Penggunaan Ruang Terbuka Hijau (Studi Etnografi Tentang Urbanisme Kota Satelit di Kota Binjai)

(1)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Meiria Joliana, M.Si Umur : 33 Tahun

Pekerjaan : Dosen di STIMK. Methodish Binjai 2. Nama : Leonardo, ST

Umur : 42 Tahun

Pekerjaan : PNS di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Binjai

3. Nama : Thomas Pinem Umur : 52 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta

4. Nama : Metar (Orangtua Nadine Iglesia)

Umur : 37 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta

5. Nama : Ratih (Orangtua Triani Ningsih)

Umur : 48 Tahun Pekerjaan : Pedagang 6. Nama : Iman

Umur : 23 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa 7. Nama : Tono

Umur : 56 Tahun Pekerjaan : Pedagang

8. Nama : H. Said

Umur : 67 Tahun Pekerjaan : Pensiunan

9. Nama : Sunarti

Umur : 49 Tahun


(2)

10. Nama : Ary Pelawi

Umur : 27 Tahun Pekerjaan : Waria 11.Nama : Iwan

Umur : - Tahun Pekerjaan : Gelandangan


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Menno, S dan Mustamin Alwi

1994 Antropologi Perkotaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wirth, Louis

1938 Urbanism as a way of life. New York: American Journal of Sociology.

Suparlan, Parsudi

2004 Masyarakat dan Kebudayaan Perkotaan. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian.

Eko Budihardjo dan Djoko Sujarto

1999 Kota Berkelanjutan, Cetakan ke – I. Bandung: Penerbit Alumni.

Branch, Malville C

1995 Perencanaan Kota Komprehensif (Pengantar dan Penjelasan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Budiharjo, Eko

1998 Tata Ruang Perkotaan. Bandung: Penerbit Alumni.

Carr, Stephen

1993 Public Space. California: Cambridge University Press.

Bungin, Burhan.

2007 Penelitian Kualitataif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Koentjaraningrat

1980 Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Koentjaraningrat


(4)

2003 Merevitalisasi Tradisi: Mengadopsi Desa Adat di Bali sebagai Unit Perancangan Kota. Malang: Institut Teknologi Nasional Malang.

Geertz, Clifford

1986 Mojokuto: Dinamika Sosial Sebuah Kota di Jawa. Jakarta: PT Pustaka Grafitipers


(5)

SUMBER INTERNET :

http://www.kompasiana.com/melysantoso_psikologi/penjelasan-tentang-urbanisme_54f931e0a33311e9018b47c2, (diakses pada tanggal 10 Maret 2016, pukul 20:02 wib)

https://ghifariardiansyah.wordpress.com/2014/11/06/pengertian-urbanisasi-dan-urbanisme, (diakses pada tanggal 10 Maret 2016, pukul 21:05 wib)

https://id.wikipedia.org/wiki/Kawasan_perkotaan, (diakses pada tanggal 10 Maret 2016, pukul 21:05 wib)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/58278/2/Reference.pdf, (diakses pada tanggal 02 April 2016, pukul 20.30 wib)

https://id.wikipedia.org/wiki/Wawancara, (diakses pada 06 april 2016, pukul 23.00 wib)

https://nagabiru86.wordpress.com/2009/06/12/data-sekunder-dan-data-primer/, (diakses pada tanggal 08 april 2016, pukul 22.20 wib)

https://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/sosiologi-komunikasi-proses-sosial-dan-interaksi-sosial/ (diakses pada tanggal 22 Juli 2016, pukul 21.05 wib)

https://sitianisah31.wordpress.com/2014/09/13/sifat-dan-perilaku-orang-kota/ (diakses pada tanggal 22 Juli 2016, pukul 11.05 wib)

http://www.kaskus.co.id/thread/50964c4c1a7608e06a00004d/tiga-belas-alasan-mengapa-orang-melanggar-hukum (diakses pada tanggal 22 Juli 2016, pukul 20.05 wib)


(6)

BAB III

RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI

SARANA OLAHRAGA DAN PAMERAN SENI

3.1

Kebutuhan Terhadap Sarana Olahraga

Kemajuan ilmu dan teknologi telah memberikan berbagai perubahan perilaku dan pola hidup. Salah satu contoh praktis, adanya kemajuan dalam dunia transportasi; semula orang naik angkutan kereta kuda meningkat ke mobil, dari pesawat terbang meningkat ke pesawat jet yang mampu menjelajahi ruang angkasa. Secara umum hasil kemajuan ilmu dan teknologi telah banyak membuat hidup manusia lebih mudah dan ringan. Demikian juga dalam aktivitas kehidupan sehari hari sering dijumpai kebanyakan orang yang melakukan aktivitasnya serba mudah dan ringan, misalnya ke supermarket memilih naik mobil daripada berjalan kaki atau naik sepeda. Di supermarket pun ke sana ke mari melalui elevator (tangga berjalan), pergi ke kantor naik mobil bahkan parkirnya sangat dekat dengan pintu kantornya dan sebagainya.8

Dari gambaran singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur aktivitas fisik tidak dominan sehingga telah membuat manusia lebih sedikit mempergunakan unsur fisiknya daripada unsur yang lain.


(7)

Perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi moderen secara tidak disadari menumbuhkan pola hidup inaktif (inactive life) atau sedentari (sedentary life), yakni kegiatan orang sehari-harinya tidak banyak memerlukan aktivitas fisik. Secara umum dapat dikatakan bahwa keadaan fisik menjadi pasif dan statis, artinya tidak segar baik jasmaniah maupun rohaniah. Kondisi ini antara lain sebagai akibat dari terus menerus menghadapi persoalan dan pekerjaan yang sama dan membosankan, lagi pula tugas pekerjaannya terlalu banyak membuat orang duduk atau diam, bahkan karena kesibukannya sering kali tidak mempunyai waktu atau kesempatan untuk melakukan aktivitas jasmani secara teratur.

Uraian tersebut menggambarkan bahwa hampir semua aktivitas manusia dapat digantikan dengan peralatan modern yang dapat mempermudah seseorang untuk melakukannya dengan efektif dan efisien. Namun, secara tidak disadari ada salah satu aktivitas jika diganti dengan peralatan atau sarana modern malah berdampak negatif, yaitu jika seseorang tidak berolahraga. Artinya aktivitas gerak digantikan atau dilakukan oleh peralatan atau sarana lain. Oleh karena itu, khusus untuk aktivitas jasmani atau olahraga harus dilakukan oleh setiap orang (dilakukan sendiri) dan tidak dapat digantikan dengan aktivitas apapun dan oleh siapapun.

Namun pada kenyataanya masih banyak warga kota yang tetap menggunakan fasilitas – fasilitas kota seperti ruang terbuka hijau sebagai sarana untuk belorahraga. Olahraga yang dilakukan didaerah terbuka


(8)

dapat membuat masyarakat yang berolahraga merasakan hasil olahraga yang lebih baik jika dibandingkan dengan melakukan olahraga di ruang tertutup. Ini dikarenakan pada saat orang beraktifitas di dalam ruang terbuka maka udara yang di hirup berasal dari udara bebas, dan di ruang terbuka sirkulasi udara jauh lebih baik jika di bandingkan dengan ruang tertutup. Olahraga yang dilakukan di ruang terbuka hijau di sekitar daerah tempat tinggal secara ekonomi lebih hemat dan lebih terjangkau oleh masyarakat. Dengan memaksimalkan potensi dari ruang terbuka hijau maka fungsi ruang terbuka hijau dapat menjadi sarana masyarakat untuk berolahraga.

“Kami hampir setiap sore main basket di sini di Lapangan merdeka ini. Kalau orang disini kami ini kawan – kawan SMA. Tapi sebagian juga tidak satu sekolah, ngumpul aja disini. Terkadang juga kami buat pertandingan”

(Iman, 23 Tahun)

Foto 1: (Olahraga yang dilakukan pada sore hari di Lapangan Merdeka Binjai)


(9)

Banyak macam olahraga yang dilakakun lapangan merdeka Binjai, seperti lari pagi, basket, volley, dan sebagainya. Kegiatan olahraga ini dilakukan oleh warga kota Binjai untuk memenuhi kebutuhan standart hidup di perkotaan. Ruang terbuka hijau di Kota Binjai sebagai sarana untuk olahraga dipandang dengan perspektif yang berbeda – beda oleh setiap warga kota. Penggunaan ruang terbuka hijau di Kota Binjai dilakukan oleh banyak warga kota Binjai sesuai dengan kepentingan, kebutuhan dan fungsi masing – masing.

“Lapangan merdeka ini dibuat dengan harapan bisa memenuhi kebutuhan warga kota. Kalau pertanyaan tentang apakah sudah terpenuhi, saya rasa harus dikembalikan ke warga sendiri. Saya rasa ada yang merasa terpenuhi dan sebagian lagi merasa tidak. (Leonardo,ST, 42 Tahun)

3.2

Membentuk Komunitas

Masyarakat/warga kota adalah orang yang hidup bersama disuatu wilayah tertentu di perkotaan dalam waktu yang cukup lama yang saling berhubungan dan berinteraksi dan mempunyai kebiasaan, tradisi,sikap,dan perasaan persatuan yang sama. Sedangkan interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok, maupun antar individu dan kelompok dan perubahan sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yanga saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu antar kelompok maupun antar individu dan


(10)

kelompok. Jadi,didalam hubungan masyarakat terhadap interaksi sosial yang membuat mereka terhubung antar satu dengan yang lainnya.dan masyarakat dapat berubah sesuai dengan faktor-faktor lingkungannya.

Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hokum dan seterusnya.

“Lapangan ini jadi tempat interaksi warga Binjai. Warga dari Binjai utara, timur, barat kumpul disini dengan kepentingan masing – masing. Mereka disatukan dalam satu hobby yang sama. Komunitas – kominatus pemuda binjai selalu buat pertemuan disini. (Leonardo,ST, 42 Tahun)

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua Syarat terjadinya interaksi sosial adalah :

1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaituantarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.


(11)

2. Adanya komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Foto 2: (Senam pagi yang dilakukan warga Kota Binjai pada hari Sabtu dan Minggu)

Ruang Terbuka Hijau di perkotaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi kenyamanan warga kota. Ruang terbuka hijau merupakan suatu ruang yang diciptakan sebagai ruang sosialisasi bagi warga kota. Hal ini menjadi satu masalah di lingkungan perkotaan karena keterbatasan ruang terbuka di perumahan dan permukiman warga kota. Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia


(12)

dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya dalam bentuk tindakan.

Tindakan – tindakan yang dilakukan oleh manusia disebut sebagai kebudayaan. Dimana kebudayaan tersebut dapat dilihat dalam bentuk dimensi wujud. Menurut Kroeber dan Kluckohn (2000) ada tiga wujud kebudayaan, yaitu:

1. Wujud sebagai kompleks gagasan – gagasan, konsep – konsep dan pikiran manusia.

2. Wujud sebagai suatu kompleks aktivitas. 3. Wujud sebagai benda.

Kebutuhan memiliki arti luas dengan macam-macam kebutuhan serta contoh masing-masing. Manusia berjuang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya, kebutuhan dapat berupa makanan seperti beras, dan lauk pauk, dapat pula berupa pakaian seperti baju, celana dan kaos kaki, dan juga berupa jasa seperti nonton ke bioskop, naik bus dan bantuan dokter serta bantuan hukum seperti pengacara. Beberapa ahli mengatakan bahwa kebutuhan adalah segala sesuatu yang muncul secara naluriah dan sangat diperlukan oleh manusia untuk mempertahankan hidupnya.

Beragamnya barang dan jasa yang dibutuhkan manusia membuktikan bahwa kebutuhan manusia beragam juga. Dengan kemampuan manusia


(13)

dalam memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup manusia terus berlanjut. Terpenuhinya semua kebutuhan manusia akan menjadikan kelangsungan hidup manusia yang sejahtera. Kebutuhan mencerminkan adanya perasaan kekurangan yang ingin dipenuhi dalam diri manusia. Beragamnya kebutuhan manusia dapat di klasifikasikan menurut tolak ukur tertentu

3.3

Ruang Pertemuan

Ruang Terbuka Hijau di perkotaan berperan sebagai wadah interaksi sosial bagi masyarakat, dan melalui beragam interaksi yang terjadi mampu merangsang terjadinya proses kreatif,tidak terhenti pada proses kreatif semata, ruang terbuka hijau sebagai ruang publik pun mendorong peningkatan ekonomi lokal, karena mampu menarik berkumpulnya masyarakat untuk rekreasi, bermain, maupun bekerja telah membuka peluang berkembangnya pasar bagi ekonomi kreatif.

“Kegiatan di lapangan ini membuat orang – orang jadi kaya kreativitas. Ketemu orang – orang dengan hobby yang sama, berinteraksi satu sama lain. Ya, baguslah keberadaan ruang terbuka hijau ini memang sangat penting di perkotaan.”

(Meiria, M.Si, 33 Tahun)

Banyak sekali potensi ruang terbuka publik selain ruang terbuka hijau di perkotaan yang berpotensi dan dapat dieksplor lebih lanjut menjadi ruang publik kreatif. Untuk itu, diperlukan berbagai inisiatif yang datang dari berbagai pihak serta masyarakat secara inklusif yang berperan dalam


(14)

pengembangan ruang kreatif, sekaligus sebagai laboratorium sosial bagi para perencana dan perancang kota serta masukan bagi pengambil kebijakan. Hal ini merupakan salah satu upaya dalam membangun partisipasi publik dalam penataan ruang sehingga keterlibatan aktif semua komponen dapat diwadahi secara optimal sekaligus merupakan upaya menuju pembangunan perkotaan berkelanjutan.

3.4

Menggunakan Alat-Alat Olahraga

Olahraga merupakan suatu kegiatan fisik yang dilakukan oleh manusia dalam upaya agar tubuh dan pikiran dapat menjadi lebih segar dan sehat. Olahraga juga dapat dikatakan sebagai cara hidup, karena merupakan sebuah pilihan bagi setiap orang. Sebagain orang melakukan olahraga guna mencapai cara hidup sehat dan sebagian orang guna mencapai keuntungan dari modernisasi industri.

Olahraga yang dilakukan di daerah terbuka dapat membuat masyarakat yang berolahraga merasakan hasil olahraga yang lebih baik jika dibandingkan dengan melakukan olahraga di ruang tertutup. Ini dikarenakan pada saat orang beraktifitas di dalam ruang terbuka maka udara yang di hirup berasal dari udara bebas, dan di ruang terbuka sirkulasi udara jauh lebih baik jika di bandingkan dengan ruang tertutup. Olahraga yang dilakukan di ruang terbuka hijau di sekitar daerah tempat tinggal secara ekonomi lebih hemat dan lebih terjangkau oleh masyarakat.


(15)

Dengan memaksimalkan potensi dari ruang terbuka hijau maka fungsi ruang terbuka hijau dapat menjadi sarana masyarakat untuk berolahraga.

“Tiap pagi saya disini olahraga disini. Tiga tahun sejak saya pensiun. Kalau dulu cumin sabtu dan minggu saja. Lari pagi itu kesukaan saya.ditambah dengan lari di lapangan seperti ini. Udara bagus, nyaman, gratis dan ada disedikan juga alat – alat olahraga. Ini kan modernisasi di kota, gaya orang kota untuk tetap hidup sehat.” (H. Said, 67 tahun )

Ruang terbuka hijau memiliki banyak fungsi, selain menjadi paru-paru, daerah serapan dan menambah keindahan kota, lahan terbuka hijau juga memiliki fungsi sebagai ruang sarana olahraga. Namun keinginan masyarakat ini sering kali menemukan kendala karena terbatasnya lahan terbuka di daerah perkotaan.

“Lapangan merdeka ini khusus dibuat untuk menampung aktivitas masyarakat kota binjai, khususnya kegiatan olahraga. Walaupun belum memunuhi standart keadaan lapangan olahraga di perkotaan yang semestinya, saya rasa sudah cukup layak untuk kota kecil seperti Binjai ini. Bisa dilihat aktivitas olahraga pagi dan sore hari di sini.”


(16)

Foto 3: (Olahraga dengan menggunakan fasilitas olahraga yang ada di Lapangan Merdeka Binjai)

3.5

Ruang Terbuka Hijau Sebagai Tempat Pameran

Kesenian

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Kesenian mempunyai fungsi mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Kesenian juga berfungsi menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. Secara umum, kesenian dapat meningkatkan ikatan solidaritas suatu masyarakat. Kegemeran dan kebutuhan masyarakat akan kesenian sudah ada sejak dahulu namun seiring perkembangan zaman kebutuhan tersebut semakin kompleks. Kesinian dalam bentuk pameran atau konser musik kini menjadi kebutuhan warga kota. Dikota – kota besar seperti Medan misalnya kegiatan pameran lukisan dan konser rutin dilakukan. Hal tersebut juga dilakukan


(17)

warga Kota Binjai. Kebutuhan warga kota yang semakin heterogen mengakibat muncul beragam kegiatan guna memenuhi kebutuhan warga kota tersebut. Di Kota Binjai kedatangan artis – artis ibu kota sebagai cermin kekotaan dari kota – kota besar. Warga Kota Binjai meniru cara hidup modern yang sering dilakukan oleh warga kota yang tinggal di Kota Metropolitan. Hal ini juga berkaitan erat dengan letak geografis Kota Binjai yang dekat dengan kota Medan.

“ saya rasa memang ini pengaruh teknologi dan kominikasi yang berkembang begitu cepat. Saya ingat saat masih kuliah di UMA, Saat itu Binjai ini masih kabupaten langkat, akses kendaraan juga belum sebanyak sekarang. Belum ada artis – artis ibukota yang datang – datang seperti sekarang. Tapi saya perhatikan sekarang di lapangan Merdeka dalam satu bulan ini sudah dua kali ada artis datang untuk konser Musik.”

(Thomas, 55 tahun)

.

Foto 4: (Konser Band Jamrud pada tanggal 05 Mei 2016 di Lapangan Merdeka Binjai)


(18)

Dalam perkembangannya kota terus berkembang dalam bentuk fisik seiring berkembangnya pengetahuan akan arsitektur bangunan. Pada kenyataannya bukan saja bentuk fisik kota yang terus berubah tetapi juga pengetuhuan warga kota yang berkembang lebih cepat. Perkembangan cara hidup warga kota menimbulkan kebiasaan warga kota yang semakin beragam, termasuk akan menikmati kesenian. Menikmati kesenian seperti konser musik sebenarnya salah satu contoh urbanisme yang terjadi di kota Binjai. Konser musik yang kini menjadi kebutuhan warga kota menunjukan cara hidup di perkotaan yang berubah seiring dengan kebutuhan yang semakin heterogen.

“saya selalu nonton kalau disini ada konser. Apalagi kalau yang datang artis atau band terkenal. Wajib nontonlah. Saya rasa semua anak muda di binjai juga nonton biar keren. Saya ingat kali itu kalo dulu jaman kakak saya nonton konser sampai ke medan sana. Sekarang tahu sendirikan sering band – band itu datang ke binjai. Karena mungkin udah modern Binjai ini.”


(19)

BAB IV

RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI

RUANG BAGI ANAK

4.1

Kebutuhan Anak Terhadap Ruang Terbuka Hijau

Keberadaan ruang terbuka hijau dalam suatu kota merupakan salah satu indikator kualitas hidup warganya. Ruang terbuka hijau pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakatnya, baik secara individu maupun secara kelompok dan dari berbagai golangan usia warga kota. Ruang terbuka digunakan oleh warga kota sesuai dengan kebutuhan masing – masing. Salah satu fungsi ruang terbuka hijau adalah sebagai area kratifitas bagi anak – anak. Di daerah perkotaan, kebutuhan ruang terbuka untuk sosialisasi anak menjadi sangat penting. Adanya anggapan bahwa ruang terbuka dapat meningkatkan kreativitas seoarang anak menjadi faktor penting adanya ruang terbuka hijau di suatu kota. Bermain merupakan sarana anak-anak untuk mengembangkan diri secara optimal, baik dalam aspek motorik, sosial-emosional, kognitif, dan bahasa.

“Anak saya dari pagi sampai siang sekolah, habis itu lanjut less bahasa inggris, dua kali dalam seminggu harus latihan berenang. Saya pikir mereka bisa bermain sambil belajar, tapi tetap harus butuh waktu khusus untuk bermain saja.”


(20)

4.2

Ruang Bermain Bagi Anak

Pada usia anak-anak kebutuhan bermain di ruang terbuka memiliki peran yang penting. Selain prestasi akademik, indikator perkembangan anak juga dilihat dari waktu yang digunakan bersama keluarga, berinteraksi dengan teman, dan bagaimana anak menikmati waktu luang untuk mengembangkan fungsi eksekutif dan keterampilannya.

Foto 5: (Anak – anak yang bermain di Taman Balita Binjai)

Bermain adalah bagian penting dari perkembangan anak, yang nantinya akan mendukung pembentukan keterampilan hidup anak di masa dewasa, yaitu saat mereka dalam bersosial dengan masyarakat, bekerja, berorganisasi dan berkeluarga. Dalam hal ini, peran orangtua sangat menentukan untuk membuat keputusan terhadap anak – anak. Seperti yang dikatakan oleh seorang ibu yang setiap akhir pekan mengantar anak – anaknya.


(21)

“Saya tiap weekend ajak anak – anak jalan. Kadang – kadang bawa ke mall. Tapi lebih sering di bawa ke tanah lapang merdeka ini. Ada taman dan arena bermain juga. Bagus buat perkembangannya”

(Meiria, M.Si, 33 Tahun)

Kebutuhan ruang terbuka sebagai ruang sosialisasi anak menjadi satu masalah di lingkungan perumahan dan permukiman perkotaan. Keberadaan ruang terbuka di lingkungan perumahan dan pemukiman perkotaan banyak dimanfaatkan untuk bangunan usaha, bangunan pendidikan atau fasilitas lain sehingga ruang terbuka sudah sulit dijumpai. Kepadatan penduduk dan keterbatasan lahan di kota membuat rumah – rumah sulit menyediakan ruang terbuka di setiap rumah. Sementara itu, kebutuhan anak-anak untuk memanfaatkan ruang terbuka menjadi terganggu. Hal tersebut mempengaruhi anak dalam membentuk karakter dalam lingkungan bermasyarakat.9

“Disini mereka bisa puas main. Bawa sepeda main disini. Rumah kami dipinggir jalan, gak punya halaman jadi anak – anak mau main sepeda kami bawa kesini. Di daerah dekat rumah kami, anak – anak gadak main – main kayak saya kecil dulu. Mungkin karena posisi rumah juga”

(Meiria, M.Si, 33 Tahun)

Keberadaan ruang terbuka yang bermanfaat bagi perkembangan anak yang dapat membentuk karakter bangsa yang lebih baik sehingga diperlukan sebuah ruang yang menarik dan aman bagi kegiatan sosialisasi anak. Pada


(22)

http://www.membumikanpendidikan.com/2015/03/kebutuhan-bermain-pada-usia kanak-kanak kehidupan bersosialisasi dapat mendukung proses tumbuh kembang anak. Fenomena saat ini khususnya di lingkungan permukiman dan perumahan perkotaan. Karena itu, kota menyiapkan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan warga kota.

Jean Piaget dalam Snyder (1989) menyatakan perkembangan anak merupakan perpaduan dari dalam dirinya dan dari kondisi lingkungan luar. Lingkungan luar terdiri dari lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Pada masa kanak-kanak khususnya sekitar usia 5 sampai 9 tahun sudah ada keinginan yang kuat untuk bergaul dengan orang lain dan ingin diterima oleh orang lain. Jika kebutuhan sosial ini tidak terpenuhi, anak-anak kurang merasa bahagia dan apabila kebutuhan tersebut dapat dipenuhi, anak-anak akan merasa puas dan bahagia.10

4.3

Ruang Kreativitas Bagi Anak

Nadine Iglesia, berumur 5 tahun. Nadine bersekolah di TK Pembina Binjai. Nadine ini adalah satu anak yang sering dibawa oleh orangtuanya untuk bermain di taman dan lapangan merdeka Binjai. Nadine sering dibawa kesini karena orangtuanya ingin memiliki kualitas bermain untuk anaknya. Karena dunia anak adalah dunia bermain, itulah sebabnya tak ada yang lebih penting dilakukan anak - anak selain bermain.

Https://Www.Researchgate.Net/Publication/265571592_PERAN_RUANG_TERBUKA_SE BAGAI_RUANG_SOSIALISASI_ANAK_DALAM_MEMBENTUK_KARAKTER_BAN


(23)

Foto 6: (Nadine yang sedang bermain dan Menggunakan fasilitas permainan di Lapangan Merdeka Binjai)

Menurut Papalia (1995), seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human Development, mengatakan bahwa dunia anak anak adalah dunia bermain. Dengan bermain menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia di sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri.

“Setiap ada waktu kosong saya bawa Nadine kesini. Karena dia suka main disini. Ya, kebutuhan anak – anak pada umumnya bermain. Kalo dia buat satu prestasi harus diiming – imingi sesuatu. Salah satunya main – main kesini. Saya pikir main di ruang terbuka gini juga lebih bagus buat anak – anak. Anak – anak jadi bisa belajar dari lingkungan.”


(24)

Foto 7: (Nadine yang bermain bersama ayah dan Sepupunya di Lapangan Merdeka Binjai)

Bermain berarti mengembangkan kemampuan anak, oleh karena itu bermain adalah cara terbaik untuk melatih keterampilan motorik kasarnya yang juga menpengaruhi otaknya. Dengan bergerak maka komunikasi antar saraf akan menjadi lebih lancar sehinga dapat membantu anak agar siap berpartisipasi dan memiliki performa lebih baik.

“Saya termasuk sensitive terhadap perkembangan anak saya. Karena ini anak tunggal saya. Tapi saya rasa semua orangtua yang mengerti pasti sensitive juga. Perkembangan zaman begitu cepat lajunya, jadi pengawasan terhadap perkembangan anak harus baik. Kalo lepas dari pengawasan bisa gagal sebagai orangtua, tentu hal kek gini tidak diinginkan orangtua manapun. Jadi, keberadaan ruang terbuka seperti ini harus dimanfaatkan sebagai fasilitas perkembangan anak.”


(25)

Orang tua harus menyadari betapa pentingnya bermain dengan anak karena bukan saja mengembangkan kemampuan motorik dan kognitif saja, tetapi dengan bermainberarti menjalin tali kasih orang tua dan anak. Kedekatan anak dan orang tua akan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang memiliki empati yang tinggi. Dan yang tak kalah pentingnya adalah sebaiknya orang tua tidak mengandalkan pembantu atau baby sitternya saja dalam hal membantu anak bermain. Pada prinsipnya bermain haruslah menyenangkan bagi si anak. Banyak aktifitas rutin yang bisa dilakukan sambil bermain.

Saat mandi misalnya, manfaatnya selain memberikan pengalaman belajar juga sambil memperkenalkan peralatan mandi, melatih anak untuk disiplin dalam menjalankan rutinitas yang harus dilakukannya setiap ahri. Selain itu juga mampu meningkatkan kemampuan bahasa atau kosa kata bagi anak anak itu sendiri. Dengan bermain bermain, anak anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain , fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang. Bermain juga sama pentingnya dengan menstimulasi perkembangan motorik dan otaknya.


(26)

4.4

Ruang Menghabiskan Waktu

Triani Ningsi, berumur 5 tahun. Tri belum bersekolah di TK, walaupun seharusnya dia sudah ada di bangku taman kanak – kanak. Tri ini adalah satu anak yang sering dibawa oleh orangtuanya untuk berjualan di sekitaran taman dan lapangan merdeka Binjai. Tri sering dibawa kesini karena orangtuanya tidak bisa meninggalkannya di rumah sendirian.

Foto 8: (Tri dan ibunya yang sedang berjualan di Lapangan Merdeka Binjai)

Kemiskinan seakan menjadi sebuah kata yang akrab di telinga bangsa Indonesia. Dahulu, selalu dikatakan bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya, makmur, dan memiliki sumber daya alam yang melimpah. Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang amat besar tidaklah salah, tetapi kekayaan sumberdaya itu tidak diseratai dengan kayanya kualitas dari sumberdaya manusianya.


(27)

Kemiskinan yang terjadi lebih mengacu kepada keadaan berupa kekurangan hal-hal yang berkaitan terhadap pemenuhan kebutuhan yang bersifat primer, seperti sandang, pangan dan papan. Masalah kemiskinan ini mempengaruhi banyak hal, diantaranya pengangguran, kriminalitas, dan yang tidak kalah penting kemiskinan berdampak pada perampasan hak-hak anak. Bukan hal baru lagi jika kita melihat anak-anak usia sekolah atau bahkan usia prasekolah harus berjuang hidup di jalan-jalan lalu lintas. Tidak jarang diantara anak-anak tersebut terpaksa putus sekolah. Semua itu mereka lakukan atas alasan ekonomi, demi membantu orang tua mereka. Hal ini sangatlah memprihatinkan, karena kemiskinan yang menimpa anak-anak akan menyebabkan kerusakan jangka panjang terhadap perkembangan anak-anak itu sendiri.

“Sebenarnya kasihan bawa dia kesini tapi mau gimana lagi daripada ditinggal di rumah sendiri. Kadang apalagi kalau dia ngantuk, dia tidur di kursi – kursi itu. Tapi kalau udah agak sore banyak anak – anak datang main jadi dia mulai senang. Saya cari nafkah disini tidak mugkin tidak kesini, panas – panasan disini. Tri juga tidak terlalu senang karena bosan disini tiap hari, ngga ada kawan – kawannya juga disini. Kami tinggal di tanjung rejo jauh dari sini gada anak – anak yang di kenalnya.”

(Orangtua Tri, 48 Tahun)

Lahir dan hidup menjadi miskin pasti bukan mimpi siapapun. Namun, pada kenyataannya status miskin hampir disandang oleh setengah penduduk Indonesia. Kebutuhan yang semakin banyak, harga-harga yang semakin melambung tinggi serta sulitnya mendapat pekerjaan dan upah yang


(28)

tidak sesuai dengan pekerjaan menjelma menjadi permasalahan utama yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi yang sulit khususnya bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk berkembang dikarenakan tidak adanya dukungan keahlian. Ironisnya tidak hanya orang dewasa yang merasakan dampak dari kemiskinan ini, anak-anak pun ikut merasakan dampak minimnya dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar di keluarga mereka.

“sebenarnya mau masukin ke sekolah TK tapi belum ada duit. Terus kalo sekolah pasti butuh antar jemput, belum lagi jualan. Ah, repot pokoknya lah, inilah kalo hidup susah. Orang – orang bawa anak – anaknya kesini untuk bermain, ibu bawa anak untuk jualan.”

(Orangtua Tri, 48 Tahun)

Kemiskinan yang terjadi di kota Binjai mengarah kepada kesulitan masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan primer mereka, dan juga kesulitan mereka dalam mendapatkan kehidupan yang layak. Kemiskinan yang terjadi di kota Binjai tidak hanya memberikan dampak negatif pada orang dewasa saja, tapi juga anak-anak. Dampak yang terjadi pada anak justru lebih berbahaya daripada yang timbul pada orang tua, karena pada anak dampak tersebut menyebabkan kerusakan jangka panjang. Hak mereka untuk memperoleh pendidikan dan masa kecil yang bahagia, berkualitas dan layak.


(29)

Foto 9: (Tri dan ibunya yang sedang berjualan Di Lapangan Merdeka Binjai)

Kemiskinan yang membelit keluarga mereka membuat peran mereka dalam keluargapun bergeser, karena mereka menjadi ikut berperan dalam memenuhi nafkah keluarga. Fenomena anak-anak usia dini yang bekerja di kota Binjai juga berpengaruh pada jumlah anak-anak yang putus sekolah. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari keluarga miskin tidak mampu membiayai anak-anak mereka untuk sekolah, sehingga mereka terpaksa putus sekolah untuk bekerja dan dengan berbagai alasan. Walupun tidak sepenuhnya berpengaruh, kemiskinan juga dapat menyebabkan terlambatnya pertumbuhan fisik dan kemungkinan juga mengalami penyalahgunaan fisik akibat tekanan yang dilakukan oleh orang tuanya atau pihak-pihak lain yang memang sengaja ingin menyalahgunakan mereka. Kerasnya hidup yang harus mereka jalani menyebabkan mereka dituntut untuk dewasa sebelum waktunya. Dampak negatif pada pertumbuhan fisiknya juga berkaitan dengan kemiskinan yang mereka derita.


(30)

Salah satu masalah yang paling sering menimpa anak-anak dalam keluarga miskin adalah kekurangan gizi dan hal ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan mereka. Bahkan tidak jarang kekurangan gizi ini beujung pada kematian. Beban yang begitu besar diberikan pada mereka dalam usia yang masih sangat muda juga sangat berpengaruh pada kondisi psikologi mereka. Terkadang masalah tersebut membuat mereka menjadi rendah diri dalam bergaul di lingkungan sosial mereka. Hal tersebut dikarenakan waktu yang mereka miliki untuk bermain dan bersosialisasi dengan anak seusia merekapun berkurang karena kewajiban baru yang mereka miliki, yaitu mencari nafkah.

Kemiskinan yang melanda orang tua mereka akan berpengaruh besar pada kehidupan anak-anak, dan hak-hak mereka menjadi terampas. Mereka yang seharusnya mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak serta masa kecil yang bahagia, terpaksa harus berkorban demi satu alasan, yaitu ekonomi.


(31)

BAB V

DISFUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI

5.1

Mata Pencaharian Warga Kota Binjai

Penduduk Kota Binjai yang merupakan angkatan kerja, sebagian besar adalah laki-laki yang bekerja, sebanyak 57.128 orang. Sedangkan sebagian besar penduduk Kota Binjai yang perempuan bukan angkatan kerja mempunyai kegiatan mengurus rumah, yaitu sebanyak 28.269 orang. Nilai ini hampir sebanding dengan jumlah penduduk perempuan Kota Binjai yang bekerja, yaitu sebanyak 28.784 orang. Sebagian besar penduduk Kota Binjai bermatapencaharian di sektor jasa-jasa dan perdagangan.

Tabel 2: Penduduk Berumur >10 Tahun Yang Bekerja Menurut Jenis Kegiatan Dan Jenis Kelamin

Di Kota Binjai Tahun 2002

1. Lapangan Usaha Laki - laki Perempuan Jumlah

Angkatan kerja 59.609 32.466 92.075

Bekerja 57.128 28.784 85.912

Mencari kerja 2.481 3.682 6.163

2. Bukan Angkatan Kerja 28.274 54.567 82.841

Sekolah 22.022 23.140 45.162

Mengurus rumah 494 28.269 28.763

Lainnya 5.758 3.158 8.916

(Sumber: Badan Pusat Statistik Binjai, 2002)

Untuk kegiatan perdagangan sendiri, tenaga kerja wanita lebih banyak dibandingkan dengam tenaga kerja laki-laki. Sedangkan untuk


(32)

lapangan usaha di bidang jasa-jasa, tenaga kerja laki-laki sejumlah dua kali lipat dibandingkan dengan tenaga kerja wanita.

Tabel 3: Presentase Penduduk Berumur >10 Thn Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama

Di Kota Binjai Tahun 2002

No Lapangan Usaha Laki - laki Perempuan Jumlah

1 Pertanian 8.89 10.71 9.53

2 Pertambangan dan Penggalian 0.15 0.00 0.10

3 Industri 7.53 9.89 8.37

4 Listrik, gas dan air 0.60 0.55 0.58

5 Bangunan 8.43 0.00 5.45

6 Perdagangan 25.45 39.84 30.54

7 Angkutan 9.64 0.00 6.23

8 Keuangan 0.00 0.00 0.00

9 Jasa – jasa 39.31 19.01 39.00

Total 100.00 100.00 100.00 (Sumber: Badan Pusat Statistik Binjai, 2002)

Mata pencarian terbesar di Kota Binjai adalah di sektor perdagangan dengan besaran lebih 27 persen kemudian diikuti sektor jasa dan industri. Menurut data statistik tingkat partisipasi angkatan kerja terus meningkat dalam periode 2009-2011 dari 63,4% menjadi 67,85% di tahun 2011. Sementara presentase penduduk usia kerja yang bekerja mencapai 61,93% pada tahun 2011. Sedangkan tingkat pengangguran di Kota Binjai dalam tiga tahun terakhir (2009-2011) mengalami penurunan. Hal ini dikarena semakin terbukanya kesempatan kerja di Kota Binjai. Pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan terbesar ada pada tingkatan SMA/SMK/MA.


(33)

Kondisi Perekonomian Daerah Pada tahun 2002 PDRB Kota Binjai atas dasar harga berlaku bernilai 1.146,976,33 juta rupiah atau naik 15% jika dibandingkan dengan tahun 2001 sebesar 1.001.235,82 juta rupiah. Dari data tahun 2000, kontribusi 27 yang cukup signifikan membangun perekonomian Kota Tebing Tinggi yaitu sektor industri pengolahan (29,18%), kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (28,86%), dan sektor pertanian (11,21%). Sedangkan sektor lainnya (30,75%) meliputi sektor pertambangan, pengangkutan dan komunikasi, jasa-jasa, pertanian, bangunan, listrik, gas, air bersih, dan keuangan (membandingkan Kota Binjai dengan Kota Tebing Tinggi).

Tabel 4: Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Bidang Pekerjaan 2009 2010 2011

1 Pertanian 22.329 16.601 13.007

2 Industri 33.087 27.550 33.716

3 Perdagangan 58.448 55.877 48.123

4 Jasa 37.092 37.991 48.355

5 Lainnya 43.355 38.693 34.248

Sumber: Database Kota Binjai Tahun 2012 (Bappeda Kota Binjai) Susenas 2010 (BPS)

Sentra-sentra perdagangan hampir merata terdapat di setiap kecamatan, dengan pusat perdagangan terdapat di Kecamatan Binjai Kota. Jumlah usaha perdagangan di kota ini mencapai 2.064, dengan dominasi usaha perdagangan kecil sebanyak 1.729 usaha (83,7%). Sementara, jumlah


(34)

usaha industri mencapai 462 unit industri non formal dan 305 unit industri formal. Hasil-hasil industri yang menjadi unggulan adalah industri anyaman bambu, konveksi, kerupuk, mebel bambu, selai, tepung, manisan buah, terasi, sepatu/sandal, dan tahu/tempe. Dan di tahun 2014 tentu akan ada perubahan jumlah. Apakah persentase naik atau turun di setiap sektornya belum diketahui karena belum dilakukannya sensus yang terbaru.

5.2

Ruang Terbuka Hijau Sebagai Ruang Transaksi

Ekonomi

Sebagai dampak dari perkembangan suatu wilayah, maka pembangunan merupakan suatu proses yang dalam pelaksanaannya tidak dapat dilepaskan dari perencanaan. Hal ini disebabkan pembangunan selalu bersifat dinamis sehingga sangat membutuhkan perencanaan yang baik, tidak hanya pada proses awalnya saja tetapi juga harus berjalan seiring dengan proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan fisik cenderung lebih banyak dilaksanakan di kawasan perkotaan. Hal tersebut ditandai dengan adanya fasilitas – fasilitas kota termasuk ruang terbuka hijau. Kemudian sebagai dampak dari kebutuhan kehidupan warga kota yang bersifat heterogen terjadi penyalahgunaan terhadap fasilitas – fasilitas tersebut. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk sosial, ekonomi dan hukum.

Pada hakekatnya manusia memiliki akal dan pikiran untuk menpertahankan hidup. Cara untuk menpertahankan hidup dan kehidupan


(35)

yang dimiliki manusia berkembang seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan kebutuhan manusia yang semakin beragam. Manusia memiliki cara – cara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan kemampuan, modal, dan area tempat tinggal. Ruang terbuka menjadi salah satu lahan bagi warga kota Binjai untuk memenuhi kebutuhan ekomoni. Hal ini dilihat dari para pedagang yang berjualan di sekitaran Lapangan Merdeka Binjai dan Taman Balita Binjai.

Berbagai upaya dilakukan para pedagang untuk menciptakan area jual- beli untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Tidak ada bangunan (toko) yang diciptakan untuk para pedagang sebagai tempat meletakkan dagangan di ruang terbuka. Beberapa diantara menggunakan “grobak” dagang sebagai tempat meletakkan dagangan tetapi ada juga yang bahkan tidak memiliki “grobak”. Para pedagang itu meletakkan dagangan mereka di trotoar. Misalnya Pak Tono seorang pedagang “embusan” untuk anak - anak.


(36)

Melalui (http://binjaikota.go.id/artikel-685-walikota-resmikan-pujasera html, diakses pada tanggal 20 April 2016) Walikota Binjai, H.M.Idaham,SH,M.Si meresmikan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) yang bertempat di eks GOR lama Jalan Gatot Subroto Kecamatan Binjai Kota, ditandai dengan penandatanganan prasasti dan tepung tawar. Walikota dalam sambutannya mengatakan, dengan terbangunnya pujasera ini diharapkan ruang terbuka hijau di Lapangan Merdeka dapat kembali seperti keadaan semula. Pemerintah Kota (Pemko) Binjai telah berhasil membangun pujasera menjadi satu-satunya pusat jajanan yang ada di Kota Binjai dan mengembalikan fungsi Lapangan Merdeka menjadi tempat bermain yang teduh dengan di kelilingi pohon asam, dimana tidak ada pedagang yang menetap disana.

“Lapangan merdeka adalah salah satu tempat yang di banggakan masyarakat Binjai, dengan selesainya pujasera ini, tentunya fungsi lapangan merdeka akan kembali seperti semula.

Kita harapkan para pedagang bisa lebih tenang berjualan disini, dan semua pedagang di beri kelonggaran selama 6 bulan gratis tidak di pungut biaya sewa tempat, yakinlah ini merupakan langkah awal kita membangun kota ini.

Kepada para pedagang saya berpesan buatlah makanan yang terbaik dan selalu mengedepankan kebersihan, sehingga masyarakat akan kembali membeli. “Cintai dan jaga pujasera ini”.


(37)

Pusat jajanan ini masih sangat jarang di Indonesia. Karena itu, bangunannya memakai konsep luar negeri, yang terbuka, agar para pembeli bisa menikmati berbagai jenis makanan yang tersedia dengan menikmati suasana alam, karena letak pujasera berada tepat di pinggiran Sungai Bingai.

Foto 11: (Grobak jualan di pinggiran Lapangan Merdeka Binjai)

Saya gak dapat tmpat di pujasera. Lagian jualan saya ini cumin ini. Sebelumnya saya juga gak punya tempat jualan disana, jadi waktu dipindahkan gak dapat. Selalu bawa becak aja kek gini. Pernah diusir, tapi mau gimana lagi namanya cari makan, harus kembali lagi lah.”(Ibu ratih, 48 Tahun)

5.3

Ruang Terbuka Hijau Sebagai Ruang Transaksi Seks

Ruang terbuka hijau sebagai ruang transaksi seks tentu tidak asing lagi bagi masyarakat, khususnya warga kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan masyarakat yang multieknik. Hampir setiap ruang terbuka di Kota Medan terdapat aksi prostitusi dalam bentuk


(38)

dan cara yang berbeda. Dalam skripsi Nurhasannah Tumangger (2015) dijelaskan Taman Koni Gajah Mada Medan merupakan salah satu arena transaksi seks di Kota Medan.

Kegiatan prostitusi di daerah ini terlihat jelas meskipun telah ada upaya – upaya menghentikannya. Lokasi prostitusi di daerah ini dimulai dari jalan Iskandar Muda (Plaza Ramayana), Medan Plaza, jalan Gajah Mada hingga Simpang Darussalam. Keberadaan hotel – hotel di daerah tersebut mempermudah kegiatan prostitusi tersebut. Selain itu, keberadaan kafe – kafe atau warung – warung dalam taman ternyata membawa “berkah” bagi para pekerja prostitusi.

Binjai sebagai kota satelit dari Kota Medan ternyata tidak lepas dari kegiatan prostitusi. Lapangan Merdeka Binjai menjadi area kegiatan prostitusi. Tidak ada informasi secara pasti yang didapat kapan transaksi seks di Lapangan Merdeka Binjai dimulai. Tetapi keberadaan waria – waria pada malam di Lapangan Merdeka Binjai menjadi salah satu bukti adanya transaksi seks.

Waria (gabungan dari Wanita-pria) adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Keberadaan waria telah tercatat lama dalam sejarah dan memiliki posisi yang berbedabeda dalam setiap masyarakat. Walaupun dapat terkait dengan kondisi fisik seseorang, gejala waria adalah bagian dari aspek sosial transgenderisme. Seorang laki-laki memilih menjadi waria dapat terkait


(39)

dengan keadaan biologisnya (hermafrodi-tisme), orientasi seksual (homoseksualitas), maupun akibat pengondisian lingkungan pergaulan. Sebutan bencong atau banci juga dikenakan terhadap waria dan bersifat negative.11

“Tanah lapang merdeka ini memang lokasi kami. Jam kami jam 12 keataslah. Tukang becak ini juga kawan – kawan kami, uda ngerti semua orang ini” (Ary Pelawi, 27 tahun)

“Paling rame kalo sabtu minggu sama libur, dek. kami sering dapat untung banyak kalo kayak gitu. Tapi kalau hari – hari biasa mau juga sepi sampe gadak pelanggang pun pernah.”

(Ary Pelawi, 27 tahun)

Melalui http://medan.tribunnews.com/2014/08/04/lapangan-merdeka-binjai-lokasi-ngumpul-hingga-tempat-bercumbu (diakses pada 12 Juli 2016, pukul 11.00 wib) Taman yang berada di Lapangan Merdeka Binjai saat ini "berubah fungsi". Kini taman tersebut kerap dijadikan remaja sebagai tempat bercumbu mesra. Hal tersebut pun membuat miris warga Binjai. Lebih parahnya lagi, ketika malam hari tiba tidak hanya muda-mudi yang tampak menghiasi taman ini. Taman yang berada tepat di depan Balai Kota (Kantor Walikota Binjai) ini pun dijadikan ajang para waria yang diduga menjajakan diri. Di satu sisi, beberapa masyarakat menilai kalau pembangunan taman yang juga dilengkapi dengan alat olah raga di seputaran tanah lapang sangat


(40)

memberikan nilai positif. Karena beberapa masyarakat dapat memanfaatkan peralatan yang telah disediakan. Warga meminta Pemko Binjai melakukan pengawasan tegas. Kalau tidak, warga menilai hal tersebut dapat mencoreng wajah kota Binjai yang selama ini dipandang sebagai kota yang madani.

"Gawat kali anak-anak jaman sekarang, nggak kenal tempat lagi. Seperti kambing yang keluar dari kandang tak perduli dengan keadaan sekitar,”

(Pak Wijan, 45 tahun)

Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya transaksi seks yang bersifat komersil saja yang terjadi di ruang terbuka hijau di Kota Binjai tetapi juga transaksi seks yang dilakukan oleh para pelajar dan pengguna ruang terbuka hijau di Kota Binjai.

5.4

Ruang

Terbuka

Hijau

Sebagai

Tempat

Tidur

Gelandangan

Gelandangan dan pengemis merupakan masalah yang terus menjadi perhatian pemerintah. Sesuai dengan Undang-Undang (UU), Kementerian Sosial (Kemensos) menjadi leading sektor dalam penangangannya. Tentu saja, dalam penanganannya Kemensos tidak bekerja sendirian. Tetapi menggandeng berbagai pihak terkait, baik lintas sektor dan pemerintah daerah (pemda). Kemensos melakukan penanganan melalui sistem panti dan


(41)

tempat tinggal dalam satu atap yang dihuni oleh beberapa keluarga. Liposos adalah Lingkungan Pondok Sosial, merupakan bentuk penanganan yang lebih mengedepankan sistim hidup bersama di dalam lingkungan sosial sebagaimana layaknya kehidupan masyarakat pada umumnya.

Gelandangan adalah seorang yang hidup dalam keadaan yang tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak memiliki pekerjaan tetap dan mengembara ditempat umum sehingga hidup tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat. Sedangkan, pengemis adalah seorang yang mendapat penghasilan dengan meminta minta di tempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain.12

Gepeng (gelandangan dan pengemis) adalah seorang yang hidup mengelandag dan sekaligus mengemis. Oleh karna tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan berdasarkan berbagai alasan harus tinggal di bawah kolong jembatan, taman umum, pinggir jalan, pinggir sungai, stasiun kereta api, atau berbagai fasilitas umum lain untuk tidur dan menjalankan kehidupan sehari-hari. Karakteristik dari gelandangan dan pengemis yaitu :

1. Tidak memiliki tempat tinggal Kebanyakan dari gepeng dan pengemis ini mereka tidak memiliki tempat hunian atau tempat tinggal mereka ini biasa mengembara di tempat umum.


(42)

https://aliseptiansyah.wordpress.com/2013/01/24/sekilas-tentang-gelandangan-2. Hidup di bawah garis kemiskinan, para gepeng tidak memiliki pengahsialan tetap yang bis amenjamin untuk kehidupan mereka kedepan bahkan untuk sehari hari saja mereka harus mengemis atau memulung untuk membeli makanan untuk kehidupannya.

3. Hidup dengan penuh ketidakpastian, para gepeng hidup mengelandang dan mengemis di setiap harinya menreka ini sangat memprihatikan karna jika mereka sakit mereka tidak bisa mendapat jaminan sosial seperti yang dimiliki oleh pegawai negeri yaitu ASKES untuk berobat dan lain lain.

4. Memakai baju yang compang camping, gepeng bisanya tidak pernah mengunakan baju yang rapi atau berdasi melaikan baju yang kumal dan dekil.

Masalah sosial tidak bisa dihindari keberadaanya dalam kehidupan masyarakat, terutama yang berada di daerah perkotaan adalah masalah gelandangan dan pengemis. Permasalahan sosial gelandanagan dan pengemis merupakan akumulasi dan interaksi dari berbagai permasalahan seperti hal – hal kemiskinan, pendidikan rendak, minimnya keterampilan kerja yang di miliki, lingkungan, sosial budaya, kesehatan dan lain sebagaianya. Faktor – faktor penyebab masalah sosial gelandangan dan pengemis adalah sebagai berikut :


(43)

Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal dan menjangkau pelayanan umum sehingga tidak dapat Mengembangkan kehidupan pribadi maupun keluarga secara layak.

2. Masalah Pendidikan

Pada umumnya tingkat pendidikan gelandangan dan pengemis relatif rendah sehingga menjadi kendala untuk memperleh pekerjaan yang layak.

3. Masalah keterampilan kerja

Pada umumnya gelandangan dan pengemis tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja.

4. Masalah sosial budaya

Ada beberapa faktor sosial budaya yang menagkibatkan seseorang menjadi gelandangan dan pengemis. Rendahnya harga diri kepada sekelompok orang, mengakibatkan tidak dimiliki rasa bamu untk minta minta. Sikap pasrah pada nasib yang manggap bahwa kemiskinan adalah kondisi mereka sebagai gelandangan dan pengemis adalah nasib, sehingga tidak ada kemauan untuk melakuan perubahan. Kebebasan dan kesenangan hidup mengelandang merupakan kenikmatan tersendiri bagi orang yang hidup mengelandang

Dengan adanya para gelandangan dan pengemis yang berda di tempat - tempat umum akan menimbulkan banyak sekali masalah sosial di tengah kehidupan bermasyarakat di antaranya :


(44)

1. Masalah lingkungan (tata ruang)

Gelandangan dan pengemis pada umumnya tidak memiliki tempat tinggal tetap, tinggal di wilayah yang sebanarnya dilarang dijadika tepat tinggal, seperti : taman taman, bawah jembatan dan pingiran kali. Oleh karna itu mereka di kota besar sangat mengangu ketertiban umum, ketenangan masyarakat dan kebersihan serta keindahan kota.

2. Masalah kependudukan

Gelandangan dan pengemis yang hidupnya berkeliaran di jalan jalan dan tempat umum, kebnayakan tidak memiliki kartu identitas (KTP/KK) yang tercatat di kelurahan (RT/RW) setempat dan sebagian besar dari mereka hidup bersama sebagai suami istri tanpa ikatan perkawinan yang sah.

3. Masalah keaman dan ketertiban

Maraknya gelandangan dan pengemis di suatu wilayah dapat menimbulkan kerawanan sosial mengagu keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut.

4. Masalah kriminal litas

Memang tak dapat kita sangal banyak sekali faktor penyebab dari kriminal litas ini di lakuakan oleh para gelandangan dan pengemis di tempat keramaian mulai dari pencurian kekerasan hingga samapi pelecehan seksual ini kerap sekali terjadi.


(45)

Ternyata tidak hanya di kota – kota besar saja seperti Jakarta dan Medan yang bermasalah dengan gelandangan. Meski telah banyak upaya – upaya yang dilakukan untuk menanggulangi para gelandangan dan pengemis tetap saja keberadaan gelandangan dan pengemis terus bertambah bahkan kota satelit seperti Kota Binjai tidak lepas dari keberadaan gelandangan dan pengemis. Mereka menempati area – area ruang terbuka hijau di Kota Binjai, khususnya di Lapangan Merdeka dan taman – taman kota. Lapangan Merdeka Binjai bagaikan rumah bagi para gelandangan. Ruang yang tidak tertutup ini dijadikan tempat beristirahat bagi para gelandangan pada malam hari. Kedatangan para gelandangan ini tidak tentu. Terkadang mereka terlihat diatas pukul 00.00 wib, tetapi terkadang mereka sudah mulai beristirahat pada pukul 23.00 wib. Para gelandangan ini akan meninggalkan lapangan sekitar pukul 07.00 wib. Hal ini dikarenakan kedatangan petugas kebersihan yang akan membersihkan lapangan. Para gelandangan yang memanfaatkan lapangan sebagai tempat istirahat ternyata tidak menetap dan berganti.

Gambar 12: Gelandangan yang sedang tidur di Lapangan Merdeka Binjai


(46)

“kita tidak perlu mengusir para gelandangan untuk tidak ada di sini. Dimaklumi saja, mereka tidak punya tempat tinggal. Sedangkan di emperan toko dan rumah orang saja kadang tidak ada yang mengusik apalagi ruang terbuka seperti ini. Selama mereka tidak merusak fasilitas dan pergi pada waktunya tidak masalah menurut saya.”

(Tommy, 32 tahun)

Menurut Parsudi Suparlan (1986) pemukiman liar dan gelandangan merupakan konsekuensi logis yang muncul akibat gangguan dan pengembangan perkotaan. Timbulnya gelandangan di perkotaan terjadi karena adanya tekanan – tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang kemudian terpaksa mencari tempat yang diduga dapat member kesempatan yang lebih baik di kota.13

“saya yakin sebenarnya pemerintah telah menyiapkan strategi – strategi dalam penertiban penyalahgunaan ruang terbuka hijau di Kota Binjai, tetapi pada kenyataanya oknum – oknum yang ditugaskan ikut campur tangan terhadap ketidaklancaran strategi tersebut. Saya rasa hal – hal seperti keberadaan gelandangan di taman – taman kota merupakan wabah yang secara merata didapatkan seluruh kota di Indonesia.” (Leonardo,ST, 42 Tahun)


(47)

BAB VI

PRILAKU PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU

SEBAGAI URBANISME DI KOTA BINJAI

6.1

Fungsi Ruang Terbuka Hijau Di Kota Binjai

Pertambahan jumlah penduduk yang pesat di Kota Binjai mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara jumlah penduduk dan jumlah permukiman. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan ruang meningkat untuk mengakomodasi kepentingannya. Semakin meningkatnya permintaan akan ruang, khususnya untuk permukiman dan lahan terbangun berdampak kepada semakin merosotnya kualitas lingkungan. Rencana Tata Ruang yang telah dibuat tidak mampu mencegah alih fungsi lahan di perkotaan sehingga keberadaan Ruang Terbuka Hijau semakin terancam dan kota semakin tidak nyaman untuk beraktivitas.

“Kebutuhan warga Kota Binjai semakin komplek akan ruang terbuka hijau, bisa sama – sama kita lihat dari aktivitas yang tidak pernah berhenti di tanah lapang merdeka dan taman. Mereka bergantian menggunakannya. Dari para ibu – ibu, anak – anak muda, anak –anak balita sampai lansia.”

(Leonardo, ST, 42 Tahun)

Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, yaitu memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara


(48)

alami dapat berlangsung lancer, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah serta penahan angin. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:

1. Fungsi sosial dan budaya, yaitu menggambarkan ekspresi budaya local, sebagai media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.

2. Fungsi ekonomi, yaitu sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayor dan bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan.

3. Fungsi estetika, yaitu meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro: lansekap kota secara keseluruhan, menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota, pembentuk faktor keindahan arsitektural, menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

Keberadaan ruang terbuka hijau harus mampu memberikan fungsi yang maksimal bagi para pengguna di Kota Binjai. Ruang terbuka hijau harus diintegrasikan dengan kehidupan sehari-hari manusia. Karena itu, taman dan lapangan olahraga berfungsi tidak hanya sebagai kawasan konservasi, tetapi juga harus mampu melakukan fungsi sebagai ruang rekreasi, estetika, pendidikan dan ekonomi.


(49)

Keberadaan ruang terbuka hijau yang memadai dapat menciptakan suatu kota nyaman dan sehat. Tidak hanya kota, ruang terbuka hijau juga dapat menjadi indikator terpenuhinya kebutuhan manusia. Keberadaan ruang terbuka hijau memberikan manfaat bagi manusia sebagai ruang untuk menuangkan krativitas. Ruang terbuka hijau juga dapat dijadikan ruang yang diperuntukan sebagai tempat beraktivitas baik secara sosial maupun budaya yang akan menimbulkan efek positif pada kepribadian seseorang.

“Tanah lapang ini menampung banyak sekali aktifitas, khususnya kegiatan yang dilakukan oleh anak – anak muda di kota ini. Jika warga kota telah mampu memaksimalkan penggunaan RTH untuk memenuhi kebutuhannya, maka RTH bisa menjadi tolak ukur kebutuhan warga kota yang terpenuhi atau tidak. Di kota – kota pemerintah membangun fasilitas kota untuk memenuhi kebutuhan warga kotanya yang beragam dan banyak sekali.”

(Leonardo, ST, 42 Tahun)

Warga kota memilih untuk mengunjungi ruang terbuka hijau karena berbagai alasan, termasuk motivasi pribadi, aktivitas fisik sehat hanyalah salah satu dari motivasi tersebut. Ruang terbuka hijau memiliki potensi untuk menyediakan beberapa jenis manfaat kesehatan holistik termasuk relaksasi, member emosi positif tentang diri dan lingkungan, mendapatkan ketenangan, revitalisasi, dan kepuasan. Pelestarian dan perluasan ruang terbuka hijau dapat dirumuskan sebagai manfaat kesehatan bagi individu yang dapat memberikan alasan untuk keputusan kebijakan yang ramah lingkungan. Semakin banyak warga kota yang menggunakan ruang terbuka hijau secara


(50)

maksimal dan positif, maka semakin terlihat kualitas pemenuhan kebutuhan warga di kota.

Kualitas hidup dapat dilihat dari dua indikator, yaitu: indikator obyektif, dengan mengukur kondisi aktual lingkungan binaan, lingkungan alam, dan aspek sosial dan ekonomi. Kemudian, Indikator subyektif dengan mengukur pernyataan evaluasi apa yang orang rasakan tentang hidup setiap faktor. Dalam penelitian tentang kualitas hidup di daerah perkotaan, dimensi kualitas hidup berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan yang telah dipertimbangkan dalam arti yang lebih luas, yaitu lingkungan fisik, sosial dan ekonomi.

Prof. Soetardjo menganjurkan bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup manusia harus mampu berinteraksi berdasarkan 3 alam, diantaranya alam benda yaitu memanfaatkan alam benda atas dasar saling memelihara. Alam sosial, yaitu mampu membangun hubungan intersubjektif dengan manusia lain atas dasar saling menyayangi, serta mampu membangun interaksi noogenik (budaya, gagasan, dan nilai). Alam yang terakhir ialah alam transenden, yaitu meyakini segala kebaikan Tuhan yang ada.

“Kegiatan olahraga dan membentuk komunitas – komunitas untuk meningkatkan kualitas hidup menjadi trend pada saat ini. Untuk itu juga saya pikir pemerintah menciptakan taman dan lapangan olahraga untuk memenuhi kebutuhan orang – orang di kota agar kualitas hidup warga di kotanya menjadi lebih baik, terarah dan beraturan.”


(51)

Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan yang menyenangkan merupakan sejauhmana individu memiliki kesempatan dan dapat bergabung untuk berkreasi dan menikmati waktu luang. Sedangkan lingkungan fisik menggambarkan keadaan lingkungan tempat tinggal individu (keadaan air, saluran udara, iklim, polusi, dan lain – lain).

6.2

Prilaku Dalam Penggunaan Ruang Terbuka Hijau Di

Kota Binjai

Kemewahan yang seolah diperlihatkan di kota-kota menghipnotis semua orang desa agar segera menginjakan kakinya disana. Kemudahan yang dimiliki membuat semua orang desa berbondong-bondong pergi ke kota dengan harapan bisa mengubah nasib yang lebih baik atau mereka tetap didesa dengan penghasilan apa adanya. Mereka jarang memikirkan hal negatif yang ditimbulkan jika mereka tinggal dikota. Seperti halnya sifat dan perilaku orang yang tinggal dikota, lingkungan kota menjadikan mereka seseorang yang kurang baik. Saya akan mencoba menjelaskan beberapa perilaku kebanyakan orang yang tinggal dikota berdasarkan survei yang sudah dilakukan.


(52)

Dua perilaku diatas sepertinya akan sulit anda jumpai pada masyarakat perkotaan, perilaku yang dulu sempat menjadi slogan perilaku warga indonesia yang dikenal dimata dunia. Ramah tamah akan sulit kita temukan pada orang-orang perkotaan. Sopan santun yang biasa dilakukan ketika kita bertemu dengan orang yang lebih tua dari kita atau mereka yang dituakan, tapi tidak dengan masyarakat kota, mereka acuh dengan tingkah pola mereka, berbeda pada masyarakat desa yang masih teguh memegang erat budaya perilaku ramah tamah dan sopan santun. Orang yang tinggal didaerah perkotaan cenderung bersifat egois, dan kurang memperdulikan orang lain. Mereka hanya mengutamakan kebaikan diri sendiri, dan tidak jarang mereka lebih memilih keegoannya untuk mempertahankan hidup.

Sabar adalah sifat yang dianjurkan harus dimiliki semua orang, dengan bersabar maka hidup tentram. Tetapi sifat sabar seperti ini akan sulit dijumpai pada orang-orang dijalanan perkotaan, mereka berlomba-lomba menekan tombol talksound dan kebut-kebutan seperti pada perlombaan balapan berebut garis finish. Mereka berdalil apa yang dilakukan dengan alasan terburu-buru. Suara bising kendaraan yang tidak henti-hentinya terdengar membuat siapa saja orang yang mendengar bisa menimbulkan efek pusing yang akhirnya bisa menimbulkan stress. Atau bisa disimpulkan stress perkotaan diakibtkan dari banyknya polusi dan ketatnya persaingan dalam suatu pekerjaan. Bukan hanya dari kedua faktor diatas tetapi kurangnya tempat berlibur yang menyuguhkan pemandangan alam dan udara segar juga menjadi faktor yang menyebabkan orang kota mudah stress.


(53)

Konsumerisme adalah gaya hidup yang sudah menjadi trend masyarakat perkotaan. Alasan utama mereka melakukan hal itu adalah mereka yang selalu mengikuti perkembangan mode salah satu contohnya, atau mereka yang beralasan hanya karena malas. Membelanjakan uang mereka secara berlebihan dan tidak difikirkan agar bisa dibelanjakan kesesuatu yang lebih dibutuhkan. Diperkotaan bisa dikatakan pertukaran uang sangat cepat, karena segala macam benda bisa kita beli tanpa membuat sendiri yang memakan waktu lama, berbeda dipedesaan uang seratus ribu mungkin bisa digunakan selama satu minggu. Itu karena dipedesaan masih banyak orang yang memasak sendiri, masih jarang ditemukan pusat-pusat perbelanjaan yang akhirnya mereka tidak ikut-ikutan gaya hidup orang barat yaitu konsumerisme.

6.2.1 Memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Fasilitas Kota Warga kota yang memiliki kebutuhan yang bersifat heterogen mendorong pemerintah menciptakan alat – alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Fasilitas – fasilitas di kota diciptakan oleh pemerintah agar dapat dimanfaatkan oleh warga kota tersebut. Dalam memanfaatkan fasilitas – fasilitas kota seperti taman kota warga kota memiliki banyak pertimpangan. Misalnya, perbedaan kebutuhan yang menyebabkan munculnya berbagai alasan memanfaatkan fasilitas – fasilitas kota.


(54)

“Ini dibuat untuk orang – orang Binjai jadi harus kita gunakan. Sebagai warga yang baik kita tetap harus pelihara tempat ini. Walaupun ada petugas kebersihan tapi kita pengunjung tetap wajib menjaga kebersihan dan ketentraman di lapangan olahraga ini. Jadi walaupun hanya pengunjung kita tetap harus memanfaatkan sekaligus menjaga lapangan dan taman –taman ini.”

(H. Said, 67 Tahun)

Pada kenyataanya terjadi berbagai karateristik yang dimiliki warga kota Binjai dalam menggunakan ruang terbuka hijau. Kesadaran warga kota Binjai untuk menjaga dan menggunakan ruang terbuka hijau tidak terlepas dari pengetahuan warga kota tentang pentingnya dan manfaat ruang terbuka hijau.

“Ini kan milik pemerintah jadi tugas pemerintahlah untuk menjaga semua di sini. Kita pengunjung ini gunakan aja sepuas – puasnya. Urusan kerusakan, kebersihan itu biar pemerintah yang urus. Ada kan petugas yang di tunjuk pemerintah untuk mengurus.”

(Thomas Pinem, 57 Tahun)

6.2.2 Melanggar Aturan di Ruang Terbuka Hijau

Pelanggaran terhadap aturan – aturan yang telah dibuat merupakan kebiasan – kebiasan yang sangat sering terjadi di Indonesia. Dalam pengguna ruang terbuka hijau, pada kenyataanya terjadi banyak pelanggaran – pelanggaran. Meskipun telah ditetapkan peraturan – peraturan oleh pemerintah guna memperbaiki situasi namun warga kota tetap melakukan tindakan – tindakan diluar aturan yang telah ditetapkan.


(55)

“iya pernah beberapa kali di razia, terus dilakukan pembinaan. Tapi itulah yang kayak ku bilang, ini tempat cari makan. Dia pun cumin bina aja ngga bisa juga kasih kerjaan kita –kita ini.”

(Ary Pelawi, 27 Tahun)

“disinikan dilarang jualan tapi orang – orang banyak jadi pas buat jualan. Pedagang disini tahu ada aturan gak boleh jualan tapi mau bagaimana lagi.”

(Ratih, 48 Tahun)

Pada hakikatnya upaya – upaya yang dilakukan warga kota untuk melanggar aturan – aturan yang telah dibuat dipengaruhi oleh banyak factor. Factor – factor tersebut bisa datang diri sendiri dan dari luar lingkungan itu sendiri. Pelanggaran terhadap aturan – aturan terbut tentu berdampak buruk terhadap pemanfaatan ruang terbuka hijau. Pelanggaran – pelanggaran tersebut juga mempengaruhi kondisi dan kelstarian ruang terbuka hijau serta kemaksimalan penggunaan ruang terbuka hijau tersebut. Indonesia merupakan negara hukum yang sudah terkandung dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 3. Sebagai warga negara yang tinggal di negara hukum seharusnya melanggar hukum adalah hal yang tidak mungkin dilakukan, namum pada kenyataanyan tidak demikian. Setiap orang punya alasan tersendiri karena telah melanggar hukum.

1. Tidak Tahu

Alasan yang paling umum kenapa seseorang melanggar hukum adalah dengan alasan tidak tahu ada aturan hukum. Alasan ini sebenarnya


(56)

alasan klasik, karena setiap tindakan manusia ada aturan yang mengaturnya, apalagi jika negara sudah menyatakan dirinya negara hukum. Alasan ini tidak membebaskan seseorang dari sanksi hukum.

2. Tidak Mau Tahu

Banyak orang tahu aturan hukum ketika melakukan suatu tindakan atau perbuatan, tetapi aturan itu dilanggar dan diabaikan. Biasanya orang seperti ini merasa hukum telah menjadi penghabat bagi pencapaian keinginannya. Sepanjang tidak ada yang mengusik atau merasa aman-aman saja, ia akan terus melakukannya dan ia baru berhenti saat perbuatannya ada yang melaporkannya, atau tertangkap petugas hukum dan diproses secara hukum. Tindakan orang serupa ini tergolong perbuatan melanggar hukum yang mendasar karena ada unsur kesengajaan.

3. Terpaksa

Kebanyakan orang memberikan alasan mengapa ia melanggar hukum karena terpaksa. Orang itu merasa tidak ada pilihan lain, ia terpaksa melakukannya bisa jadi karena kondisi ekonomi, sosial atau dilakukan atas perintah atasan, atau pun karena diancam. Alasan terpaksa terkadang hanya merupakan alibi, sebab keadaan terpaksa dalam hukum itu ada ukuran dan nilainya.


(57)

Sabar adalah sebagian dari iman. Tetapi seseorang melanggar hukum karena tidak sabar, sehingga tidak mampu mengendalikan dirinya, dan emosinyalah yang meledak. Biasanya perbuatan melanggar hukum pada orang seperti ini, oranganya tidak berpikir panjang dan tidak memikirkan akibat hukum dari perbuatan atau tindakannya. Bagi orang serupa ini, urusan hukum belakangan yang terpenting baginya ia harus puaskan dan salurkan emosinya terlebih dahulu.

5. Niat Jahat

Tuntutan hidup atau pencapaian target atau untuk meraih sebuah kesempatan, sehingga banyak orang mencari jalan bagaimana ia bisa mencapainya. Orang seperti ini biasanya, akan melakukan perbuatan melanggar hukum ketika ada yang menjadi hambatan bagi dia untuk mencapai tujuannya. Mencari celah-celah hukum yang bisa dimanfaatkan biasa menjadi “harta karun” bagi orang seperti ini. Kemudian ada juga, orang seperti ini tidak segan melakukan tindakan untuk menganiaya seseorang yang tidak ia sukai atau ia pandang sebagai ancaman bagi dirinya.

6. Sudah Terbiasa

Orang yang sudah biasa melanggar hukum bukan lagi hal yang aneh dan merepotkan bagi untuk kembali melakukan pelanggaran hukum. Meskipun sudah pernah mendapat ganjaran, tetapi ganjaran yang pernah ia terima itu bukannya membuat dia sadar, melainkan ia makin paham dan mahir untuk melakukan pelanggaran hukum lagi. Orang seperti ini sudah


(58)

memperhitungkan akibat yang akan diterima apabila ia melanggar hukum dan perbuatan itu dilakukannya dengan penuh kesadaran. Pelanggaran hukum ini bobotnya lebih berat.

7. Karena Ada Kesempatan

Pada prinsipnya manusia terlahir baik dan nilai-nilai kebaikan itu ada dalam diri setiap manusia. Dan manusia pada umumnya cenderung berbuat baik atau melakukan yang baik-baik. Tetapi karena ada kesempatan atau peluang, ia pun melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum. Pelanggaran hukum dengan alasan adanya kesempatan, cenderung datang tiba-tiba ketika melihat objeknya.

8. Membela Diri

Alasan melanggar hukum dengan dalil membela diri merupakan alasan yang tidak kalah seringnya dijadikan seseorang untuk menghalalkan perbuatannya. Hukum sendiri sebenarnya memberikan tempat khusus bagi orang yang melanggar hukum karena alasan membela diri, dan bila alasan membela diri itu bisa dibuktikan dan sesuai dengan ukuran timbangnya yang diberikan hukum, orang tersebut ada kemungkinan terbebas dari ancaman hukuman.


(59)

9. Memilih Ketentuan Hukum Yang Menguntungkan

Karena ada banyak sistem hukum yang belaku, maka seseorang memilih salah satu ketentuan dari sistem hukum yang ada. Misalnya dengan hukum agama, seorang laki-laki boleh punya istri dari satu, tetapi hukum negara tidak mempolehkannya, kecuali ada alasan yang sah. Maka orang tersebut tetap meneruskan niatnya kimpoi lagi, dan ia dengan sadar melanggar hukum negara.

10.Tidak Setuju Dengan Ketentuan Hukum

Alasan ini jarang terjadi, tetapi bila diselidiki mungkin pernah terjadi. Alasan melanggar hukum dalam konteks ini lebih merupakan berkatan dengan prinsip yang dianut seseorang. Tetapi ia tidak dapat dijadikan alasan pembenar, karena setiap aturan hukum yang dibentuk tidak bisa memuaskan setiap orang. Artinya jika suatu hukum sudah dibuat dan disepakati oleh lembaga yang sah dan berwenang, maka setiap orang harus mematuhinya.

11.Tergoda

Tidak sedikit orang yang melakukan perbuatan melanggar hukum karena tergoda akan sesuatu yang menguntungkan dirinya, padahal dia tahu betul perbuatan yang akan dilakukannya melanggar hukum. Perbuatan melanggar hukum dengan alasan tergoda ini bisa berkombinasi dengan alasan-alasan yang lain.


(60)

12.Merasa Selalu Benar

Tidak jarang juga orang melanggarkan hukum karena merasa dirinya yang paling dan ia menganggap dirinya mengerti benar dengan hukum. Orang ini seringkali mengabaikan nasehat orang lain dan selalu mencarikan alasan-alasan bagi pembenaran perbuatannya, meskipun kepadanya telah ditunjukkan ada aturan lain dari aturan hukum yang dipahaminya.

13.Punya Backing

Kecenderungan untuk melakukan perbuatan melanggar hukum dan biasanya dilakukan dengan sadar atau orang itu tidak berpikir panjang mengenai akibat dari perbuatannya, ketika orang itu mempunyai dekingan atau yang akan diandalkan untuk menyelematkannya dari proses hukum. Bagi orang ini lakukan saja perbuatan melanggar hukum itu dan nikmati, “nanti juga beres”, itu yang ditanamkan dalam dirinya. Atau ia punya uang, sehingga pelanggaran hukum yang dilakukannya dipikirnya bisa selesai.

“ini kan punya pemerintah. Kami juga kan

kewajiban pemerintah jadi gak ada masalah sebenarnya. Cuman dilarang – larang dianggap merusak. Kami juga terpaksa disini, memang siapa yang mau disini.”

(Iwan)

“Inilah negeri kita ini. Aturan dibuat untuk dilanggar. Upaya yang dibuat pemerintah untuk memperbaiki dianggap serangan oleh masyarakat. Kadang saya pikir orang kota ini lebih parah dari pada orang –orang di desa.”


(61)

6.2.3 Menciptakan Strategi Menghadapi Tantangan

Sebuah ekspresi dan gaya hidup dari komunitas para konsumen sebagai simbol jati diri mereka melalui entitas produk yang dipakainya. Antropologi budaya konsumen merupakan kolaborasi pendekatan budaya dan memahami pola pikir, pola tindak dan perilaku masyarakat. Mendefinisikan latar belakang perilaku dalam menterjemahkan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan konsumen sebagai hasil dari entitas budaya komunitas.

Budaya dalam ranah perilaku konsumen sebenarnya meletakkan manusia dalam ruang lingkup makhluk sosial sebagai obyek kajian yang paling mewakili ekspresi diri dan gaya hidup. Warga kota adalah sekumpulan individu yang mengalami proses dialektika karakter bawaan genetis mereka masing-masing, yang menghasilkan satu karakter dan perilaku baru yaitu kebudayaan yang salah satunya pada ekspresi diri dan gaya hidup konsumen ketika memasuki ranah pemasaran.

Kebudayaan terdiri dari pola-pola yang eksplisit maupun implisit dari dan untuk sebuah perilaku tertentu yang dialihkan melalui simbol-simbol yang merupakan prestasi kelompok manusia,termasuk peninggalan berbentuk artefak yang merupakan inti atau esensi dari gagasan-gagasan tradisional, dan dikemas dalam nilai-nilai yang telah mereka terima. Dengan kata lain, sistem kebudayaan dapat diterangkan me-lalui produk atau tindakan, yang dipandang menjadi faktor berpengaruh terhadap tindakan mereka.


(62)

Dalam situasi dan kondisi tertentu, setiap manusia akan cenderung mengutamakan kepentingan sendiri dan mengabaikan kepentingan bersama. Kerana hal tersebut manusia membagi – bagi kebutuhan berdasarkan prioritas. Kebutuhan setiap warga kota berbeda – beda. Hal ini bisa dipengaruhi oleh banyak factor – factor, yaitu ekonomi, profesi, pekerjaan dan status sosial.

“ngga jadi prioritaslah kapan sempat ya kisini, kapan butuh ya kesini. Menurut saya ini kan bukan kebutuhan utama. Tidak terlalu ada paksaan untuk kesini”

(Thomas Pinem, 57 Tahun)

“tempat ini periotas buat saya. Harus kesini tiap hari untuk maencari makan. Kalau tidak berjualan disini tidak dapat uanglah. Lapangan ini penting buat saya.”

(Ratih, 48 Tahun)

Jangan berharap kemudahan dalam hidup jika berharap diberikan kemudahan dan kelancaran dalam hidup, mungkin akan berakhir menjadi orang yang mudah terpukul ketika dihadapkan dengan realitas brutal kehidupan. Berpikir bahwa memiliki kemudahan dalam hidup tanpa menggerakkan jari, mungkin jauh dari realitas kerasnya rimba kehidupan. Ketangguhan diri dapat mencakup membangun kepercayaan diri, tingginya kualitas diri, ketegasan dalam mengambil keputusan, dan ketekunan. Menumbuhkan kebiasaan melihat situasi, hal-hal, dan orang-orang secara obyektif dan selalu siap menghadapi pertempuran besar dalam hidup.

“kalau ada razia kami sebisa diri lari. Kan setiap orang pada umumnya begitu tetapi kalau pada akhirnya ditangkap. Kami dibawa untuk dibina. Tapi kayak biasa balik lagi, karena udah disini hidup kami.”


(63)

“strategi kami ya gini bawa grobak. Kalau kami buat warung – warung jelas akan di gusur. Beberapa pedagang buat warung bongkar pasang gitu, biar gak repot kalau ada razia.”

(Ratih, 48 Tahun)

Fungsi RTH kota berdasarkan Inmendagri no.14/1988 yait sebagai: 1. Areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan

penyangga kehidupan.

2. Sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan keindahan lingkungan.

3. Sarana rekreasi

4. Pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam pencemaran baik darat, perairan maupun udara.

5. Sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan.

6. Tempat perlindungan plasma nutfah.

7. Sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro. 8. Pengatur tata air.

Meskipun telah ditetapka fungsi dan kegunaan ruang terbuka hijau di perkotaan tetapi tetap saja penggunaan tidak dapat digunakan secara maksimal oleh bebapara factor yang mempengaruhi prioritas hidup warga kota terkhusus penggunaan ruang terbuka hijau


(64)

BAB VII

PENGARUH ETNISITAS TERHADAP

PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU

7.1

Bahasa dan Religi di Kota Binjai

Kota Binjai merupakan kota multi etnis, dihuni oleh suku Jawa, suku Karo, suku Tionghoa dan suku Melayu. Kemajemukan etnis ini menjadikan Binjai kaya akan kebudayaan yang beragam. Jumlah penduduk kota Binjai sampai pada April 2003 adalah 223.535 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.506 jiwa/km persegi.

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Kota Binjai tergantung dari berasal dari suku mana mereka dilahirkan dan lingkungan tempat tinggal. Contohnya ketika tinggal didaerah yang mayoritasnya bersuku Jawa maka bahasa yang dominannya adalah bahasa Jawa. namun tentu tudak semua orang didaerah tersebut bisa bahasa Jawa dan sudah pasti menggunakan bahasa nasional kita yaitu bahasa Indonesia. Hal serupa juga terjadi didaerah dengan mayoritas bersuku Batak, Karo atau Melayu serta lainnya. Namun juga tidak sedikit masyarakat yang bisa berbahasa diluar dari sukunya dan memilih berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Untuk kawasan kecamatan Binjai Kota dan Binjai Barat misalnya yang secara kasat mata sektor perekonomian dipegang oleh etnis Tionghoa, maka sudah bisa ditebak mereka akan menggunkaan bahasa mandarin untuk berkomunikasi diantara mereka yang berasal dari etnis/suku yang sama.


(65)

Agama Islam adalah agama yang paling mayoritas di Kota Binjai. dipeluk oleh mayoritas suku Jawa dan Melayu. Agama Kristen dipeluk sebagian besar suku Karo. Budha dipeluk mayoritas suku Tionghoa yang berdomisili di kecamatan Binjai Kota dan Binjai Barat. Agama Hindu mayoritas dipeluk oleh suku/Etnis India. Untuk jumlah tempat beribadah tentu lebih banyak Masjid sebagai agama yang mayoritas paling besar di Kota Binjai. tentu jumlahnya tidak sebanyak Vihara, kuil serta gereja. Masyarakat Kota Binjai adalah masayarakat yang masih menyandingkan adat suku bangsanya dengan ajaran agama yang mereka anut.

Tabel 5: Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama.

No Agama 2010 2011 2012

1 Islam - - 201.070

2 Kristen/Katolik - - 29.332

3 Hindu - - 1485

4 Budha - - 16989

5 Konghucu/ Aliran kepercayaan - - 19

Jumlah Penduduk 248.154 248.456 248.895

Sumber: Database Kota Binjai Tahun 2012 (Bappeda Kota Binjai) Susenas 2010 (BPS)


(1)

Penulisan skripsi ini telah diselesaikan dengan segala kemampuan, pikiran dan waktu. Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari paca pembaca. Penulis juga berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatiannya, penulis ucapankan terima kasih.

Medan, Oktober 2016

Penulis,


(2)

vi

RIWAYAT HIDUP

Jella Oktaria Aginta Sembiring lahir di Binjai pada tanggal 25 Oktober 1994. Anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Jani Sembiring dan Margaretta Perangin angin.

Menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak – Kanak Esa Prakasa Selesai pada tahun 2000, Sekolah Dasar di SD. Negeri 024753 Binjai pada

tahun 2006, Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri 6 Binjai pada tahun 2009, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Binjai pada tahun 2012. Kemudian, pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi dengan jurusan Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis dapat dihubungi via email: jella.sembiring@gmail.com


(3)

Beberapa kegiatan yang pernah diikuti selama masa perkuliahan, yaitu:  Peserta dalam acara penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) di

Fakultas dan Departemen pada tahun 2012.

 Panitia Natal (Seksi Dekorasi) Departemen Antropologi Sosial pada tahun 2013

 Panitia Inisiasi (Seksi Kerohanian) Departemen Antropologi Sosial pada tahun 2013

 Panitia Inisiasi (Seksi Dokumentasi) Departemen Antropologi Sosial pada tahun 2014

 Mengikuti “Trainning of Fasilitator” (TOF) angkatan V pada tahun 2014

 Melakukan Penelitian di Desa Nagalawan pada tahun 2014

 Mengikuti Praktek Kerja Lapangan I di Desa Lumban Suhi – Suhi, Kec. Pengururan, Samosir pada tahun 2015

 Mengikuti Praktek Kerja Lapangan II di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan pada tahun 2015

 Panitia (Seksi Dokumentasi) di Seminar Nasional “Islam dan Stigma Teroris” pada tahun 2015

 Panitia Acara Rapat Kerja Nasional Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia pada tahun 2015


(4)

viii

DAFTAR ISI

Pernyataan Originalitas ... i

Abstrak ...ii

Ucapan Terima Kasih... iii

Riwayat Hidup ... vi

Daftar Isi ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakarang ... 1

1.2 Tinjaun Pustaka ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 19

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 20

1.5 Lokasi Penelitian ... 21

1.6 Metode Penelitian ... 22

1.6.1 Observasi Partisipasi ... 23

1.6.2 Wawancara ... 24

1.6.3 Studi Kepustakaan ... 26

1.6.4 Analisis Data ... 28

1.6.5 Pengalaman Penelitian ... 30

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI 2.1 Penggunaan Lahan di Kota Binjai ... 30

2.1.1 Kawasan Lindung ... 31

2.1.2 Kawasan Cagar Budaya ... 32


(5)

2.3 Ruang Terbuka Hijau di Kota Binjai ... 34

2.3.1 Ruang Terbuka Hijau Jalur Hijau Jalan ... 36

2.3.2 Ruang Terbuka Hijau Tertentu ... 37

2.3.3 Taman Kota ... 38

BAB III RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI SARANA OLAHRAGA DAN PAMERAN KESENIAN 3.1 Kebutuhan Terhadap Sarana Olahraga ... 40

3.2 Membentuk Komunitas ... 43

3.3 Ruang Pertemuan ... 47

3.4 Alat – Alat Olahraga ... 48

3.5 Ruang Terbuka Hijau Sebagai Tempat Pameran Kesenian ... 50

BAB IV RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI RUANG BAGI ANAK 4.1 Kebutuhan Anak Terhadap Ruang Terbuka Hijau ... 53

4.2 Ruang Bermain Bagi Anak ... 54

4.3 Ruang Kreativitas Bagi Anak ... 56

4.4 Ruang Menghabiskan Waktu ... 60

BAB V DISFUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI 5.1 Mata Pencaharian Warga Kota Binjai ... 65

5.2 Ruang Terbuka Hijau Sebagai Ruang Transaksi Ekonomi ... 68

5.3 Ruang Terbuka Hijau Sebagai Ruang Transaksi Seks ... 71

5.4 Ruang Terbuka Hijau Sebagai Tempat Tidur Gelandangan ... 74

BAB VI PRILAKU PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI URBANISME DI KOTA BINJAI 6.1 Fungsi Ruang Terbuka Hijau Di Kota Binjai ... 82


(6)

x

6.2.1 Memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Fasilitas Kota ... 88 6.2.2 Melanggar Aturan di Ruang Terbuka Hijau ... 89 6.2.3 Menciptakan Strategi Menghadapi Tantangan ... 96

BAB VII PENGARUH ETNISITAS TERHADAP PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI

7.1 Bahasa dan Religi di Kota Binjai... 100 7.2 Sistem Kekerabatan di Kota Binjai ... 103 7.3 Keragaman Pengguna Ruang Terbuka Hijau di Kota Binjai ... 105 BAB VIII PENUTUP

8.1 Kesimpulan ... 107 8.2 Saran ... 109 DAFTAR PUSTAKA