dan ekuitas. Urutan pendanaan dimulai dari laba ditahan, utang, dan penerbitan saham ekuitas pada urutan terakhir. Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa
penggunaan laba ditahan lebih murah dibandingkan utang dan ekuitas. Menurut teori pecking order juga mengisyaratkan peningkatan profitabilitas akan
meningkatkan laba ditahan, yang dapat digunakan untuk pendanaan investasi. Sehingga semangkin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka semakin
sedikit pendanaan dengan menggunakan utang. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah
sedikit.
2.1.1.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Banyak faktor yang mempengaruhi struktur modal di perusahaan. Menurut Sutrisno 2000:307, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
penentuan kebijaksanaan struktur modal adalah : 1.
Persesuaian atau suitability Merupakan persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan jangka
waktu kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahaan dana berjangka pendek, bila dibelanjai dengan hutang, obligasi atau dengan
mengeluarkan modal sendiri kurang sesuai. Sebaliknya cara pemenuhan dana disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhannya
artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek, maka sebaiknya dipenuhi dari sumber dana jangka pendek dan bila kebutuhan dana
jangka panjang sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka panjang.
2. Pengawasan atau control
Pengendalian atau pengawasan perusahaan ada di tangan para pemegang saham. Manajemen perusahaan mengemban tugas untuk
menjalankan hasil keputusan pemegang saham. Biasanya sebuah perusahaan dimiliki oleh beberapa pemegenag saham sehingga bila
diperlukan tambahan dana perlu dipertimbangkan apakah fungsi pengawasan dari pemilik lama tidak akan terkurangi. Oleh sebab itu
dengan pertimbangan tersebut, biasanya pemilik lama lebih menginginkan mengeluarkan obligasi dibanding dengan menambah
saham.
3. Laba atau earning per share
Memilih sumber dana apakah dari saham atau utang, secara financial harusnya yang bisa menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham
atau earning per share lebih besar.
4. Tingkat resiko atau riskness
Utang merupakan sumber dana yang mempunyai resiko tinggi sebab bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan
mendapatkan laba maupun dalam kondisi merugi. Oleh karena itu semakin besar penggunaan dana dari utang mengindikasikan
perusahaan mempunyai tingkat resiko yang besar. Menurut Sartono 2003:248, fakor yang mempengaruhi struktur moal
adalah : 1.
Tingkat penjualan, Struktur asset, Tingkat Pertumbuhan perusahaan, Profitabilitas, Variabel laba dan pelindung pajak,
Skala perusahaan, Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki
aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan utang lebih besar dari pada perusahaan dengan penjualan yang tidak
stabil.
2. Struktur asset
Perusahaan yang memiliki asset tetap alam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena
dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.
3. Tingkat Pertumbuhan perusahaan
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar
kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
4. Profitabilitas
Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor dalam menentukan sruktur modal. Dengan laba ditahan yang besar,
perusahaa akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang.
5. Variabel laba dan pelindung pajak
Variabel ini sanga erat kaitannya dengan stabilitas penjualan. Jika variabilitas atau volalitas laba perusahaan kecil maka perusahaan
mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap dari utang. Ada kecnderungan bahwa penggunaan
utang akan memberikan manfaat berupa perlindungan pajak.
6. Skala perusahaan
Perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal dipasar modal dibanding dengan perusahaan
kecil.
7. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro
Perusahaan perlu menanti saat yang tepat untuk menjual saham dan obligasi. Secara umum kondisi yang paling tepat untuk menjual
obligasi atau saham adalah pada saat tingkat bunga pasar sedang rendah dan pasar sedang bullish.
Empat faktor lain yang mempengaruhi keputusan struktur modal menurut Brigham 1999:6 yaitu :
1. Risiko bisnis, yakni risiko yang melekat pada operasi perusahaan
apabila perusahaan tidak menggunakan utang. Makin besar risiko bisnis perusahaan, maka makin rendah rasio utang yang optimal.
2. Posisi pajak perusahaan, yakni dengan menggunakan utang maka
biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya utang yang sesungguhnya.
3. Fleksibelitas keuangan, atau kemampuan untuk menambah modal
dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa modal yang
kuatdiperlukan untuk operasi yang stabil dan pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan denganposisi neraca
yang baik bila keadaan perekonomian sulit.
4. Konservatisme atau agresivitas manajemen, yakni ada sebagian
besar manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk
meningkatkan laba, dimana hal ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal, tetapi akan mempengaruhi struktur modal
yang ditargetkan.
Sedangkan menurut Riyanto, 2001, hal 296, struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama
adalah :
1. Tingkat bunga Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal
adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku pada waktu itu. Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal
apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham ataukah obligasi.
2. Stabilitas dari earnings Suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu
dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai
earnings yang tidak stabil dan unpredictable akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban bunga pada tahun atau keadaan yang
buruk.
3. Susunan dari aktiva Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya
tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri,
sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya adalah aktiva lancar
akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek.
4. Kadar risiko dari aktiva Tingkat atau kadar risiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah
tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva didalam perusahaan, makin besar derajat risikonya. Dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak
digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan.
5. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka dirasakan
perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan sekuritas secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan
yang membutuhkan modal yang tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan sekuritas saja.
6. Keadaan pasar modal Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena
adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila gelombang meninggi upsaving para investor lebih tertarik untuk menanamkan
modalnya dalam saham. Oleh karena itu, dalam rangka mengeluarkan atau
menjual sekuritasnya, perusahaan harus menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut.
7. Sifat manajemen Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh langsung dalam pengambilan
keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. 8. Besarnya suatu perusahaan
Perusahaan yang lebih besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya
untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal maka dapat disimpulkan bahwa struktur modal banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari internal perusahaan seperti tingkat
pencapaian laba profitabilitas, susunan aktiva perusahaan dan ukuran dari perusahaan serta faktor dari eksternal perusahaan seperti perkembangan tingkat
suku bunga pinjaman yang berdampak pada struktur modal perusahaan. Penelitian ini menggunakan faktor suku bunga, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan
profitabilitas dalam mempengaruhi struktur modal di perusahaan. Struktur modal dalam penelitian ini diindikasikan dengan debt to equity
ratio DER yang sering disebut rasio utang satuannya adalah rasio. Rasio ini menunjukan banyaknya utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai
seluruh ekuitas yang dimilikinya. Struktur modal diformulasikan sebagai berikut : Long Term Debt
DER = Total Equity
Dimana : DER
= Debt to Equity Ratio Long Term Debt
= Hutang Jangka Panjang Total Equity
= Total Ekuitas
2.1.1.3. Suku Bunga
Menurut Karl dan Fair 2001:635, “suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang
diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman”.
Pengertian tingkat bunga menurut Sunariyah 2006:80 adalah “harga dari pinjaman. Tingkat bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit
waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur”.
Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah 2004:80 adalah : 1.
Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
2. Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah
terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi.
3. Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan
suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi
tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.
4. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol
jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.
Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal terutama dari sektor bisnis. Tabungan
adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan
akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.
Menurut Prasetiantono 2000 mengenai suku bunga adalah : jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena
ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena
mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan deposito dan tabungan. Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja
pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat
cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank.
2.1.1.4. Struktur Aktiva
Struktur aktiva Tangible Assets pada penelitian ini diproyeksikan oleh Fixed Asset FA atau aktiva tetap. Menurut Sartono 2003:249, menyatakan
“Perusahaan yang memiliki asset tetap alam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan
besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil”.
Kebanyakan perusahaan manufaktur dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar
dari aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2009,
PSAK no.16 par. 16.2 definisi aktiva tetap adalah aset berwujud yang a.
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyedian barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan
untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Menurut Sofyan 2008:20 mendefinisikan aktiva tetap sebagai berikut :
“aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”.
Menurut Mulyadi dan Kanaka 2002:175 aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu
tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”.
Dari ketiga definisi di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan,
yang bukan dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan aktiva tetap tersebut memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun.
Aktiva tetap yang dinilai perusahaan bermacam-macam jenisnya dan bersifat heterogen. Adapun ragam aktiva tetap pada setiap perusahaan adalah
tergantung pada jenis kegiatan perusahaan itu sendiri dan luasnya operasi perusahaan tersebut. Untuk tujuan akuntansinya maka aktiva tetap perlu
digolongkan berdasarkan pada suatu aturan tertentu. Aktiva tetap menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2009, PSAK no.16 par. 16.2 dapat dikelompokkan sebagai
berikut : 1.
Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas. Jenis aktiva tetap sudah jelas relatif tidak berubah bentuk wujudnya
sehingga tidak perlu dilakukan penyusutan terhadap harga
perolehannya, misalkan tanah yang dimiliki oleh perusahaan yang dipergunakan sebagai lokasi kegiatan perusahaan.
2. Aktiva tetap yang umurnya terbatas, dapat dibagi atas :
a. Aktiva tetap yang apabila habis masa manfaatnya harus diganti dengan
aktiva sejenisnya, untuk aktiva tetap ini dilakukan penyusutan depresiasi terhadap harga perolehannya. Jenis aktiva tetap ini
misalnya bangunan, gedung, mesin-mesin, kendaraan dan lain-lain.
b. Aktiva tetap yang apabila habis masa manfaatnya tidak dapat diganti
dengan aktiva tetap sejenisnya, untuk aktiva tetap tersebut dilakukan penyusutan yang disebut dengan istilah “Deplesi”, misalnya sumber
alam seperti lahan pertambangan, hutan dan lain-lain. Secara umum aktiva tetap dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Tanah
Tanah adalah permukaan bumi atau tempat berdirinya suatu bangunan, halaman tanah perkebunan dan lain sebagainya. Tanah ini mempunyai
umur yang tidak terbatas yang berarti dapat dimanfaatkan selama umur perusahaan, sehingga tidak perlu disusutkan apabila tanah tersebut tidak
milik perusahaan, akan tetapi hanya sebagai hak guna usaha atau hak pakai maka hak tersebut harus diamortisasi karena masa menikmati
aktiva tetap tersebut adalah terbatas.
b. Bangunan
Bangunanan adalah gedung yang didirikan di atas tanah dan diggunakan sebagai kantor, pabrik, perumahan dan sebagainya. Aktiva
tetap ini mempunyai masa manfaat yang terbatas tetapi aktiva dalam kelompok ini dimaksudkan untuk dijual-belikan maka harus dicatat
sebagai persediaan barang bukan sebagai kelompok aktiva tetap.
c. Mesin
Mesin adalah alat mekanis yang dikuasai oleh perusahaan yang digunakan untuk proses produksi atau kegiatan perusahaan, maka
terhadap aktiva tetap ini juga harus disusutkan karena mempunyai masa manfaat yang terbatas.
d. Peralatan
Peralatan selain mesin digunakan dalam proses produksi misalnya peralatan bengkel, peralatan kantor, peralatan gudang dan lain-lain.
e. Kendaraan
Kendaraan adalah alat pengangkutan yang dimiliki dan digunakan untuk operasi perusahaan baik untuk pengangkutan di pabrik maupun
untuk pengangkutan orang. Aktiva tetap ini memberikan masa manfaat yang terbatas sehingga harus dilakukan penyusutan.
f. Perabotan
Perabotan biasanya terdapat di bagian administrasi atau bagian penjualan dari perusahaan seperti meja, kursi dan sebagainya. Perabotan
juga memperoleh masa manfaat yang terbatas sehingga harus dilakukan penyusutan.
Struktur aktiva merupakan susunan dari aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Struktur aktiva pada penelitian ini
diproyeksikan rasio aktiva tetap yaitu antara Fixed Asset FA terhadap Total Asset TA diformulasikan sebagai berikut :
Fixed Assets Rasio Tangible Assets =
Total Assets Dimana :
Rasio Tangible Assets = Rasio Ukuran Aktiva Tetap Fixed Assets
= Aktiva Tetap Total Assets
= Total Aktiva
2.1.1.5. Ukuran Perusahaan Size
Suwito dan Herawaty 2005, perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dikategorikan ke dalam 3 tiga kelompok besar yaitu
perusahaan besar large firm, perusahaan menengah mediumsize dan perusahaan kecil small firm. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan
kepada total asset perusahaan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar atau kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara
lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain Machfoedz, 1994 dalam Atarwaman 2011.
Sutrisno 2003, hal 57 mengatakan “Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya kapasitas perusahaan yang dinilai dari asset-aset yang dimilikinya.
Semakin besar asset suatu perusahaan maka dapat dikatakan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut”.
Ukuran perusahaan firm size pada penelitian ini diproyeksikan oleh logaritma natural dari aktiva. Semakin besar total aktiva yang dimiliki
perusahaan maka dapat dikatakan semakin besar pula ukuran perusahaan sehingga ukuran perusahaan dapat diproyeksikan menurut Cahyana 2009:137 sebagai
berikut :
SIZE = LnTA
Dimana :
SIZE = Ukuran Perusahaan LnTA= Logaritma Natural dari Total Aset
2.1.2. Profitabilitas
2.1.2.1.Pengertian Profitabilitas
Profit merupakan hasil dari kebijakan manajemen. Oleh karena itu, kinerja perusahaan dapat diukur dengan profit. Kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan profit disebut profitabilitas. Menurut Brigham dan Houston 2001, hal 89, menyatakan bahwa: “Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian
kebijakan dan keputusan”. Menurut Munawir 2007, hal 33” Profitabilitas atau rentabilitas adalah
kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu”. Menurut Agus Sartono 2001, hal 122.“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.” Menurut Brigham dan Houston 2006, hal 107, Profitabilitas
adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan
perusahaan. Rasio profitabilitas akan menunjukkan kombinasi efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang
dihasilkan dari volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Dan juga rasio profitabilitas merupakan rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba selama periode tertentu.
2.1.2.2. Jenis-Jenis Profitabilitas
Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas menurut Sawir 2005: 18 adalah sebagai berikut:
1. Marjin Laba Kotor Gross Profit Margin 2. Marjin Laba Operasi Operating Profit Margin
3. Marjin Laba Bersih Net Profit Margin 4. Hasil Atas Total Asset Return on Assets
5. Hasil Atas Ekuitas Return on Equity Berikut ini penjelasannya :
1. Marjin Laba Kotor Gross Profit Margin Gross Profit Margin adalah persentase dari setiap hasil sisa penjualan
sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi marjin laba kotor, maka semakin baik dan secara relatif semakin rendah
harga pokok barang yang dijual. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
Sales – Cost of Good Sold Gross Profit Margin =
x 100 Sales
2. Marjin Laba Operasi Operating Profit Margin Operating Profit Margin adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa
penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak, atau laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah
penjualan. Marjin laba operasi mengukur laba yang dihasilkan murni dari operasi perusahaan tanpa melihat beban keuangan bunga dan beban dari
pemerintah pajak.
3. Marjin Laba Bersih Net Profit Margin Net Profit Margin adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan
sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran, termasuk bunga dan pajak.
4. Hasil Atas Total Asset Return on Assets
Return on Total Assets adalah ukuran keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia disebut juga hasil
atas investasi. EBIT
Operating Profit Margin =
x 100 Sales
Net Income Net Profit Margin
= x 100
Sales
Net Income Return On Assets
= x 100
Total Assets
5. Hasil Atas Ekuitas Return on Equity Return on Equity adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik
baik pemegang sahan biasa dan saham istimewa atas investasi di perusahaan. Semakin tinggi pengembalian semakin baik..
2.1.2.3.Pengukuran Profitabilitas
Pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan rasio ROA. Harahap 2008:305 mengatakan bahwa “rasio ini menunjukan berapa besar laba
bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Menurut Radardjo 2007:120 Return on Assets merupakan salah satu rasio Profitabilitas yaitu
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal yang tertanam di dalamnya. Sedangkan Sutrisno 2000:266 mengatakan
bahwa “Return on Assets juga sering disebut rentabilitas ekonomis merupaklan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan”. Rumus Return on Assets ROA menurut Sutrisno 2000:266 dapat
diformulasikan sebagai berikut :
Aktiva Total
Bersih Laba
ROA =
Net Income Return On Equity
= x 100
Total Equity
x 100
Keterangan : -
ROA adalah Return On Assets yaitu perbandingan laba bersih dengan total aset perusahaan.
- Laba bersih adalah laba bersih setelah dipotong bunga dan pajak.
- Total aktiva adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan dalam
menjalankan aktivitas operasionalnya
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Berikut ini dikemukakan penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh EVA, dan likuiditas terhadap struktur modal pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya
NO Peneliti dan
Tahun Judul Penelitian
Hasil Penelitian
1 Rizal 2002
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal Pada Industri Manufaktur yang Terdaftar
di BEJ Periode 1997-2001 Ownership Structure, Retained Earning,
Business Risk, Devidend Payout Ratio, dan Expectied Growth Rate
berpengaruh terhadap struktur modal
2 Ike Tri
Anggraini 2007
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal pada perusahaan Industri Rokok di BEJ.
variabel Tangible Assets FTA, Firm Size SIZE, Liquidity CR dan Growth Sales
GS yang mempengaruhi struktur modal
3 Seftianne
2011 Faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal pada perusahaan
publik sektor manufaktur Grouwt oportunity dan ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas, likuiditas, resiko
bisnis, kepemilikan manajerial dan struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur
modal.
4 Haryanto
2003 Faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal
pada perusahaan Food and Beverages di BEJ.
Liquidity CR dan Growth Sales GS tidak berpengaruh sedangkan firms size
berpengaruh terhadap struktur modal
5 Bangun dan
Vivi 2008 Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal studi empiris
terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta Suku bunga, ukuran perusahaan dan
profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan ukuran
perusahaan dan resiko bisnis tidak berpengaruh
Sumber : Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu, 2015
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dapat diketahui adanya perbedaan-perbedaan hasil penelitian berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal. Hasil penelitian Rizal 2002 berpengaruh terhadap struktur modal yaitu Ownership Structure, Retained Earning, Business
Risk, Devidend Payout Ratio, dan Expectied Growth Rate dan Ike Tri Anggraini 2007 mengungkapkan variabel Tangible Assets FTA, Firm Size SIZE,
Liquidity CR dan Growth Sales GS yang mempengaruhi struktur modal. Hasil penelitian Rizal 2002 membuktikan bahwa firm size tidak berpengaruh terhadap
struktur modal, sedangkan hasil penelitian Ike Tri Anggraini 2007 membuktikan bahwa firm size, Liquidity CR dan Growth Sales GS berpengaruh terhadap
struktur modal. Haryanto 2003 membuktkan bahwa Liquidity CR dan Growth Sales GS tidak berpengaruh sedangkan firms size berpengaruh terhadap struktur
modal. Hasil-hasil penelitian yang berbeda inilah yang memotivasi peneliti untuk
meneliti kembali dengan originalitas dari penelitian Seftianne 2011. Perbedaanya adalah pada penelitian sekarang hanya menggunakan tiga variabel
bebas yaitu suku bunga, struktur aktiva dan ukuran perusahaan, serta menambahkan variabel moderating yaitu profitabilitas. Objek penelitian juga
berbeda dimana sebelumnya menggunakan perusahaan manufaktur maka pada penelitian sekarang menggunakan objek yang berbeda yaitu perusahaan-
perusahaan industri Sektor Aneka Industri di BEI yang berjumlah 38 perusahaan.