Ruang Menghabiskan Waktu Penggunaan Ruang Terbuka Hijau (Studi Etnografi Tentang Urbanisme Kota Satelit di Kota Binjai)

60

4.4 Ruang Menghabiskan Waktu

Triani Ningsi, berumur 5 tahun. Tri belum bersekolah di TK, walaupun seharusnya dia sudah ada di bangku taman kanak – kanak. Tri ini adalah satu anak yang sering dibawa oleh orangtuanya untuk berjualan di sekitaran taman dan lapangan merdeka Binjai. Tri sering dibawa kesini karena orangtuanya tidak bisa meninggalkannya di rumah sendirian. Foto 8: Tri dan ibunya yang sedang berjualan di Lapangan Merdeka Binjai Kemiskinan seakan menjadi sebuah kata yang akrab di telinga bangsa Indonesia. Dahulu, selalu dikatakan bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya, makmur, dan memiliki sumber daya alam yang melimpah. Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang amat besar tidaklah salah, tetapi kekayaan sumberdaya itu tidak diseratai dengan kayanya kualitas dari sumberdaya manusianya. Universitas Sumatera Utara 61 Kemiskinan yang terjadi lebih mengacu kepada keadaan berupa kekurangan hal-hal yang berkaitan terhadap pemenuhan kebutuhan yang bersifat primer, seperti sandang, pangan dan papan. Masalah kemiskinan ini mempengaruhi banyak hal, diantaranya pengangguran, kriminalitas, dan yang tidak kalah penting kemiskinan berdampak pada perampasan hak-hak anak. Bukan hal baru lagi jika kita melihat anak-anak usia sekolah atau bahkan usia prasekolah harus berjuang hidup di jalan-jalan lalu lintas. Tidak jarang diantara anak-anak tersebut terpaksa putus sekolah. Semua itu mereka lakukan atas alasan ekonomi, demi membantu orang tua mereka. Hal ini sangatlah memprihatinkan, karena kemiskinan yang menimpa anak-anak akan menyebabkan kerusakan jangka panjang terhadap perkembangan anak- anak itu sendiri. “Sebenarnya kasihan bawa dia kesini tapi mau gimana lagi daripada ditinggal di rumah sendiri. Kadang apalagi kalau dia ngantuk, dia tidur di kursi – kursi itu. Tapi kalau udah agak sore banyak anak – anak datang main jadi dia mulai senang. Saya cari nafkah disini tidak mugkin tidak kesini, panas – panasan disini. Tri juga tidak terlalu senang karena bosan disini tiap hari, ngga ada kawan – kawannya juga disini. Kami tinggal di tanjung rejo jauh dari sini gada anak – anak yang di kenalnya.” Orangtua Tri, 48 Tahun Lahir dan hidup menjadi miskin pasti bukan mimpi siapapun. Namun, pada kenyataannya status miskin hampir disandang oleh setengah penduduk Indonesia. Kebutuhan yang semakin banyak, harga-harga yang semakin melambung tinggi serta sulitnya mendapat pekerjaan dan upah yang Universitas Sumatera Utara 62 tidak sesuai dengan pekerjaan menjelma menjadi permasalahan utama yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi yang sulit khususnya bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk berkembang dikarenakan tidak adanya dukungan keahlian. Ironisnya tidak hanya orang dewasa yang merasakan dampak dari kemiskinan ini, anak-anak pun ikut merasakan dampak minimnya dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar di keluarga mereka. “sebenarnya mau masukin ke sekolah TK tapi belum ada duit. Terus kalo sekolah pasti butuh antar jemput, belum lagi jualan. Ah, repot pokoknya lah, inilah kalo hidup susah. Orang – orang bawa anak – anaknya kesini untuk bermain, ibu bawa anak untuk jualan.” Orangtua Tri, 48 Tahun Kemiskinan yang terjadi di kota Binjai mengarah kepada kesulitan masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan primer mereka, dan juga kesulitan mereka dalam mendapatkan kehidupan yang layak. Kemiskinan yang terjadi di kota Binjai tidak hanya memberikan dampak negatif pada orang dewasa saja, tapi juga anak-anak. Dampak yang terjadi pada anak justru lebih berbahaya daripada yang timbul pada orang tua, karena pada anak dampak tersebut menyebabkan kerusakan jangka panjang. Hak mereka untuk memperoleh pendidikan dan masa kecil yang bahagia, berkualitas dan layak. Universitas Sumatera Utara 63 Foto 9: Tri dan ibunya yang sedang berjualan Di Lapangan Merdeka Binjai Kemiskinan yang membelit keluarga mereka membuat peran mereka dalam keluargapun bergeser, karena mereka menjadi ikut berperan dalam memenuhi nafkah keluarga. Fenomena anak-anak usia dini yang bekerja di kota Binjai juga berpengaruh pada jumlah anak-anak yang putus sekolah. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari keluarga miskin tidak mampu membiayai anak-anak mereka untuk sekolah, sehingga mereka terpaksa putus sekolah untuk bekerja dan dengan berbagai alasan. Walupun tidak sepenuhnya berpengaruh, kemiskinan juga dapat menyebabkan terlambatnya pertumbuhan fisik dan kemungkinan juga mengalami penyalahgunaan fisik akibat tekanan yang dilakukan oleh orang tuanya atau pihak-pihak lain yang memang sengaja ingin menyalahgunakan mereka. Kerasnya hidup yang harus mereka jalani menyebabkan mereka dituntut untuk dewasa sebelum waktunya. Dampak negatif pada pertumbuhan fisiknya juga berkaitan dengan kemiskinan yang mereka derita. Universitas Sumatera Utara 64 Salah satu masalah yang paling sering menimpa anak-anak dalam keluarga miskin adalah kekurangan gizi dan hal ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan mereka. Bahkan tidak jarang kekurangan gizi ini beujung pada kematian. Beban yang begitu besar diberikan pada mereka dalam usia yang masih sangat muda juga sangat berpengaruh pada kondisi psikologi mereka. Terkadang masalah tersebut membuat mereka menjadi rendah diri dalam bergaul di lingkungan sosial mereka. Hal tersebut dikarenakan waktu yang mereka miliki untuk bermain dan bersosialisasi dengan anak seusia merekapun berkurang karena kewajiban baru yang mereka miliki, yaitu mencari nafkah. Kemiskinan yang melanda orang tua mereka akan berpengaruh besar pada kehidupan anak-anak, dan hak-hak mereka menjadi terampas. Mereka yang seharusnya mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak serta masa kecil yang bahagia, terpaksa harus berkorban demi satu alasan, yaitu ekonomi. Universitas Sumatera Utara 65 BAB V DISFUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI

5.1 Mata Pencaharian Warga Kota Binjai