Sistem Kekerabatan di Kota Binjai

101 Etnis terbesar di Kota Binjai adalah Etnis Jawa yakni 92,545 yang kemudian ikuti secara berurut adalah Melayu, Mandailing, Karo, Tionghoa, Batak Toba, Minang, Batak Simalungun, Banten dan Aceh. Banyaknya etnis Jawa di Binjai tidak terlepas dari sejarah kuli kontak yang diterapkan semasa penjajahan Belanda di Sumatera Utara untuk membuka dan membangun wilayah perkebunan.

7.2 Sistem Kekerabatan di Kota Binjai

Hubungan interaksi antar warga masyarakat Kota Binjai dibilang sangat baik dan dekat. Terutama di daerah kelurahan. System gotong royong masayarakat sangatlah kuat. Dapat dilihat ketiga adanya kemalangan seperti sakit dan meninggal. Hal lainnya yang bisa dilihat yaitu dari adanya kebiasaan atau budaya “LaganRewang” ketika ada tetangga yang pesta maka tetangga yang lain akan datang ketempat hajatan lalu membantu memasak masakan yang harus dimasak yang akan di sajikan ketika ada pesta. Biasanya tiga hari sebelum hari acara para tetangga sudah datang membantu. Lalu adanya budaya memunjung juga menjadi sarana komunikasi atau mengundang tetangga untuk datang sekaligus silahturami. Terkait hubungan antar sesama, sebenarnya adalah masalah hati dan kenyamana kita dalam bergaul. Biasanya apabila cocok secara pemikiran maka masyarakat tersebut akan saling tolog menolong dan menghormati. Andaipun tidak saling suka maka setidaknya akan tetap menjaga kedamain dan ketentraman hidup. Namun ada sebuah kasus yaitu pelaranagan sebuah Universitas Sumatera Utara 102 Jamaah Gereja yang dilarang beribadah karena dianggap adanya kesalahan dalam pembangunan Gereja yang tidak sesuai izin dan masalah lainnya. Di setiap wilayah Indonesia pasti ada organisasi masyarakat yang mewakili daerah masing-masing. Sama seperti di Kota Binjai juga ada Organisasi Masyarakat yang mewakili kelompok aspirasi tertentu seperti Pemuda Pancasila PP, Ikatan Pemuda Karya IPK. Ada juga Genk motor yang sering nongkrong di Tanah Lapang Merdeka Binjai di malam-malam tertentu seperti malam minggu. Tidak semua dari mereka berkelakuan baik. Terbukti ketika adanya perebutan lahanlapak jualan pada April 2014 di Pasar Tradisional Tavip yang memakan korban jiwa dan luka-luka. Perembutan ini menimbulkan para pedagang berdemo di gedung DPR dan kantor Walikota Binjai. Permasalahannya yaitu pedagang lama diusir dari lokasi karena dianggap mengganggu ketertiban pasar. Para pedagang yang berjualan dipinggir jalan raya diusir paksa oleh Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP. Para pedagang pun mengalah demi keselamatan dan keamanan mereka. Namun beberapa hari pedagang tersebut tidak berjualan, ternyata dilapak tempat mereka berjualan sudah ada pedagang baru yang menggantikan mereka. Tentu saja ini memicu kemarahan dan konflik diantara para pedagang. Para pedagang yang baru ini mengatakan mereka sudah bayar uang keamanan pada pemerintah. Universitas Sumatera Utara 103

7.3 Keragaman Pengguna Ruang Terbuka Hijau di Kota