1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap hari tanpa sadar kita selalu digoda iklan. Sejak mulai berangkat dari rumah, membaca surat kabar, melihat reklame, pamflet, menyetel radio,
televisi, sampai kembali keerumah. Mulai dari iklan yang bermutu sampai iklan yang hanya menjual mimpi, selalu mengikuti kemana dan dimanapun kita berada
pun kita berada. Hanya waktu tidur saja si “penggoda” tersebut tidak mengusik kita. Tataran ekonomi khususnya pada aspek pemasaran marketing iklan
menempati posisi penting. Setiap perusahaan selalu mengalokasikan dana khusus yang tidak sedikit untuk keperluan periklanannya. Ada iklan yang berhasil
mendongkrak produk penjualan, tetapi tidak sedikit pula yang produk penjualannya biasa-biasa saja atau bahkan menurun. Mobilitas kreativitas beriklan
yang sangat tinggi dan informasi dengan segala atribut dan instrumen pendukungnya yang begitu sensaional, tidak jarang menembus batas rasionalitas.
Daya pikat psikologis dan sentimen-sentimen konsumtif menjadi sasaran utama sebagian besar pelaku usaha periklanan
1
Yusuf Shofie, iklan termasuk salah satu dari 6 enam sebab potensial yang dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen, yaitu:
2
1. Ketidaksesuaian iklaninformasi produk dengan kenyataan;
1
Taufik H Simatupang. Aspek Hukum Periklanan dalam Perspektif Perlindungan Konsumen. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2004, hlm. 1.
2
Ibid, hlm. 17.
Universitas Sumatera Utara
2. Produk tidak sesuai dengan standar ketentuanperaturan perundang-
undangan; 3.
Produk cacat meskipun masih dalam garansi atau belum kadaluarasa; 4.
Tingkat keamanan produk diinformasikan tidak secara proporsional; 5.
Sikap konsumtif konsumen; 6.
Ketidaktahuan konsumen tentang penggunaan produk; Sebagai alat promosi, iklan memegang peranan penting bagi pelaku
usaha produsen untuk menunjang sekaligus meningkatkan usahanya. Melalui jasa periklanan pengusaha mencoba memancing dan membangkitkan minat
animo konsumen, untuk membeli produk barang atau jasa. Konsumen pun memerlukan iklan sebagai salah satu alat informasi untuk mengetahui produk
konsumsi yang mereka butuhkan. Hakikat iklan bagi konsumen merupakan janji dari semua pihak yang mengumumkannya.
3
Indonesia gerakan untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen telah melahirkan Undang-undang Perlindungan Konsumen selanjutnya disingkat
UUPK No. 8 Tahun 1999, yang berfungsi sebagai payung hukum bagi pengaturan perlindungan konsumen yang telah ada sebelumnya. Norma-norma
perlindungan konsumen lainnya diluar UUPK, dapat dijadikan sebagai acuan dengan menempatkan UUPK sebagi sistem perlindungan hukum terhadap
konsumen. Melalui ketentuan tersebut dapat dipahami secara implisit, bahwa Berdasarkan janji-janji tersebut,
konsumen akan dapat menilai kejujuran pelaku usaha dalam menyampaikan informasi produk melalui iklan.
3
Dedi Heryanto. Perlindungan Hukum Bagi konsumen Terhadap Iklan Yang Menyesatkan. Bogor: Ghlmia Indonesia, 2010, hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
UUPK merupakan ketentuan khusus lex specialis terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelum UUPK lex generalis.
4
Kemudian tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, seperti yang terdapat dalam pasal 9 yang menjelaskan bahwa pelaku usaha dilarang
menawarkan, mempromosikan, dan mengiklankan suatu barang dan atau jasa secara tidak benar dan atau seolah-olah produk tersebut memiliki potongan harga,
keadaanya baik, meiliki sponsor, tidak mengandung cacat tersembunyi, merendahkan produk lain yang sejenis, menggunakan kata-kata yang berlebihan,
dan mengandung janji yang belum pasti. Pasal 10 berkenaan dengan informasi iklan yang membuat pernyataan yang tidak benar dan menyesatkan, baik
menyangkut harga, kegunaan, kondisi, jaminangaransi, maupunn daya tarik potongan harga discount yang belum tentu benar. Pasal 12 tentang iklan yng
menawarkan, mempromosikan produk dengan tarif khusus, dalam waktu dan jumlah tertentu. Kecenderungan ini sering kali dilakukan pelaku usaha dalam
iklan perumahan, padahal kenyataannya tipe rumah dimaksud tidak tersedia dan akhirnya konsumen diarahkan pada tipe lain yang justru lebih mahal. Pasal 13
tentang iklan produk barang dan jasa dengan memberikan janji pemberian Undang-
undang Perlindungan Konsumen terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang periklanan, dalam pasal 1 disebutkan bahwa :
“Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadaap barang
dan atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan”.
4
Dedi harianto Op.Cit, hlm. 13.
Universitas Sumatera Utara
souvenir atau hadiah secara gratis, tetapi ketika produk dibeli, janji tersebut tidak dipenuhi dengan dalih persediaan sudah habis. Pasal 14 yang berkenaan dengan
janji iklan dalam undian yang tidak dipenuhi pelaku usaha atau mengganti dengan hadiah lain,bahkan sering kali undian tersebut ternyata tidak ada kalaupun ada
tidak diumumkan secara patut melalui media yang diketahui konsumen secara luas. Pasal 15 tentang penawaran barang yang secara paksa, baik fisik maupun
psikis. Pasal 16 tentang produk melalui pesanan yang tidak sesuai dengan kesepakatan semula atau waktu pengiriman pesanan seperti yang dijanjikan. Dan
dalam pasal 17 diatur khusus mengenai Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha.
5
Menurut Dedi Harianto, berkaitan dengn pengaturan kegiatan periklanan, setidaknya terdapat tiga manfaat yang akan diperoleh konsumen, yaitu:
6
1. Pilihan konsumen atas alternatif yang ada akan lebih baik jika konsumen
mendapat informasi yang lebih banyak dari pasar. Misalnya, seorang wanita yang mengandungakan memperoleh manfaat bagi diri dan anak yang
dikandungnyajika setiap produsen menempatkan label peringatan bahaya pada setiap kemasan mi uman beralkohol yang dipasarkannya;
2. Jika konsumen mendapatkan informasi yang lebih baik, maka kualitas produk
cenderung akan mengalami perbaikan, sebagai respon atas perubahan kebutuhan dan preferensi konsumen. Misal, ketika konsumen mulai belajar
mengenai lemak dan kolestrol, produsen makanan mulai memasarkan produk makanan yang lebih sehat.
5
Taufik H Simatupang op.it hlm. 20.
6
Dedi harianto Op. Cit hlm. 31.
Universitas Sumatera Utara
3. Penurunan harga akibat berkurangnya kekuatan informasi pasar penjual.
Misalnya, harga mobil bekas pasti akan jatuh jika para dealer dituntut untuk menginformasikan konsumen mengenai kerusakan pada mobil tersebut,
karena konsumen tidak akan bersedia membeli kendaraan jika diketahui bermasalah
Periklanan sebagai salah satu sarana pemasaran dan sarana penerangan memegang peranan penting di dalam pembangunan yang dilaksanakan bangsa
Indonesia. Sebagai sarana penerangan dan pemasaran, periklanan merupakan bagian dari kehidupan media komunikasi yang vital bagi dunia usaha, serta
berfungsi menunjang pembangunan.
7
Hak atas Informasi yang benar merupakan salah satu hak universal konsumen yang harus dihormati dan dilindungi. Pelaku usaha dalam
menyampaikan informasi haruslah secara lengkap dan benar sehingga tidak ada suatu hal yang penting yang semestinya menjadi hak konsumen tidak tercantum di
dalamnya atau bahkan sengaja disembunyikan. Informasi tersebut harus dapat Iklan sebagai sarana promosi seharusnya
menyampaikan kepada konsumen informasi atas suatu produk yang jelas, jujur dan bertanggung jawab. Hal ini pun telah diatur secara jelas dan sama, secara
garis besar, dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, dan Tata
Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia TKTCPI yang disusun oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, dan masih banyak lagi peraturan
perundang-undangan lain yang mengatur mengenai periklanan.
7
Netty Endrawaty, ”Tanggung jawab Pelaku usaha atas iklan yang menyesatkan” Perspektif, Edisi XII, Oktober 2006, hlm. 38.
Universitas Sumatera Utara
juga dipahami secara mudah karena jika tidak dapat dipahami maka informasi tidak akan berguna sama sekali. Informasi yang tidak lengkap dan tidak memadai
yang disampaikan kepada konsumen dapat menimbulkan kesan yang keliru misleading pada konsumen yang menyebabkan konsumen mersasa tertipu.
8
Janus Sidabalok mengemukakan ada empat alasan pokok mengapa konsumen perlu dilindungi, yaitu sebagai berikut:
Konsumen perlu diberikan suatu perlindungan khusus terhadap informasi iklan barang dan jasa. Perlunya peraturan yang mengatur perlindungan konsumen
karena lemahnya posisi konsumen dibandingkan posisi pelaku usaha, karena mengenai proses sampai hasil produksi barang atau jasa yang telah dihasilkan
tanpa campur tangan konsumen sedikitpun sehingga kenyataan konsumen selalu berada dalam posisi yang dirugikan. Campur tangan negara sendiri dimaksudkan
untuk melindungi hak-hak konsumen.
9
1. Melindung konsumen sama artinya dengan melindungi seluruh bangsa
sebagaimana diamanatkan oleh tujuan pembangunan nasional menurut Undang-Undang Dasar 1945;
2. Melindungi konsumen perlu untuk menghindarkan konsumen dari dampak
negatif penggunaan teknologi; 3.
Melindungi konsumen perlu untuk melahirkan manusia-manusia yang sehat rohani dan jasmani sebagai pelaku-pelaku pembangunan, yang berarti juga
menjaga kesinambungan pembangunan nasional;
8
http:rifqin.blogspot.com200804informasi-tidak-seimbang-dalam-iklan.html, diakses 20 Maret 2016.
9
Janus Sidabalok. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakt i 2006, hlm. 6.
Universitas Sumatera Utara
4. Melindungi konsumen perlu untuk menjamin sumber dana pembangunan
yang bersumber dari masyarakat konsumen Praktisi periklanan dalam membuat iklan telah dikawal oleh kode etik
dan atau tata krama dan tata cara periklanan, namun penerapannya etika periklanan dirasa kurang efektif. Hal ini disebabkan lebih banyak perusahaan yang
tidak mematuhi, apalagi terhadap pelanggaran kode etik tersebut tidak dikenai sanksi.
B. Rumusan Masalah