90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian Bab-bab di muka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Secara umum pengaturan iklan di Indonesia dimaksudkan untuk menjaga
citra bisnis periklanan di mata masyarakat, sedangkan tata cara bertujuan untuk menjaga persaingan antara pelaku usaha periklanan agar berjalan
dengan wajar dan mencegah terjadinya persaingan tidak sehat dalam penyelenggaraan bisnis periklanan. Titik beratnya adalah agar terdapat
praktek usaha periklanan yang wajar dan sehat. Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia TKTCPI bukan merupakan produk undang-undang
yang mengikat secara luas public tetapi sebagai self regulation bagi anggotanya, kode etik ini memiliki arti penting dalam rangka memberikan
kejelasan aturan main dalam usaha periklanan di Indonesia. Sekaligus untuk menjaga tindakan dan perilaku anggotanya agar tetap menjunjung etika dalam
berusaha bidang periklanan. Hal ini dilakukan agar persaingan bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya melalui periklanan tidak
menimbulkan penyesatan informasi, yang pada akhirnya sangat merugikan konsumen.
2. Hakikatnya pengaturan mengenai penyampaian informasi iklan adalah bentuk
komunikasi yang bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang produk atau jasa yang dimiliki suatu perusahaan. Iklim persaingan
menuntut para kreator melakukan inovasi dan terus berkreasi dalam
Universitas Sumatera Utara
3. mengemas pesan yang akan mereka sampaikan. Daya pikat pesan suatu iklan
bisa jadi cocok untuk iklan merek produk tertentu, namun belum tentu cocok untuk merek lainnya, atau pada semua situasi, karena efektivitas suatu pesan
tergantung it-depends pada keadaan, seperti sifat persaingan,lingkungan periklanan, dan sejauh mana keterlibatan konsumen.
4. Melihat keberagaman pengaturan kegiatan periklanan tersebut, maka
pertanggung jawaban pelaku usaha periklanan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk pertanggung jawaban, yaitu pertanggungan jawaban secara
perdata, pidana, dan administrasi negara, sesuai dengan jenis pelanggaran dan pasal-pasal yang dituduhkan kepada pelaku usaha periklanan. Selain itu,
Pertanggung jawaban para pihak ditentukan berdasarkan peran aktif sebagai sumber informasi dalam proses pembuatan iklan tersebut. Apabila sumber
informasi berasal dari pengiklan sebagai penghasil produk, maka tanggung jawab akan dibebankan kepada pengiklan atas penyesatan informasi iklan
tersebut. Sedangkan apabila sumber informasi berasal dari perusahaan periklanan dan dibuat tanpa sepengetahuan atau persetujuan pengiklan, maka
tanggung jawab terhadap informasi iklan yang menyesatkan tersebut dibebankan kepada perusahaan periklanan. Selain itu, apabila sumber
informasi yang dimuat dalam iklan berbeda dengan informasi aslinya akibat kesalahan media iklan, maka tanggung jawab terhadap informasi
menyesatkan tersebut berada di pihak media iklan.Mengenai muatan informasi produk, tentu pihak yang paling bertanggung jawab adalah
pengiklan sebagai pihak penghasil barang danatau jasa.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran