69
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan 0,00
0,00 Pinjaman-
Pemerintah Daerah Lainnya
0,00 0,00
Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman Daerah
352.862.172,00 489.650.829,00
Pengembalian Dana Bergulir
0,00 0,00
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
6.892.292.304,75 6.550.225.201,06
Pembentukan Dana Cadangan
0,00 0,00
Penyertaan Modal Investasi
Pemerintah Daerah 1.401.258.198,00
4.000.000.000,00 Pembayaran Pokok
Pinjaman-Lembaga Keu Bank
3.491.034.106,75 50.225.201,06
Pembayaran Pokok Pinjaman-Lainnya
0,00 0,0
Investasi Dana Bergulir Bagi
Pelaku UKM 0,00
0,00 Pemberian
Pinjaman Daerah 2.000.000.000,00
2.500.000.000,00 PEMBIAYAN
NETTO 38.870.728.269,68
22.778.210.724,57 SISA LEBIH
PEMBIAYAAN ANGGARAN
TAHUN BERKENAAN
SiLPA 28.838.785.096,63
80.178.360.921,95
Sumber: Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan I Provinsi Sumatera Utara 2016.
4.1.4 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah yaitu dengan menghitung rasio keuangan dari pos-pos dalam
Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah APBD dan Laporan Realisasi APBD
Universitas Sumatera Utara
70 tahun anggaran 2010-2014. Dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan
peneliti untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah adalah rasio kemandirian keuangan daerah, rasio ketergantungan keuangan daerah, rasio
efektivitas PAD, rasio belanja operasi terhadap total belanja, rasio belanja modal terhadap total belanja, rasio pertumbuhan, dan Debt Service Coverage Ratio
DSCR. Adapun hasil dari analisis rasio keuangan tercantum pada tabel 4.9 sampai dengan tabel 4.17 berikut ini beserta penjelasannya.
Tabel 4.9 Rasio Kemandirian Keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota
Pematangsiantar Tahun 2010-2014 dalam persen Kota
Tahun Rata-
rata Tingkat
Kemandirian 2010
2011 2012
2013 2014
Binjai 5,06
5,20 8,72
8,03 10,04
7,41 Rendah
sekali Pematang
siantar 6,17
8,87 8,75
9,93 12,52
9,14 Rendah
sekali
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.9 di atas dan nilai kemandirian keuangan daerahpada tabel 2.1, kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai dan
Pemerintah Kota Pematangsiantar jika dilihat dari rasio kemandirian keuangan daerah dapat dikategorikan rendah sekali. Dimulai pada tahun 2010 rasio
kemandirian keuangan Pemerintah Kota Binjai sebesar 5,06 sedangkan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 6,17. Pada tahun 2011 rasio
kemandirian keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar mengalami kenaikan menjadi 5,20 dan 8,87, tahun 2012
hasil berbeda diperoleh dimana kemandirian keuangan Pemerintah Kota Binjai
Universitas Sumatera Utara
71 mengalami peningkatan menjadi 8,72 sedangkan kemandirian keuangan
Pemerintah Kota Pematangsiantar mengalami penurunan menjadi 8,75. Pada tahun 2013 rasio kemandirian Pemerintah Kota Binjai mengalami penurunan
menjadi 8,03 sedangkan Pemerintah Kota Pematangsiantar menagalami peningkatan menjadi 9,39, dan pada tahun 2014 kedua daerah menagalami
peningkatan dimana Pemerintah Kota Binjai menjadi sebesar 10,04 dan Pemerintah Kota Pematangsiantar menjadi 12,52. Meskipun mengalami
kenaikan pada tahun terakhir namun seluruhnya dapat dikatakan kemampuan keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar masih
sangat kurang, karena rata-rata rasio kemandirian keuangan kedua daerah masih tergolong rendah sekali yaitu 7,41 dan 9,14. Hal ini menunjukkan bahwa
Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar masih belum mampu untuk membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan,
pelayanan kepada masyarakatnya. Tabel 4.10
Rasio Ketergantungan Keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar Tahun 2010-2014 dalam persen
Kota Tahun
Rata-rata 2010
2011 2012
2013 2014
Binjai 84,24
87,90 80,21
86,06 89,17
85,51 Pematang
siantar 87,11
89,31 85,22
89,41 86,83
87,54
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar
Universitas Sumatera Utara
72 jika dilihat dari rasio ketergantungan keuangan daerah dapat dikategorikan sangat
tinggi. Dimulai pada tahun 2010 rasio ketergantungan keuangan Pemerintah Kota Binjai sebesar 84,24 sedangkan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar
87,11. Pada tahun 2011 rasio ketergantungan keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar mengalami kenaikan menjadi 87,90 dan
89,31, tahun 2012 ketergantungan keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar mengalami penurunan menjadi 80,21 dan
85,22. Pada tahun 2013 rasio ketergantungan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar menagalami peningkatan menjadi 86,06 dan
89,41, dan pada tahun 2014 ketergantungan keuangan Pemerintah Kota Binjai meningkat menjadi sebesar 89,17 sedangkan Pemerintah Kota Pematangsiantar
mengalami penurunan menjadi 86,83. Secara keseluruhan dapat dikatakan kemampuan keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota
Pematangsiantar masih sangat kurang, karena rata-rata rasio ketergantungan keuangan kedua daerah masih tergolong tinggi yaitu 85,51 dan 87,54. Hal ini
menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar masih sangat bergantung terhadap pemerintah pusatprovinsi.
Tabel 4.11 Rasio Efektivitas PAD Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota
Pematangsiantar Tahun 2010-2014 dalam persen Kota
Tahun Rata-
rata Klasifika
si 2010
2011 2012
2013 2014
Binjai 80,98
80,11 130,15
88,20 86,81
93,25 Efektif
Pematangs iantar
93,68 82,66
84,39 88,25
98,02 89,40
Cukup Efektif
Universitas Sumatera Utara
73 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa
kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar jika dilihat dari rasio efektivitas PAD dapat dikategorikan efektif. Dimulai pada
tahun 2010 rasio efektivitas PAD Pemerintah Kota Binjai sebesar 80,98 sedangkan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 93,68. Pada tahun 2011
rasio efektivitas PAD Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar mengalami penurunan menjadi 80,11 dan 82,66, tahun 2012
efektivitas PAD Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar mengalami peningkatan menjadi 130,15 dan 84,39. Pada tahun 2013 rasio
efektivitas PAD Pemerintah Kota Binjai mengalami penurunan menjadi 88,20 sedangkan Pemerintah Kota Pematangsiantar menagalami peningkatan menjadi
88,25, dan pada tahun 2014 efektivitas PAD Pemerintah Kota Binjai kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 86,81 sedangkan Pemerintah Kota
Pematangsiantar mengalami peningkatan menjadi 98,02. Secara keseluruhan dapat dikatakan kemampuan keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah
Kota Pematangsiantar cukup efektif, karena rata-rata rasio efektivitas PAD kedua daerah masih tergolong tinggi yaitu 93,25 dan 89,40. Hal ini menunjukkan
bahwa Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar sudah efektif dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target
yang ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
74 Tabel 4.12
Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar Tahun 2010-2014 dalam persen
Kota Tahun
Rata-rata 2010
2011 2012
2013 2014
Binjai 87,31
78,86 75,66
81,03 80,94
80,76 Pematang
siantar 85,56
85,99 85,26
81,45 84,72
84,60
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar
jika dilihat dari rasio belanja operasi terhadap total belanja dapat dikategorikan tinggi. Dimulai pada tahun 2010 rasio efektivitas PAD Pemerintah Kota Binjai
sebesar 87,31 sedangkan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 85,56. Pada tahun 2011 rasio belanja operasi terhadap total belanja Pemerintah Kota
Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 78,86 dan 85,99, tahun 2012, rasio belanja operasi terhadap total belanja Pemerintah Kota Binjai dan
Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 75,66 dan 85,26. Pada tahun 2013 rasio belanja operasi terhadap total belanja Pemerintah Kota Binjai dan
Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 81,03 dan 81,45, dan pada tahun 2014 rasio belanja operasi terhadap total belanja Pemerintah Kota Binjai dan
Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 80,94 dan 84,72. Secara keseluruhan dapat dikatakan kemampuan keuangan Pemerintah Kota Binjai dan
Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam mengalokasikan belanja operasi cukup tinggi, karena rata-rata rasio belanja operasi terhadap total belanja kedua daerah
Universitas Sumatera Utara
75 masih tergolong tinggi yaitu 80,76 dan 84,60. Hal ini menunjukkan bahwa
Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar cukup besar dalam mengalokasikan belanja daerah untuk belanja operasi.
Tabel 4.13 Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Pemerintah Kota Binjai dan
Pemerintah Kota Pematangsiantar Tahun 2010-2014 dalam persen Kota
Tahun Rata-rata
2010 2011
2012 2013
2014 Binjai
12,69 24,14
24,34 18,96
19,06 19,84
Pematang siantar
13,92 12,93
14,20 18,08
14,53 14,73
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar
jika dilihat dari rasio belanja modal terhadap total belanja dapat dikategorikan sangat rendah. Dimulai pada tahun 2010 rasio belanja modal terhadap total
belanja Pemerintah Kota Binjai sebesar 12,69 sedangkan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 13,92. Pada tahun 2011 rasio belanja modal terhadap
total belanja Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 24,14 dan 12,93, tahun 2012, rasio belanja modal terhadap total
belanja Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 24,34 dan 14,20. Pada tahun 2013 rasio belanja modal terhadap total belanja
Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 18,96 dan 18,08, dan pada tahun 2014 rasio belanja modal terhadap total belanja
Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 19,06
Universitas Sumatera Utara
76 dan 14,53. Secara keseluruhan dapat dikatakan kemampuan keuangan
Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam mengalokasikan belanja modal sangat rendah, karena rata-rata rasio belanja modal
terhadap total belanja kedua daerah masih tergolong sangat rendah yaitu 19,84 dan 14,73. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah
Kota Pematangsiantar sangat sedikit dalam mengalokasikan belanja daerah untuk belanja modal.
Tabel 4.14 Rasio Pertumbuhan PAD Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota
Pematangsiantar Tahun 2010-2014 dalam persen Kota
Tahun Rata-rata
2010 2011
2012 2013
2014 Binjai
- 40,55
82,01 2,06
46,36 34,20
Pematang siantar
- 72,87
11,44 22,92
47,46 30,94
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar
jika dilihat dari rasio pertumbuhan PAD dapat dikategorikan rendah. Dimulai pada tahun 2011 rasio pertumbuhan PAD Pemerintah Kota Binjai sebesar 40,55
sedangkan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 72,87. Pada tahun 2012 rasio pertumbuhan PAD Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota
Pematangsiantar sebesar 82,01 dan 11,44, tahun 2013, rasio pertumnbuhan PAD Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar
2,06 dan 22,92. Pada tahun 2014 rasio pertumbuhan PAD Pemerintah Kota
Universitas Sumatera Utara
77 Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 46,36 dan 47,46 Secara
keseluruhan dapat dikatakan kemampuan keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam pertumbuhan PAD tergolong rendah,
karena rata-rata rasio pertumbuhan PAD kedua daerah masih tergolong sangat rendah yaitu 46,36 dan 47,46. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota
Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar belum mampu meningkatkan jumlah PAD secara maksimal.
Tabel 4.15 Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota
Pematangsiantar Tahun 2010-2014 dalam persen Kota
Tahun Rata-rata
2010 2011
2012 2013
2014 Binjai
- 13,53
18,65 15,67
14,42 12,45
Pematang siantar
- 13,61
12,28 10,69
8,68 9,05
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar
jika dilihat dari rasio pertumbuhan belanja operasi dapat dikategorikan sangat rendah. Dimulai pada tahun 2011 rasio pertumbuhan belanja operasi Pemerintah
Kota Binjai sebesar 13,53 dan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 13,61. Pada tahun 2012 rasio pertumbuhan belanja operasi Pemerintah Kota
Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 18,65 dan 12,28, tahun 2013, rasio pertumbuhan belanja operasi Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah
Kota Pematangsiantar sebesar 15,67 dan 10,69. Pada tahun 2014 rasio
Universitas Sumatera Utara
78 pertumbuhan belanja operasi Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota
Pematangsiantar sebesar 14,42 dan 8,68. Secara keseluruhan dapat dikatakan kemampuan keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota
Pematangsiantar dalam pertumbuhan belanja operasi sangat rendah, karena rata- rata rasio pertumbuhan belanja operasi kedua daerah masih tergolong sangat
rendah yaitu 12,45 dan 9,05. Tabel 4.16
Rasio Pertumbuhan Belanja Modal Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar Tahun 2010-2014 dalam persen
Kota Tahun
Rata- rata
2010 2011
2012 2013
2014 Binjai
- 148,60
19,91 -15,87 15,16
33,56 Pematang
siantar -
4,95 24,40
47,54 -16,03
12,17
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar
jika dilihat dari rasio pertumbuhan belanja modal dapat dikategorikan rendah. Dimulai pada tahun 2011 rasio pertumbuhan belanja modal Pemerintah Kota
Binjai sebesar 148,60 dan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 4,95. Pada tahun 2012 rasio pertumbuhan belanja modal Pemerintah Kota Binjai dan
Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 19,91 dan 24,40, tahun 2013, rasio pertumbuhan belanja modal Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota
Pematangsiantar sebesar -15,87 dan 47,54. Pada tahun 2014 rasio pertumbuhan belanja modal Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota
Universitas Sumatera Utara
79 Pematangsiantar sebesar 15,16 dan -16,03. Secara keseluruhan dapat
dikatakan kemampuan keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam pertumbuhan belanja modal rendah, karena rata-rata rasio
pertumbuhan belanja modal kedua daerah masih tergolong rendah yaitu 33,56 dan 12,17.
Tabel 4.17 Debt Service Coverage Ratio Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota
Pematangsiantar Tahun 2010-2014 dalam persen Kota
Tahun Rata-
rata 2010
2011 2012
2013 2014
Binjai -
- 45,78
88,91 152,88
57,51 Pematang
siantar 31,01
83,09 59,47
21,93 54,49
49,99
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar
jika dilihat dari Debt Service Coverage Ratio dapat dikategorikan baik. Pada tahun 2010 dan 2011 Pemerintah Kota Binjai tidak melakukan pinjaman sehingga
hasil Debt Service Coverage Ratio adalah 0. Sedangkan Debt Service Coverage Ratio Pemerintah Kota Pematangsiantar pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 31,01
dan 83,09. Pada tahun 2012, Debt Service Coverage Ratio Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 45,78 dan 59,47. Pada tahun 2013
Debt Service Coverage Ratio Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar sebesar 88,91 dan 21,93, dan pada tahun 2014 Debt Service
Coverage Ratio Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar
Universitas Sumatera Utara
80 sebesar 152,88 dan 49,99. Secara keseluruhan dapat dikatakan kemampuan
keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam mengadakan pinjaman sudah layak, karena rata-rata Debt Service Coverage Ratio
kedua daerah masih tergolong baik yaitu 57,51 dan 49,99. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar memiliki
kemampuan yang baik untuk dapat mengembalikan pokok pinjaman beserta bunganya.
4.1.5 Analisis Uji Beda t-test