81 Tabel 4.19
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
T Df
Sig. 2-
taile d
Mean Differen
ce Std.
Error Differen
ce 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Nilai Equa l
varia nces
assu med
1,731 ,192 ,791 80 ,431 6,91356 8,74146 -10,48250
24,30692
Equa l
varia nces
not assu
med ,787 76,140 ,433 6,91356 8,77966 -10,57213
24,39925
Tabel 4.19menyajikan F hitung levene test sebesar 1,731 dengan probabilitas 0,192, karena probabilitas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
variance sama. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variances assumed. Dari output SPSS terlihat bahwa nilai t pada
equal variances assumed adalah 0,791 dengan probabilitas signifikansi 2-tailed 0,431 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan daerah setelah
otonomi daerah tidak berbeda antara Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
Universitas Sumatera Utara
82 daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan diterapkannya otonomi daerah, pemerintah daerah diharapkan mampu
meningkatkan kemandirian masing-masing daerah, mengelola sumber-sumber pendapatan daerah yang dapat meningkatkan jumlah Pendapatan Asli Daerah, dan
mengurangi tingkat ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat.Diharapkan pemerintah daerah mampu menggali dan mengelola sumber-sumber daya yang
dapat menjadi pendapatan asli daerah. Dengan kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola dengan baik sumber-sumber pendapatan asli daerah, maka
diharapkan jumlah Pendapatan Asli Daerah dapat meningkat.Dengan meningkatnya jumlah PAD, diharapkan dapat mengurangi tingkat ketergantungan
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dan meningkatkan kemandirian pemerintah daerah.
Akan tetapi, pada kenyataannya diterapkannya otonomi daerah belum mampu memperbaiki kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai dan pemerintah
Kota Pematangsiantar. Seperti dalam hal pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, pemerintah Kota Binjai dan pemerintah Kota Pematangsiantar masih tergolong
rendah dimana pertumbuhan PAD Kota Binjai adalah 34,20 sedangkan pertumbuhan PAD Kota Pematangsiantar adalah 30,94.Hal ini menunjukkan
Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar belum mampu memaksimalkan sumber-sumber pendapatan yang dapat meningkatkan jumlah
Pendapatan Asli Daerah.Belum maksimalnya peningkatan jumlah PAD Kota Binjai dan Kota Pematangsiantar mengakibatkan rendahnya kemandirian
Universitas Sumatera Utara
83 Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar dan tingginya
tingkat ketergantungan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar terhadap pemerintah pusat. Dalam hal kemandirian, Pemerintah
Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar tergolong rendah sekali, karena tingkat kemandirian pemerintah Kota Binjai hanya 7,41 dan Kota
Pematangsiantar adalah 9,14. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar belum mampu membiayai sendiri
kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat.Dalam hal tingkat ketergantungan, Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota
Pematangsiantar masih tergolong tinggi,karena tingkat ketergantungan pemerintah Kota Binjai adalah 85,51 dan Kota Pematangsiantar adalah 87,54. Hal ini
menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar masih sangat bergantung kepada pemerintah pusat. Dalam hal
kemampuan mengembalikan pinjaman, Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar tergolong baik, karena tingkat kemampuan mengembalikan
pinjaman sebesar 57,51 dan 49,99. Berdasarkan analisis uji beda t-test, diperoleh hasil penelitian bahwa rata-
rata kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai tahun 2010-2014 adalah 47,1731 sedangkan rata-rata kinerja keuangan Pemerintah Kota Pematangsiantar 2010-
2014 adalah 43,0791. Dengan demikian, kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota Pematangsiantar masih tergolong rendah.Hal ini
menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya otonomi daerah tidak memperbaiki rata-rata kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai dan Pemerintah Kota
Universitas Sumatera Utara
84 Pematangsiantar. Hal ini berbanding lurus dengan hasil penelitian Tobing 2008
yang menyatakan bahwa dengan diberlakukannya otonomi daerah tidak memperbaiki rata-rata kinerja keuangan pada pemerintah kabupatenkota di
Sumatera Utara dan rasio kinerja keuangan semakin rendah dan Janur 2009 yang menyatakan bahwa dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah masih
menunjukkan rata-rata kinerja keuangan daerah yang masih belum stabil. Akan tetapi, hal tersebut berbanding terbalik dengan hasil penelitian Agustina 2008
yang menyatakan bahwa Pemerintah Kota Malang mampu mempertahankan kinerjanya dalam mengelola keuangan di era otonomi daerah yang terlihat dari
rasio pertumbuhan yang mengalami trend positif.
Universitas Sumatera Utara
85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan telah diuraikan sebelumnya, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan antara kinerja keuangan Pemerintah Kota Binjai dan
Pemerintah Kota Pematangsiantar dan terbukti setelah otonomi daerah tidak memperbaiki kinerja keuangan daerah. Hal ini berdasarkanhasil
analisis rasio keuangan kedua daerah membuktikanrata-rata rasio kemandirian keuangan kedua daerah rendah sekali yaitu 7,41 dan 9,14,
rata-rata rasio ketergantungan keuangan kedua daerah sangat tinggi yaitu 85,51 dan 87,54, rata-rata rasio efektivitas PAD kedua daerah efektif
yaitu 93,25 dan 89,40, rata-rata rasio belanja operasi terhadap total belanja kedua daerah tinggi yaitu 80,76 dan 84,60, rata-rata rasio
belanja modal terhadap total belanja kedua daerah sangat rendah yaitu 19,84 dan 14,73, rata-rata rasio pertumbuhan PAD kedua daerah
rendah yaitu 46,36 dan 47,46, rata-rata rasio pertumbuhan belanja operasi kedua daerah sangat rendah yaitu 12,45 dan 9,05, rata-rata
rasio pertumbuhan belanja modal kedua daerah rendah yaitu 33,56 dan 12,17, dan rata-rata Debt Service Coverage Ratio kedua daerah baik
yaitu 57,51 dan 49,99.
Universitas Sumatera Utara