Tinjauan Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

25 Bangunan BPHTB, penerimaan sumber daya alam dan bagian daerah lainnya serta dana alokasi umum setelah dikurangi belanja wajib, dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga, dan biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo. Pemerintah daerah dinilai layak untuk melakukan pinjaman daerah apabila nilai rasio ini minimal sebesar 2,5. Debt Service Coverage Ratio DSCR = PAD + DBH + DAU - Belanja Wajib Angsuran Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Pinjaman

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian terdahulu yang telah mengungkap tentang kinerja keuangan daerah setelah otonomi daerah, beberapa di antaranya: Adhiantoko 2013 telah melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Blora Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora Tahun 2007 - 2011”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kinerja keuangan DPPKAD Kabupaten Blora jika dilihat dari rasio derajat desentralisasi fiskal dapat dikategorikan sangat kurang, kinerja keuangan DPPKAD Kabupaten Blora jika dilihat dari rasio kemandirian keuangan daerah tergolong masih sangat rendah, kinerja keuangan DPPKAD Kabupaten Blora jika dilihat dari rasio efektivitas PAD diketahui bahwa efektivitas keuangan DPPKAD Kabupaten Blora tahun 2009 dan 2010 berjalan tidak efektif, kinerja keuangan DPPKAD Kabupaten Blora jika dilihat dari rasio efisinesi keuangan daerah diketahui bahwa rata-rata efisiensi keuangan daerah Kabupaten Blora tahun 2007 sampai dengan 2011 sebesar 99,61 atau dapat dikatakan kurang Universitas Sumatera Utara 26 efisien, dan kinerja keuangan DPPKAD Kabupaten Blora jika dilihat dari rasio keserasian adalah belum stabil dari tahun ke tahun. Saran peneliti ini bagi pemerintah daerah adalah pemerintah daerah harus mampu mengoptimalkan penerimaan dari potensi pendapatannya yang telah ada, pemerintah daerah harus mencari alternatif-alternatif yang memungkinkan untuk dapat mengatasi kekurangan pembiayaan, dan pemerintah daerah diharapkan dapat mengurangi ketergantungannya terhadap bantuan dari pemerintah pusat.Sedangkan saran bagi peneliti selanjutnya adalah diharapkan untuk lebih mendalam mengenai kinerja keuangan pada Pemerintah Daerah dengan menggunakan lebih banyak rasio lagi, melakukan penelitian di lingkup yang lebih luas dari penelitian ini.Indikator pengukuran yang diapakai dalam penelitian ini adalah rasio derajat desentralisasi fiskal, rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi keuangan daerah, dan rasio keserasian.Bedanya penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah rasio keuangan yang digunakan, teknik analisis, dan objek dan periode penelitian. Agustina 2013 telah melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat Kemandirian Daerah di Era Otonomi Daerah: Studi Kasus Kota Malang Tahun Anggaran 2007-2011”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah rata-rata kinerja pengelolaan keuangan dan tingkat kemandirian daerah kota Malang bersifat instruktif, rasio efektivitas menunjukkan hasil yang sangat efektif, rasio aktivitas menunjukkan Pemerintah Kota Malang masih memprioritaskan anggaran belanjanya untuk belanja rutin, rasio pertumbuhan menunjukkan Pemerintah Kota Malang mampu Universitas Sumatera Utara 27 mempertahankan kinerjanya dalam mengelola keuangan. Saran penelitian ini bagi Pemerintah Kota Malang adalah harus mengurangi ketergantungan kepada pemerintah pusat, diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Malang dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan perlu meningkatkan pembangunan serta penyediaan sarana dan prasarana umum. Bedanya penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah rasio keuangan yang digunakan, teknik analisis, dan objek dan periode penelitian. Dwijayanti dan Rusherlistyanti 2013 telah melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pemerintah Propinsi Se- Indonesia” periode 2008-2010. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pada rasio kemandirian, Propinsi Jawa Timur menduduki peringkat pertama dan Papua Barat menduduki peringkat terakhir.Pada rasio efektivitas, Propoinsi Papua Barat menduduki peringkat pertama dan Kalimantan Tengah menduduki peringkat terakhir.Pada rasio efisiensi, Propinsi Bali menduduki peringkat pertama dan D.I.Yogyakarta menduduki peringkat terakhir.Pada rasio aktivitas, daerah yang lebih mengutamakan belanja pembangunannya dibandingkan dengan belanja rutinnya adalah Propinsi Sulawesi Barat. Pada rasio pertumbuhan PAD, pada tahun 2009 secara merata propinsi se-Indonesia mengalami penurunan yang sangat jauh dari tahun sebelumnya, rasio pertumbuhan pendapatan, propinsi yang mengalami kenaikan adalah Propinsi D.I.Yogyakarta dan Gorontalo, rasio pertumbuhan belanja rutin, propinsi yang mengalami kenaikan dari tahun 2008- 2010 adalah Propinsi Bengkulu dan DKI Jakarta, rasio pertumbuhan belanja pembangunan, propinsi yang mengalami peningkatan dari tahun 2008-2010 Universitas Sumatera Utara 28 adalah Propinsi Aceh, Jambi, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. Terdapat perbedaan tingkat kemandirian, tingkat efektivitas, tingkat aktivitas belanja rutin dan belanja pembangunan, tingkat pertumbuhan PAD yang siginifikan pada kinerja keuangan pemerintah propinsi se-Indonesia periode 2008-2010.Tidak terdapat perbedaan tingkat efisiensi, tingkat pertumbuhan pendapatan, tingkat pertumbuhan belanja rutin, tingkat pertumbuhan belanja pembangunan yang signifikan pada kinerja keuangan pemerintah propinsi se-Indonesia periode 2008- 2010.Saran penelitian ini bagi pemerintah daerah adalah diharapkan untuk meningkatkan kinerja keuangan.Sedangkan saran bagi penelitian selanjutnya adalah disarankan untuk menambah periode penelitian, subjek penelitian, dan metode penelitian sebagai alat pengukurannya.Bedanya penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah rasio keuangan yang digunakan dan objek dan periode penelitian. Fidelius 2013 telah melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Rasio Untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Manado.” periode 2010-2012. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pada rasio kemandirian, kinerja pengelolaan keuangan daerah Kota Manado masih sangat rendah dimana rata-rata rasio kemandiriannya adalah 15,22. Pada rasio efektivitas PAD, kinerja pengelolaan keuangan Kota Manado sudah cukup efektif dimana rata-rata rasio efektivitasnya adalah 85,84. Pada rasio aktivitas, Pemerintah Kota Manado lebih memprioritaskan belanja operasi daripada belanja modal dimana rata-rata rasio akrivitas belanja operasi adalah 80,07 sedangkan belanja modal adalah Universitas Sumatera Utara 29 16,18. Pada rasio pengelolaan belanja, kinerja pengelolaan keuangan Pemerintah Kota Manado sudah sangat baik dimana rata-rata rasio pengelolaan belanjanya adalah 104,55. Pada rasio pertumbuhan PAD dan pendapatan, kinerja pengelolaan keuangan Pemerintah Kota Manado sudah cukup baik.Saran penelitian ini bagi pemerintah daerah adalah harus mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat dan sebaiknya mulai mengurangi prioritas pengeluarannya untuk belanja operasi dan memfokuskan pengeluaran untuk belanja modal.Bedanya penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah rasio keuangan yang digunakan, teknik analisis, dan objek dan periode penelitian. Janur 2009 telah melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Pada Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah” periode 2003-2007. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kinerja keuangan pemerintahan daerah Kabupaten Bungo sesudah diberlakukannya kebijakan otonomi daerah masih menunjukkan rata-rata kinerja keuangan daerah yang masih belum stabil dimana rasio pertumbuhan dan debt service coverage ratio mengalami peningkatan sedangkan pada rasio kemandirian, rasio efektivitas dan efisiensi PAD, rasio aktivitas tidak mengalami peningkatan. Indikator pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini adalah rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas dan efisiensi PAD, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan dan debt service coverage ratio.Saran penelitian ini bagi pemerintah daerah adalah pemerintah daerah Kabupaten Bungo seharusnya mengurangi tingkat ketergantungan keuangan daerah, seharusnya lebih banyak Universitas Sumatera Utara 30 mengalokasikan dana untuk pembangunan, dan seharusnya melakukan internal audit secara lebih intensif untuk mengetahui penyebab adanya peningkatan pengeluaran. Bedanya penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah rasio keuangan yang digunakan, teknik analisis, dan objek dan periode penelitian. Pramono 2014 telah melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah DaerahStudi Kasus Pada Pemerintah Kota Surakarta” periode 2010-2011.Kesimpulan dari penelitian ini adalah kinerja keuangan Pemerintah Kota Surakarta untuk tahun 2010 dan 2011 yang masih kurang atau perlu menjadi perhatian adalah pada aspek kemandirian dan aspek keserasian. Kemandirian Pemerintah Kota Surakarta dalam memenuhi kebutuhan dana untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat masih sangat rendah. Pemkot Surakarta dalam menggunakan dananya masih belum berimbang, karena sebagian besar APBD masih digunakan untuk belanja operasional. Kinerja keuangan Pemerintah Kota Surakarta untuk tahun 2010 dan 2011 yang sudah baik adalah pada aspek efisiensi, efektivitas, pertumbuhan dan kemampuan membayar pinjaman dimana efektivitas Pemkot Surakarta dalam mengelola PAD nya mengalami peningkatan, jumlah pendapatan dan jumlah PAD mengalami pertumbuhan yang positif.Indikator pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini adalah rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas, rasio keserasian, rasio belanja rutin terhadap APBD, rasio belanja modal terhadap APBD, dan debt service coverage ratio.Saran penelitian ini bagi pemerintah daerah adalah Pemerintah Universitas Sumatera Utara 31 Kota Surakarta diharapkan berupaya untuk lebih meningkatkan PAD nya dan agar lebih proporsional di dalam mengalokasikan belanjanya.Bedanya penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah rasio keuangan yang digunakan, teknik analisis, dan objek dan periode penelitian. Tobing 2008 telah melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Kinerja Keuangan Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Utara” periode 1998-2000 sebelum otonomi daerah dan 2003-2004 setelah otonomi daerah.Kesimpulan dari penelitian ini adalah otonomi daerah tidak memperbaiki rata-rata kinerja keuangan dalam bentuk kemampuan pembiayaan daerah, mobilisasi daerah, tingkat ketergantungan, desentralisasi fiskal pada pemerintah kabupaten kota di Sumatera Utara dan rasio kinerja keuangan daerah semakin rendah. Saran penelitian ini bagi pemerintah kabupatenkota di Sumatera Utara adalah lebih meningkatkan pendapatan asli daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga diharapkan dapat mengelola dan memberdayakan sumber daya daerah seefektif mungkin.Sedangkan saran bagi peneliti selanjutya adalah sebaiknya dilakukan penelitian terhadap pemerintah kabupatenkota di seluruh propinsi Indonesia.Indikator pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini adalah rasio kemandirian keuangan daerah, rasio tingkat ketergantungan daerah, dan rasio desentralisasi fiskal.Bedanya penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah rasio keuangan yang digunakan, objek dan periode penelitian. Triyono 2013 telah melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Rasio Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Sukoharjo APBD 2009- Universitas Sumatera Utara 32 2011”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah rasio kemandirian rendah dengan tingkat ketergantungan dari pihak eksternal masih tinggi.Rasio efektivitas yang dicapai tingggi.Rasio aktivitas menunjukkan dalam memungut PAD sudah efisien.Rasio pertumbuhan menunjukkan hasil yang positif.Rasio derajat desentralisasi rendah.Saran penelitian ini bagi pemerintah Kabupaten Magetan adalah seharusnya mengurangi ketergantungan terhadap pihak eksternal, belanja modal seharusnya lebih ditingkatkan.Saran penelitian ini bagi peneliti selanjutnya adalah diharapkan menambah obyek penelitian, periode tahun dalam penelitiannya, dan menambah metode rasio.Bedanya penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah rasio keuangan yang digunakan, objek dan periode penelitian, dan teknik analisis. Berdasarkan uraian di atas, ringkasan tinjauan penelitian terdahulu, tercantum di Tabel 2.3. Tabel 2.3Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Peneliti Tahun Variabel Penelitian Indikator dan Teknik Analisis Hasil Penelitian 1. Adhiantoko 2013 Independen: Kinerja Keuangan Daerah Dependen: - Indikator: 1. Rasio derajat desentralisasi 2. Rasio kemandirian keuangan daerah 3.Rasio efektivitas PAD 4.Rasio efisiensi keuangan daaerah 5.Rasio keserasian Teknik Kinerja keuangan DPPKAD Kabupaten Blora masih tergolong sangat rendah, tidakefektif, dan tidak efisien. Universitas Sumatera Utara 33 Analisis: Analisis rasio keuangan 2. Agustina 2013 Independen: Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat Kemandirian Daerah Dependen: - Indikator: 1. Rasio kemandirian keuangan daerah 2. Rasio efektivitas 3. Rasio efisiensi 4. Rasio aktivitas 5.Rasio pertumbuhan Teknik Analisis: Analisis rasio keuangan Rata-rata kinerja pengelolaan keuangan dan tingkat kemandirian daerah kota Malang bersifat instruktif, rasio efektivitas menunjukkan hasil yang sangat efektif, rasio aktivitas menunjukkan Pemkot Malang masih memprioritaskan anggaran belanjanya untuk belanja rutin, rasio pertumbuhan menunjukkan Pemkot Malang mampu mempertahankan kinerjanya dalam mengelola keuangan. 3. Dwijayanti dan Rushelistyanti 2013 Independen: Kinerja Keuangan Dependen: - Indikator: 1. Rasio kemandirian 2. Rasio efektivitas PAD 3. Rasio efisiensi 4. Rasio aktivitas rasio keserasian 5. Rasio pertumbuhan Teknik Analisis: Analisis rasio keuangan dan analisis uji beda Pada rasio kemandirian, Propinsi Jawa Timur menduduki peringkat pertama dan Papua Barat menduduki peringkat terakhir. Pada rasio efektivitas, Propoinsi Papua Barat menduduki peringkat pertama dan Kalimantan Tengah menduduki peringkat terakhir. Pada rasio efisiensi, Propinsi Bali menduduki peringkat pertama dan D.I.Yogyakarta menduduki peringkat terakhir. Pada rasio aktivitas, daerah yang lebih mengutamakan belanja pembangunannya dibandingkan dengan belanja rutinnya adalah Propinsi Sulawesi Barat. Pada rasio pertumbuhan PAD, pada tahun 2009 secara merata propinsi se- Indonesia mengalami penurunan yang sangat jauh dari tahun sebelumnya, rasio pertumbuhan pendapatan, propinsi yang mengalami kenaikan adalah Propinsi D.I.Yogyakarta dan Gorontalo, rasio pertumbuhan belanja rutin, propinsi yang mengalami kenaikan dari tahun 2008-2010 adalah Propinsi Bengkulu dan DKI Jakarta, rasio pertumbuhan belanja pembangunan, propinsi yang mengalami peningkatan dari Lanjutan Tabel 2.3 Lanjutan Tabel 2.3 Universitas Sumatera Utara 34 tahun 2008-2010 adalah Propinsi Aceh, Jambi, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. Terdapat perbedaan tingkat kemandirian, tingkat efektivitas, tingkat aktivitas belanja rutin dan belanja pembangunan, tingkat pertumbuhan PAD yang siginifikan pada kinerja keuangan pemerintah propinsi se-Indonesia periode 2008- 2010. Tidak terdapat perbedaan tingkat efisiensi, tingkat pertumbuhan pendapatan, tingkat pertumbuhan belanja rutin, tingkat pertumbuhan belanja pembangunan yang signifikan pada kinerja keuangan pemerintah propinsi se-Indonesia periode 2008- 2010. 4. Fidelius 2013 Independen: Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Dependen: - Indikator: 1. Rasio kemandirian daerah 2. Rasio efektivitas PAD 3. Rasio aktivitas 4. Rasio pengelolaan belanja 5. Rasio pertumbuhan Teknik Analisis: Analisis rasio keuangan Pada rasio kemandirian, kinerja pengelolaan keuangan daerah Kota Manado masih sangat rendah. Pada rasio efektivitas PAD, kinerja pengelolaan keuangan Kota Manado sudah cukup efektif. Pada rasio aktivitas, Pemerintah Kota Manado lebih memprioritaskan belanja operasi daripada belanja modal. Pada rasio pengelolaan belanja, kinerja pengelolaan keuangan Pemerintah Kota Manado sudah sangat baik. Pada rasio pertumbuhan PAD dan pendapatan, kinerja pengelolaan keuangan Pemerintah Kota Manado sudah cukup baik. 5. Janur 2009 Independen : Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dependen : - Indikator: 1. Rasio kemandirian keuangan daerah 2. Rasio efektivitas PAD 3.Rasio efisiensi PAD 4. Rasio aktivitas Kinerja keuangan pemerintahan daerah Kabupaten Bungo sesudah diberlakukannya kebijakan otonomi daerah masih menunjukk-an rata-rata kinerja keuangan daerah yang masih belum stabil dimana pada rasio pertumbuh-an dan debt service coverage ratio mengalami peningkatan sedangkan pada rasio kemandirian, rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi Lanjutan Tabel 2.3 Universitas Sumatera Utara 35 5. Rasio pertumbuhan 6. Debt Service Coverage Ratio Teknik Analisis:Anali sis rasio keuangan PAD, dan rasio aktivitas tidak mengalami peningkatan. 6. Pramono 2015 Independen : Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dependen : - Indikator: 1. Rasio kemandirian keuangan daerah 2. Rasio efektivitas 3. Rasio keserasian 4. Rasio belanja rutin terhadap APBD 5. Rasio belanja modal terhadap APBD 6. Debt Service Coverage Ratio Teknik Analisis: Analisis rasio keuangan Kinerja keuangan Pemerintah Kota Surakarta masih kurang pada aspek kemandirian dan aspek keserasian. Kinerja keuangan Pemerintah Kota Surakarta sudah baik pada aspek efisiensi, efektivitas, pertumbuhan dan kemampuan membayar pinjaman. 7. Tobing 2008 Independen : Kinerja Keuangan Daerah Dependen : - Indikator: 1. Rasio kemandirian keuangan daerah 2. Rasio tingkat ketergantunga n daerah 3. Rasio desentralisasi fiskal Teknik Analisis: Analisis rasio keuangan dan analisis uji beda Otonomi daerah tidak memperbaiki rata-rata kinerja keuangan pada pemerintah kabupaten kota di Sumatera Utara dan rasio kinerja keuangan daerah semakin rendah. Universitas Sumatera Utara 36

2.3 Kerangka Konseptual