33
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2010. Penelitian ini dilakukan dengan populasi sebanyak 60 orang pekerja.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian kecil populasi yang digunakan dalam uji untuk memperoleh informasi statistik mengenai keseluruhan populasi Chandra, 2008.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu Sugiyono, 2010.
Populasi yang diambil untuk dijadikan sampel penelitian adalah yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Pekerja yang melakukan aktivitas kerja dekat dengan sumber bunyi.
b. Usia 20-50 tahun
c. Tidak mengalami gangguan pendengaran.
Berdasarkan keterangan di atas, jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 orang pekerja.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer penelitian ini yaitu data kebisingan di pabrik yang diperoleh dengan melakukan pengukuran secara langsung menggunakan alat Sound Level
Meter dan pengisian lembar kuesioner oleh pekerja di pabrik untuk memperoleh data stres kerja.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti meliputi data-data yang berkaitan dengan pekerja dan gambaran umum
mengenai PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli di Kecamatan Laguboti.
Universitas Sumatera Utara
34
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional
3.5.1 Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel independen berupa intensitas kebisingan dan variabel dependen berupa stres kerja.
3.5.2 Defenisi Operasional
a. Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
mesin-mesin produksi di pabrik. Pada penelitian ini kebisingan di tempat kerja diukur dengan menggunakan alat ukur Sound Level Meter.
b. Stres kerja adalah sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi
individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Stres kerja diukur dengan menggunakan kuesioner mengenai gejala-gejala stres kerja.
3.6 Metode Pengukuran
Aspek pengukuran adalah mengukur kebisingan dan stres kerja pada pekerja di pabrik. Untuk dapat mengetahuinya dilakukan pengukuran dengan
menggunakan alat serta wawancara dengan menggunakan kuesioner mengenai gejala-gejala stres kerja.
3.6.1 Kebisingan
Kebisingan diukur dengan menggunakan Sound Level Meter SLM oleh Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan. Pengukuran dilakukan di 9 titik dimana
pekerja melakukan aktivitas kerjanya. Alat ukur
: Sound Level Meter SLM Metode Analisis
: SNI 7231 – 2009
Universitas Sumatera Utara
35
Spesifikasi Alat : Sound Level Meter Merk Wohler SP 22 Uji 1
Gambar 3.1 Sound Level Meter Wohler SP 22
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Hasil pengukuran : a. Kebisingan ≥ 85 dBA
b. Kebisingan 85 dBA Prosedur pengukuran:
Alat diletakkan pada tripord sebagai alat penyangga untuk memudahkan petugas dalam melakukan pengukuruan. Adapun prosedur pengukurannya antara lain:
a. Hidupkan alat ukur
b. Periksa kondisi baterai, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi
baik. c.
Pastikan skala pembobotan
Universitas Sumatera Utara
36
d. Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakteristik
sumber bunyi yang diukur S untuk sumber bunyi relatif konstan atau F untuk sumber bunyi kejut.
e. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di
tempat kerja. Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang sumber bunyi.
f. Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan
karakteristik mikropon mikropon tegak lurus dengan sumber bunyi, 70 –
80 dari sumber bunyi
g. Pilih tingkat tekanan bunyi SPL atau tingkat tekanan bunyi sinambung
setara Leq. Sesuaikan dengan tujuan pengukuran. h.
Catatlah hasil pengukuran kebisingan pada lembar data sampling. Lembar data sampling minimum memuat ketentuan seperti nama perusahaan,
alamat perusahaan, tanggal sampling, lokasi titik pengukuran, rentang waktu pengukuran, dan hasil pengukuran kebisingan.
3.6.2 Stres kerja
Penilaian stres dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada tenaga kerja. Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner adopsi dari penelitian
yang dilakukan oleh Murani Dwi Putri dengan judul Gambaran Kebisingan Lalu Lintas dan Stres Kerja pada Operator Pompa Bensin di SPBU X Kecamatan
Medan Petisah Tahun 2004. Menurut Brecht 2000 dalam penelitian Murani, penilaian stres dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang timbul akibat stres.
Daftar periksa yang diberikan merupakan daftar gejala-gejala dari stres yang
Universitas Sumatera Utara
37
terjadi. Total skor tertinggi adalah 188. Aspek pengukuran stres menurut Brecht adalah sebagai berikut:
a. ≥ 60 = Stres
b. 60 = Tidak Stres
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian No.
Variabel Cara Ukur dan
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
1. Kebisingan
Pengukuran Sound Level Meter
1. Kebising an ≥ 85 dB
2. Kebisingan 85 dB Nominal
2 Stres Kerja
Wawancara Kuesioner
1. Stres 2. Tidak stres
Nominal
3.7
Metode Analisa Data
Data yang telah diperoleh dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan
atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi. 2.
Coding, pemberian kode atau skoring pada tiap jawaban untuk memudahkan entry data.
3. Entry Data, data yang telah diberikan kode tersebut kemudian
dimasukkan dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah. 4.
Analysis, data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan secara univariat dan bivariat.
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
Universitas Sumatera Utara
38
dan persentase dari tiap variabel seperti distribusi umur, masa kerja, pendidikan, stres kerja, dan lain-lain Notoadmojo, 2005.
3.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi dengan menggunakan uji Chi-Square Notoadmojo,
2005. Jika hasil uji statistik tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, maka yang digunakan adalah uji alternatif Exact Fisher.
Universitas Sumatera Utara
39
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
4.1.1 Sejarah Perusahaan
Cita-cita yang tinggi dan mulia yang timbul di hati Bapak Harangan Wilmar Hutahaean dan Ibu Tio Monika br. Sibarani Op. Gora Hutahaean untuk
membangun bonapasogit, Tapanuli Raya dinyatakan dengan membangun pabrik tapioka dan membuka perkebunan ubi sebagai bahan baku utama sungguh sangat
mengagumkan dan menggembirakan hati pemerintah, masyarakat, karyawan dan supplier serta pelanggan pembeli tepung tapioka hasil produksi perusahaan ini.
Pemilik perusahaan dan sekaligus Direktur Utama perusahaan ini telah memancangkan satu tonggak sejarah perekonomian di Tapanuli Raya khususnya
dan Provinsi Sumatera Utara. Setelah sukses di Kabupaten Riau, Bapak Harangan Wilmar Hutahaean ingin mewariskan semangat membangun daerah kelahirannya
dan ingin memberi contoh kepada generasi muda untuk berkarya di daerah asalnya, desa Simatibung Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
PT. Hutahaean merupakan salah satu industri di Sumatera Utara yang menghasilkan Tepung Tapioka Cap Beringin yang memadukan kegiatan hulu
yaitu penyedian bahan baku utama untuk 2 pabrik pengolahan tapioka yang berada di Jalan Indorayaon Desa Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba
Samosir dan di Desa Bahal Batu Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.
Universitas Sumatera Utara
40
Bahan baku untuk pabrik tapioka milik PT. Hutahaean adalah ubi kayu yang langsung dikelola PT. Hutahaean dengan luas lahan 1.400 hektar di Desa
Natumingka Kecamatan Borbor, Desa Sibide Kecamatan Silaen, Desa Sibuntuon Kecamatan Uluan, Kompleks Kompi 125 Kecamatan Balige, Desa Pintubosi
Kecamatan Laguboti di Kabupaten Toba Samosir dan sekitarnya serta di Kecamatan Garoga, Pangaribuan, Parmonangan, Siatas Barita, Pagaran di
Kabupaten Tapanuli Utara dan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan. Selain hasil bahan baku ubi dari kebun inti, perusahaan juga membeli
ubi dari para petani yang berada di sekitar pabrik di Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Simalungun ataupun dari Kabupaten Dairi dan Samosir melalui
para pemasok ubi, namun ada juga yang langsung diantarkan oleh para petani ke perusahaan.
4.1.2 Visi dan Misi
a. Visi PT. Hutahaean
“Menjadi Perusahaan terbaik di Indonesia di dalam memproduksi tepung
tapioka dengan teknologi ramah lingkungan”
b. Misi PT. Hutahaean
1. Ikut serta membangun dan memajukan Tapanuli Raya di bidang
perekonomian melalui program pertanian dan tanaman ubi singkong 2.
Meningkatkan kesejahteraan petani di bidang ekonomi dengan bekerjasama bagi hasil dalam mengelola lahan pertaniannya.
Universitas Sumatera Utara
41
3. Meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan para petani di dalam
menanam ubi kayu yang menjadi bahan baku untuk memproduksi tepung tapioka.
4. Meningkatkan pengalaman berbisnis dalam budaya industri dalam
perpaduannya dengan budaya agraris.
4.1.3 Lokasi
Secara geografis lokasi pabrik pengolahan tepung tapioka PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli
terletak antara 02.21.20.7” – 02.21‟22.7” LU dan 099.10‟58.9” – 099.06‟11” BT, beralamat di
Jl. Indorayon Desa Pintubosi, Kecamatan Laguboti, Kab. Toba Samosir, Sumatera Utara.
4.1.4 Proses Produksi a.
Pengangkutan bahan baku ubi kayu masuk ke dalam pabrik
Bahan baku berupa ubi kayu yang dibutuhkan sebanyak 84 ton per hari. Apabila kapasitas mobil barang pengangkut ubi kayu berkapasitas 2 ton, maka
akan ada sebanyak 42 kali pengangkutan ubi kayu keluar masuk pabrik. Dan jika pabrik beroperasi menjadi 2 shift maka kebutuhan ubi menjadi 128 ton ubi per
hari dengan angkutan kurang lebih 82 truk per hari.
b. Bagian Pembersihan Washing Section