95
6.2.3 Menciptakan Strategi Menghadapi Tantangan
Sebuah ekspresi dan gaya hidup dari komunitas para konsumen sebagai simbol jati diri mereka melalui entitas produk yang dipakainya.
Antropologi budaya konsumen merupakan kolaborasi pendekatan budaya dan memahami pola pikir, pola tindak dan perilaku masyarakat.
Mendefinisikan latar belakang perilaku dalam menterjemahkan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan konsumen sebagai hasil dari entitas
budaya komunitas. Budaya dalam ranah perilaku konsumen sebenarnya meletakkan
manusia dalam ruang lingkup makhluk sosial sebagai obyek kajian yang paling mewakili ekspresi diri dan gaya hidup. Warga kota adalah
sekumpulan individu yang mengalami proses dialektika karakter bawaan genetis mereka masing-masing, yang menghasilkan satu karakter dan
perilaku baru yaitu kebudayaan yang salah satunya pada ekspresi diri dan gaya hidup konsumen ketika memasuki ranah pemasaran.
Kebudayaan terdiri dari pola-pola yang eksplisit maupun implisit dari dan untuk sebuah perilaku tertentu yang dialihkan melalui simbol-simbol
yang merupakan prestasi kelompok manusia,termasuk peninggalan berbentuk artefak yang merupakan inti atau esensi dari gagasan-gagasan
tradisional, dan dikemas dalam nilai-nilai yang telah mereka terima. Dengan kata lain, sistem kebudayaan dapat diterangkan me-lalui produk atau
tindakan, yang dipandang menjadi faktor berpengaruh terhadap tindakan mereka.
Universitas Sumatera Utara
96 Dalam situasi dan kondisi tertentu, setiap manusia akan cenderung
mengutamakan kepentingan sendiri dan mengabaikan kepentingan bersama. Kerana hal tersebut manusia membagi
– bagi kebutuhan berdasarkan prioritas. Kebutuhan setiap warga kota berbeda
– beda. Hal ini bisa dipengaruhi oleh banyak factor
– factor, yaitu ekonomi, profesi, pekerjaan dan status sosial.
“ngga jadi prioritaslah kapan sempat ya kisini, kapan butuh ya kesini. Menurut saya ini kan bukan kebutuhan utama.
Tidak terlalu ada paksaan untuk kesini”
Thomas Pinem, 57 Tahun “tempat ini periotas buat saya. Harus kesini tiap
hari untuk maencari makan. Kalau tidak berjualan disini tidak dapat uanglah. Lapangan
ini penting buat saya.” Ratih, 48 Tahun
Jangan berharap kemudahan dalam hidup jika berharap diberikan kemudahan dan kelancaran dalam hidup, mungkin akan berakhir menjadi orang yang mudah
terpukul ketika dihadapkan dengan realitas brutal kehidupan. Berpikir bahwa memiliki kemudahan dalam hidup tanpa menggerakkan jari, mungkin jauh dari
realitas kerasnya rimba kehidupan. Ketangguhan diri dapat mencakup membangun kepercayaan diri, tingginya kualitas diri, ketegasan dalam mengambil keputusan,
dan ketekunan. Menumbuhkan kebiasaan melihat situasi, hal-hal, dan orang-orang secara obyektif dan selalu siap menghadapi pertempuran besar dalam hidup.
“kalau ada razia kami sebisa diri lari. Kan setiap orang pada umumnya begitu tetapi kalau pada akhirnya
ditangkap. Kami dibawa untuk dibina. Tapi kayak biasa balik lagi, karena udah disini hidup kami.”
Ary Pelawi, 27 Tahun
Universitas Sumatera Utara
97 “strategi kami ya gini bawa grobak. Kalau kami buat
warung – warung jelas akan di gusur. Beberapa
pedagang buat warung bongkar pasang gitu, biar gak repot kalau ada razia
.” Ratih, 48 Tahun
Fungsi RTH kota berdasarkan Inmendagri no.141988 yait sebagai: 1.
Areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga kehidupan.
2. Sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan
keindahan lingkungan. 3.
Sarana rekreasi 4.
Pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam pencemaran baik darat, perairan maupun udara.
5. Sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi
masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan. 6.
Tempat perlindungan plasma nutfah. 7.
Sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro. 8.
Pengatur tata air.
Meskipun telah ditetapka fungsi dan kegunaan ruang terbuka hijau di perkotaan tetapi tetap saja penggunaan tidak dapat digunakan secara
maksimal oleh bebapara factor yang mempengaruhi prioritas hidup warga kota terkhusus penggunaan ruang terbuka hijau
Universitas Sumatera Utara
98
BAB VII PENGARUH ETNISITAS TERHADAP
PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU 7.1
Bahasa dan Religi di Kota Binjai
Kota Binjai merupakan kota multi etnis, dihuni oleh suku Jawa, suku Karo, suku Tionghoa dan suku Melayu. Kemajemukan etnis ini menjadikan
Binjai kaya akan kebudayaan yang beragam. Jumlah penduduk kota Binjai sampai pada April 2003 adalah 223.535 jiwa dengan kepadatan penduduk
2.506 jiwakm persegi. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Kota Binjai tergantung dari
berasal dari suku mana mereka dilahirkan dan lingkungan tempat tinggal. Contohnya ketika tinggal didaerah yang mayoritasnya bersuku Jawa maka
bahasa yang dominannya adalah bahasa Jawa. namun tentu tudak semua orang didaerah tersebut bisa bahasa Jawa dan sudah pasti menggunakan
bahasa nasional kita yaitu bahasa Indonesia. Hal serupa juga terjadi didaerah dengan mayoritas bersuku Batak, Karo atau Melayu serta lainnya. Namun
juga tidak sedikit masyarakat yang bisa berbahasa diluar dari sukunya dan memilih berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Untuk kawasan kecamatan
Binjai Kota dan Binjai Barat misalnya yang secara kasat mata sektor perekonomian dipegang oleh etnis Tionghoa, maka sudah bisa ditebak
mereka akan menggunkaan bahasa mandarin untuk berkomunikasi diantara
mereka yang berasal dari etnissuku yang sama.
Universitas Sumatera Utara
99 Agama Islam adalah agama yang paling mayoritas di Kota Binjai.
dipeluk oleh mayoritas suku Jawa dan Melayu. Agama Kristen dipeluk sebagian besar suku Karo. Budha dipeluk mayoritas suku Tionghoa yang
berdomisili di kecamatan Binjai Kota dan Binjai Barat. Agama Hindu mayoritas dipeluk oleh sukuEtnis India. Untuk jumlah tempat beribadah
tentu lebih banyak Masjid sebagai agama yang mayoritas paling besar di Kota Binjai. tentu jumlahnya tidak sebanyak Vihara, kuil serta gereja.
Masyarakat Kota Binjai adalah masayarakat yang masih menyandingkan adat suku bangsanya dengan ajaran agama yang mereka anut.
Tabel 5: Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama.
No Agama
2010 2011
2012
1 Islam
- -
201.070 2
KristenKatolik -
- 29.332
3 Hindu
- -
1485 4
Budha -
- 16989
5 Konghucu Aliran kepercayaan
- -
19
Jumlah Penduduk 248.154
248.456 248.895
Sumber: Database Kota Binjai Tahun 2012 Bappeda Kota Binjai Susenas 2010 BPS
Universitas Sumatera Utara
100 Komposisi penduduk menurut agama berdasarkan Susenas tahun
2010, penduduk Kota Binjai mayoritas beragama Islam yakni 85.45. Kemudian disusul penduduk beragama KristenKatolik sebesar 8.72,
penduduk beragama Budha sebesar 5.48, penduduk beragama Hindu sebesar 0,28 dan penduduk beragama KonghucuAliran Kepercayaan
sebesar 0,08. Agama Islam menjadi mayoritas dapat dipahami karena berdasarkan komposisi penduduk menurut etnis, jumlah terbesar
penduduknya yaitu beretnis Jawa kemudian etnis Melayu, Mandailing, Minang dan Aceh, etnis-etnis ini dalam sejarahnya memang merupakan etnis
dengan sejarah perkembangan agama Islam yang kuat.
Dengan mengkonversi presentase etnis Laporan Akhir Database Kota Binjai Tahun 2012 dengan jumlah penduduk kota Binjai dari data
BPS.
Tabel 6: Sepuluh etnis terbesar di Kota Binjai No
Nama Etnis 2010
2011 2013
1 Jawa
98,769 98,889
93 2
Melayu 31,132
31,170 29,170
3 Karo
22,466 22,493
21,050 4
Batak Simalungun 13,832
13,848 12,960
5 Batak Toba
16,637 16,658
15,589 6
Mandailing 23,141
23,169 21,683
7 Minang
15,583 15,602
14,601 8
Aceh 4,501
4,506 4,217
9 Tioghoa
17,441 17,462
16,342 10 Banten
4,653 4,659
4,360
Total 248,154
248,456 232,517
Sumber: Data Base Kota Binjai Tahun 2012, Bappeda Kota Binjai
Universitas Sumatera Utara
101 Etnis terbesar di Kota Binjai adalah Etnis Jawa yakni 92,545 yang
kemudian ikuti secara berurut adalah Melayu, Mandailing, Karo, Tionghoa, Batak Toba, Minang, Batak Simalungun, Banten dan Aceh. Banyaknya etnis
Jawa di Binjai tidak terlepas dari sejarah kuli kontak yang diterapkan semasa penjajahan Belanda di Sumatera Utara untuk membuka dan membangun
wilayah perkebunan.
7.2 Sistem Kekerabatan di Kota Binjai