. Balai Iklan memang mengkhususkan diri pada iklan-iklan klasika berukuran kecil tentang lowongan kerja dan berita keluarga. c. Awal Artis Memasuki Periklanan Indonesia Iklan sebgai salah satu alat pemasaran yang ampuh langsung saja berdenyut dengan nafas baru yang segar. Beberapa perusahaan periklanan muncup pada masa ini. Demikian juga media untuk beriklan. Dan periklanan pun menjadi marak. Dasawarsa 1970an juga ditandai dengan tampilanya selebritis Indonesia sebagai bintang iklan. Sabun Lux produksi Unilever boleh jadi merupakan trendsetter di bidang itu. Sejak dasawarsa 1950an, Lux sudah memakai slogan ”dipakai oleh 9 dari 10 bintang-bintang film”. Lux diidentifikasikan dengan bintang-bintang film rupawan berkelas dunia, antara lain : Sophia Loren. Pada dasawarsa 1970an, slogan itu diubah sedikit menjadi “sabun kecantikan bintang-bintang film”. Unilever juga mulai memakai bintang- Universitas Sumatera Utara bintang film Indonesia untuk menjadi duta produknya. Widyawati, bintang film populer berpribadi lembut dengan kecantikkan memukau, tampil sebagai spokesperson Lux. Beberapa bintang film papan atas pun silih berganti tampil sebagai ”The Lux Lady”. Salah satu yang legendaris adalah Christine Hakim, bintang film temuan Teguh Karya. Produk detergen bermerk rinso pun memilih Krisbiantoro sebgai duta produk. Kris adalah seorang penyanyi merangkap master of ceremony yang kocak dan menjadi presenter berbagai program televisi populer pada saat itu. 18 d. Kelahiran Periklanan Modern Indonesia Berbagai merk internasional mulai bermunculan di Indonesia dan dengan garangnya berupaya meraup pangsa pasar sebesar-sebesarnya. Coca cola, Toyota, Mitsubishi, Fuji Film, American Express, Citibank, adalah sebagian dari nama-nama besar yang mulai membanjiri pasar Indonesia. Saat yang sama, muncul pula local brands yang dipicu oleh kemudahan mendapatkan kredit penanaman modal dari lembaga-lembaga perbankan yang juga sedang bertumbuh pesat. Salah satu sektor yang paling hidup pada dasawarsa 1970an itu adalah industri farmasi dengan berbagai jenis obat baru yang diluncurkan pada saat itu antara lain adalah Bodrex-obat sakit kepala yang populer hingga saat ini. Begitu populernya nama Bodrex bahkan sampai dijadikan ikon jurnalistik Indonesia untuk menyebut wartawan yang datang tak diundang. 18 http:uwirband.blogspot.co.id201408analisis-iklan-persuasi.html diakses terakhir tanggal 29 April 2016. Universitas Sumatera Utara Sementara itu, perusahaan-perusahaan periklanan nasional lama pun mendapat angin dari transformasi ekonomi yang terjadi. Perusahaan itu antara lain: Bhineka yang dipimpin oleh tokoh lama Muhammad Napis, dan InterVista yang dipimpin oleh Nuradi seorang mantan diplomat yang beralih ke dunia periklanan. InterVista adalah sebuah fenomena yang perlu dicatat secara khusus dalam sejarah periklanan Indonesia, khususnya karena Nuradi, pendirinya, dianggap sebagai perintis periklanan modern Indonesia. Setelah Proklamasi kemerdeaan Indonesia, Nuradi diangkat menjadi pegawai Departemen Luar Negri, Nuradi bertugas sebagai jurubahasa yang mendampingi Presiden Soekarno. Sebagai karyawan Departemen Penerangan, tugas Nuradi adalah penyiar siaran bahasa Inggris di RRI. Tahun 1950, Nuradi ditunjuk untuk menjalankan misi khusus Uni soviet, dan kemudian menjadi anggota Perwakilan Tetap Republik Indonesia di Markas Besar Perserikatan Bangsa-bangsa di New York selama di Amerika Serikat, Nuradi juga sempat menyelesaikan studi di Harvard University. 2. Dasar Hukum Periklanan di Indonesia Pasal 9 yang menjelaskan bahwa pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, dan mengiklankan suatu barang danatau jasa secara tidak benar dan atau seolah-olah produk tersebut memiliki potongan harga, keadaannya baik, memiliki sponsor, tidak mengandung cacat tersembunyi, merendahkan produk yang sejenis, menggunakan kata-kata yang berlebihan, dan mengandung janji yang belum pasti. Pasal 10 berkenaan dengan informasi iklan yang membuat Universitas Sumatera Utara penyataan yang tidak benar dan menyesatkan, baik menyangkut harga, kegunaan, kondisi, jaminangaransi, maupun daya tarik potongan harga discount yang belum tentu benar. Pasal 12 tentang iklan yang menawarkan, mempromosikan produk dengan tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu. Kecenderungan ini sering kali dilakukan pelaku usaha dalam iklan perumahan, padahal kenyataannya tipe rumah dimaksud tidak tersedia dan akhirnya konsumen diarahkan pada tipe yang lain yang justru lebih mahal. Pasal 13 tentang iklan produk barang dan jasa dengan memberikan janji pemberian souvenir atau hadiah secara gratis, tetapi ketika produk dibeli, janji tersebut tidak dipenuhi dengan dalih persediaan sudah habis. Pasal 14 yang berkenaan dengan janji iklan dalam undian yang tidak dipenuhi pelaku usaha atau mengganti dengan hadiah lain, bahkan sering kali undian tersebut ternyata tidak ada atau kalaupun ada tidak diumumkan secara patut melalui media yang diketahui konsumen secara luas. Pasal 15 tentang penawaran barang secara paksa, baik fisik maupun psikis. Pasal 16 tentang produk melalui pesanan yang tidak sesuai dengan kesepakatan semula atau waktu pengiriman pesanan seperti yang dijanjikan. Secara khusus Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha periklanan diatur dalam Pasal 17 ayat 1 dengan memproduksi iklan yang dapat: a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan, dan harga barang danatau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang danatau jasa; b. Mengelabui jaminangaransi terhadap barang danatau jasa; Universitas Sumatera Utara c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang danatau jasa; d. Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan atau jasa. e. Mengeksploitasi kejadian dan atau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau yang bersangkutan; f. Melanggar etika danatau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai periklanan. 19 Periklanan termasuk dalam bentuk kegiatan yang melibatkan beberapa ketentuan, hukum dalam upaya penegakannya. Hal ini berkaitan dengan struktur hukum perlindungan konsumen yang meliputi: a. Hukum perdata dalam arti luas, terdiri atas hukum perdata, hukum, dagang, dan hukum adat; b. Hukum publik, terdiri atas hukum administrasi, hukum pidana, hukum perdata internasional, dan hukum acara perdatahukum acara pidana. 20 Keterlibatan aturan-aturan hukum tersebut, dapat dipahami dengan adanya aspek perlindungan konsumen di dalamnya, misalnya berkenaan hak dan kewajiban para pihak, dan bagaimana cara mempertahankan hak-hak konsumen terhadap gangguan dan pihak lain. Kemungkinan berlakunya ketentuan hukum di luar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 19 Repubilk Indonesia, Pasal 9, 10 , 12, 13, 14, 15, dan 17 ayat 1 Undang-undang no 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 20 A.Z. Nasution, ”Ketentuan hukum di luar Undang-undang Perlindungan Konsumen dalam lingkup hukum Konsumen, sedangkan Undang-undang Perlindungan Konsumen dimasukan dalam ruang lingkup Hukum Perlindungan Konsumen”. dalam Dedi Harianto. Op.cit. Universitas Sumatera Utara dimungkinkan oleh adanya Ketentuan Peralihan, Pasal 64 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menentukan: “Segala peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi konsumen yang telah ada pada saat undang-undang ini diundangkan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus danatau tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang ini.” Undang-Undang Perlindungan Konsumen dapat ditemukan beberapa peraturan mengenai periklanan yang sifatnya parsial sebagai hukum positif di Indonesia yaitu a. Undang-undang No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Ketentuan mengenai periklanan memeiliki keterkaitan erat dengan undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran. Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Huruf 2 diartikan sebagai kegiatan pemancarluasaan siaran melalui sarana pemancar danatau sarana transmisi di darat di laut atau di antariksa dengan memperguakan spectrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan atau media lainnya untuk apat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. b. Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan Berkenaan dengan iklan pangan, terah termuat pengaturannya dalam UU No.7Tahun 1996, Bab IV Pasal 33 tentang label dan iklan yang menegaskan bahwa : Universitas Sumatera Utara 1 Setiap label dan iklan tentang pangan yang diperdagangkan harus memuat keterangan mengenai pangan dengan benar dan tidak menyesatkan; 2 Setiap orang dilarang memberkan keterangan atau pernyataan tentang pangan yang diperdagangkan melalui dalam danatau dengan label atau iklan apabila keterangan atau pernyataan tersebut tidak benar danatau menyesatkan; 3 Pemerintah mengatur, mengawasi, dan melakukan tindakan yang diperlukan agariklan tentang pangan yang diperdagangkan tidak memuat keterangan yang dapat menyesatkan. c. Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers Fungsi iklan sebagai sarana penyebarluasan informasi produk telah menempatkan perusahan periklanan maupun media cetak dan elektronik sebagai bentuk-bentuk perusashaan melaksanakan kegiatan jurnalistik. Hal tersebut dijelaskan pada Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 1999 tentang pers 21 21 Ibid bahwa yang dimaksud dengan pers adalah : “Lembaga social dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengeloh dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara, dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.” Universitas Sumatera Utara d. Peraturan Pemerintah PP Repulik Indonesia No 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan Sebagai tindak lanjut dari ketentuan Pasal 35 UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, maka pemerintah merasa berkepentingan untuk mengeluarkan PP No. 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan pangan. Mengenai kewajiban pelaku usaha untuk memberikan keterangan yang benar dan tidak menyesatkan berkenaan dengan materi iklan pangan dicantum secara tegas dalam Pasal 44 Ayat 1 PP No. 69 tahun 1999 yang menyatakan setiap iklan wajib memuat keterangan mengenai pangan secara benar dan tidak menyesatkan baik dalam bentuk gambar dan atau suara, pernayataan, dan atau bentuk apapun lainnya. Ayat 2 ditentukan pula agar setiap iklan tentang pangan tidak boleh bertentangan dengan norma-norma kesusilaan dan ketertiban umum. Tampaknya PP label dan iklan pangan sangat bersesuaian dengan peraturan perundang-undangan lainnya, misalnya UU No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran, UU No 40 tahun 1999 tentang pers, serta UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, yang memperluas tanggung jawab terhadap kebenaran maateri iklan yang akan ditayankan menjadi tanggung jawab biro iklan dan media komunikasi massa. e. Surat Keputusan Menteri yang mengatur pengawasan kegiatan periklanan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Penerangan No. 252MenkesSKBVIII80 dan No. 122KepMenpen1980 sekarang menteri negara komunikasi dan informasi tentang Pengendalian dan Universitas Sumatera Utara Pengawasan Iklan Obat, Makanan, Minuman, Kosmetika, dan Alat Kesehatan. Berdasarkan surat keputusan bersama tersebut, Menteri kesehatan berkewajiban mengawasi menteri periklanan sesuai dengan kriteria teknis medis dan etis, sedangkan Menteri Penerangan Menteri Negara Komunikasi dan Informasi sekarang melakukan pengawasan materi iklan secara umum. Selain mengacu kepada ketentuan Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dan PP 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan pangan dalam melakukan pengawsan BPOM sampai sekarang ini masih mendasarkan pada ordonansi pemerikasaan bahan-bahan farmasi Staatsblad 1936 No. 660 . Pasal 1 ayat 1 ordonansi ini dinyatakan : “Bahwa dengan peraturan pemerintah dapat ditetapkan larangan penjualan, penawaran, penjualan keliling, penyerahan, pemilikan persediaan, untuk maksud penjualan atau penyerahan bahan-bahan sediaan atau campuran farmasi telah dibubuhi tanda, sebagai tanda telah dilakukannya pemeriksaan terhadapnya.” Surat keputusan meteri lainnya yang mengatur kegiatan periklanan adalah Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 02823ASKXI90 tentang Kriteria Terperinci Kelengkapan Permohonan dan Tata Laksana Pendaftaran Obat jadi. Ketentuan menteri kesehatan tersebut diisyaratkan bahwa setiap iklan obat harus memuat informasi sesuai dengan persetujuan yang diberikan Departemen Kesehatan pada saat obat terseut didaftarkan serta harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Pasal 41 Ayat 2 UUNo. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, sebagi berikut : Universitas Sumatera Utara 1 Obyektif : harus memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak boleh menyimpang dari sifat kemanfaatan dan keamana obat yang telah disetujui. 2 Lengkap : harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat obat, tetapi juga memberika informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, mislanya adanya kontra indikasi dan efek samping. 3 Tidak menyesatkan : informasi obat harus jujur, akurat, bertanggung jawab serta tidak boleh memanfaatkan kekhawatiran masyarakat akan suatu masalah kesehatan. Disamping itu, cara penyajian informasi harus berselera baik dan pantas serta tidak boleh menimbulkan persepsi khusus di masyarakat yang mengakibatkan penggunaan obat berlebihan atau tidak berdasarkan pada kebutuhan. Jenis obat yang boleh diiklankan hanyalah jenis obat bebas dan obat bebas terbatas, bukan obat keras. Sejak 1989 naskah iklan obat-obatan harus diserahkan pula kepada BPOM untuk mendapat persetujuan. Berkaitan dengan pengawasan periklanan untuk produk makanan Menteri Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 329MenkesPerXII76 tentang Produksi dan Peredaran Makanan, dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 79MenkesPerIII78 tetang Label dan Periklanan Makanan. Selain itu terdapat Peraturan menteri Kesehatan yang mengatur pemasaran susu bayi instan formula termasuk periklananya tercantum dalam Peraturan Menteri No. Universitas Sumatera Utara 240MenkesperV85 tentang Pengganti Air Susu Ibu PASI, serta Surat Keputusan Dirjen Pom No. 020448BSKVI91 Tentang Petunjuk Pelaksanan Peraturan Menteri Kesehatan Sebelumnya. Peraturan ini dikeluarkan dalam rangka melestarikan pemberian air susu ibu ASI kepada bayi, serta larangan kegiatan promosi dan periklanan yang memberikan infomasi seakan-akan PASI sama dengan ASI. Peraturan periklanan di bidang kosmetika dan alat kesehatan ditetapkan dalam peraturan menteri kesehatan No. 96MenkesPerV1977 tentang wadah, pembungkus, penandaan, serta periklanan kosmetik dan alat kesehatan. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 386Men.KesSKIV1994 tentang pedoman periklanan, obat bebas, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, perbekalan, kesehatan rumah tangga dan makanan-minuman adalah perturan yang saat ini banyak dipergunakan sebagai pedoman dalam mengawasi kegiatan periklanan, baik oleh departemen kesehatan, BPOM, YLKI, maupun badan pengawas periklanan PPPI. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.03 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol Dan Label Bahan Berbahaya Dan Beracun Menteri Negara Lingkungan Hidupyang mana termasuk dalam peraturan periklanan. Peraturan terbaru yaitu peraturan menteri kesehatan No. 76 Tahun 2013 tentang Iklan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Universitas Sumatera Utara pada Pasal 1 angka 1menyatakan bahwa iklan adalah informasi yang bersifat komersial dan layanan masyarakat tentang tersedianya jasa, barang dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa imbalan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan. Berbagai peraturan dari Menteri kesehatan, terdapat pula pengaturan periklanan yang berasal dari menteri komunikasi dan informasi, yaitu Keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia No. 111kepMenpen1990 tentang Penyiaran Televisi di Indonesia, yang telah diubah dengan keputusan No. 84 AKepMenpen1992. Pasal 20 menyebutkan bahwa siaran niaga berupa iklan atau program sponsor mengenai produk rokok dan minuman keras beserta segenap produk sampingannya dalam bentuk apapun juga tidak boleh ditayangkan di televisi.

B. Pengertian Periklanan

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Agen Asuransi Dalam Penyampaian Informasi Produk Ditinjau Dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

7 93 117

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

TANGGUNG JAWAB PERBUATAN MELAWAN HUKUM PELAKU USAHA PENJUAL SMARTPHONE TERHADAP KONSUMEN BERDASARKAN UNDANG–UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 7 27

TANGGUNG JAWAD PELAKU USAHA TERHADAP KERUGIAN KONSUMEN AKIBAT INFORMASI YANG TlDAKJELAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG No 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 7

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 1

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 14

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 37

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 4

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN - Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 1 33