Memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Fasilitas Kota Melanggar Aturan di Ruang Terbuka Hijau

87 Konsumerisme adalah gaya hidup yang sudah menjadi trend masyarakat perkotaan. Alasan utama mereka melakukan hal itu adalah mereka yang selalu mengikuti perkembangan mode salah satu contohnya, atau mereka yang beralasan hanya karena malas. Membelanjakan uang mereka secara berlebihan dan tidak difikirkan agar bisa dibelanjakan kesesuatu yang lebih dibutuhkan. Diperkotaan bisa dikatakan pertukaran uang sangat cepat, karena segala macam benda bisa kita beli tanpa membuat sendiri yang memakan waktu lama, berbeda dipedesaan uang seratus ribu mungkin bisa digunakan selama satu minggu. Itu karena dipedesaan masih banyak orang yang memasak sendiri, masih jarang ditemukan pusat-pusat perbelanjaan yang akhirnya mereka tidak ikut-ikutan gaya hidup orang barat yaitu konsumerisme.

6.2.1 Memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Fasilitas Kota

Warga kota yang memiliki kebutuhan yang bersifat heterogen mendorong pemerintah menciptakan alat – alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Fasilitas – fasilitas di kota diciptakan oleh pemerintah agar dapat dimanfaatkan oleh warga kota tersebut. Dalam memanfaatkan fasilitas – fasilitas kota seperti taman kota warga kota memiliki banyak pertimpangan. Misalnya, perbedaan kebutuhan yang menyebabkan munculnya berbagai alasan memanfaatkan fasilitas – fasilitas kota. Universitas Sumatera Utara 88 “Ini dibuat untuk orang – orang Binjai jadi harus kita gunakan. Sebagai warga yang baik kita tetap harus pelihara tempat ini. Walaupun ada petugas kebersihan tapi kita pengunjung tetap wajib menjaga kebersihan dan ketentraman di lapangan olahraga ini. Jadi walaupun hanya pengunjung kita tetap harus memanfaatkan sekaligus menjaga lapangan dan taman – taman ini.” H. Said, 67 Tahun Pada kenyataanya terjadi berbagai karateristik yang dimiliki warga kota Binjai dalam menggunakan ruang terbuka hijau. Kesadaran warga kota Binjai untuk menjaga dan menggunakan ruang terbuka hijau tidak terlepas dari pengetahuan warga kota tentang pentingnya dan manfaat ruang terbuka hijau. “Ini kan milik pemerintah jadi tugas pemerintahlah untuk menjaga semua di sini. Kita pengunjung ini gunakan aja sepuas – puasnya. Urusan kerusakan, kebersihan itu biar pemerintah yang urus. Ada kan petugas yang di tunjuk pemerintah untuk mengurus.” Thomas Pinem, 57 Tahun

6.2.2 Melanggar Aturan di Ruang Terbuka Hijau

Pelanggaran terhadap aturan – aturan yang telah dibuat merupakan kebiasan – kebiasan yang sangat sering terjadi di Indonesia. Dalam pengguna ruang terbuka hijau, pada kenyataanya terjadi banyak pelanggaran – pelanggaran. Meskipun telah ditetapkan peraturan – peraturan oleh pemerintah guna memperbaiki situasi namun warga kota tetap melakukan tindakan – tindakan diluar aturan yang telah ditetapkan. Universitas Sumatera Utara 89 “iya pernah beberapa kali di razia, terus dilakukan pembinaan. Tapi itulah yang kayak ku bilang, ini tempat cari makan. Dia pun cumin bina aja ngga bisa juga kasih kerjaan kita – kita ini.” Ary Pelawi, 27 Tahun “disinikan dilarang jualan tapi orang – orang banyak jadi pas buat jualan. Pedagang disini tahu ada aturan gak boleh jualan tapi mau bagaimana lagi.” Ratih, 48 Tahun Pada hakikatnya upaya – upaya yang dilakukan warga kota untuk melanggar aturan – aturan yang telah dibuat dipengaruhi oleh banyak factor. Factor – factor tersebut bisa datang diri sendiri dan dari luar lingkungan itu sendiri. Pelanggaran terhadap aturan – aturan terbut tentu berdampak buruk terhadap pemanfaatan ruang terbuka hijau. Pelanggaran – pelanggaran tersebut juga mempengaruhi kondisi dan kelstarian ruang terbuka hijau serta kemaksimalan penggunaan ruang terbuka hijau tersebut. Indonesia merupakan negara hukum yang sudah terkandung dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 3. Sebagai warga negara yang tinggal di negara hukum seharusnya melanggar hukum adalah hal yang tidak mungkin dilakukan, namum pada kenyataanyan tidak demikian. Setiap orang punya alasan tersendiri karena telah melanggar hukum. 1. Tidak Tahu Alasan yang paling umum kenapa seseorang melanggar hukum adalah dengan alasan tidak tahu ada aturan hukum. Alasan ini sebenarnya Universitas Sumatera Utara 90 alasan klasik, karena setiap tindakan manusia ada aturan yang mengaturnya, apalagi jika negara sudah menyatakan dirinya negara hukum. Alasan ini tidak membebaskan seseorang dari sanksi hukum. 2. Tidak Mau Tahu Banyak orang tahu aturan hukum ketika melakukan suatu tindakan atau perbuatan, tetapi aturan itu dilanggar dan diabaikan. Biasanya orang seperti ini merasa hukum telah menjadi penghabat bagi pencapaian keinginannya. Sepanjang tidak ada yang mengusik atau merasa aman-aman saja, ia akan terus melakukannya dan ia baru berhenti saat perbuatannya ada yang melaporkannya, atau tertangkap petugas hukum dan diproses secara hukum. Tindakan orang serupa ini tergolong perbuatan melanggar hukum yang mendasar karena ada unsur kesengajaan. 3. Terpaksa Kebanyakan orang memberikan alasan mengapa ia melanggar hukum karena terpaksa. Orang itu merasa tidak ada pilihan lain, ia terpaksa melakukannya bisa jadi karena kondisi ekonomi, sosial atau dilakukan atas perintah atasan, atau pun karena diancam. Alasan terpaksa terkadang hanya merupakan alibi, sebab keadaan terpaksa dalam hukum itu ada ukuran dan nilainya. 4. Tidak Mampu Mengendalikan Diri Universitas Sumatera Utara 91 Sabar adalah sebagian dari iman. Tetapi seseorang melanggar hukum karena tidak sabar, sehingga tidak mampu mengendalikan dirinya, dan emosinyalah yang meledak. Biasanya perbuatan melanggar hukum pada orang seperti ini, oranganya tidak berpikir panjang dan tidak memikirkan akibat hukum dari perbuatan atau tindakannya. Bagi orang serupa ini, urusan hukum belakangan yang terpenting baginya ia harus puaskan dan salurkan emosinya terlebih dahulu. 5. Niat Jahat Tuntutan hidup atau pencapaian target atau untuk meraih sebuah kesempatan, sehingga banyak orang mencari jalan bagaimana ia bisa mencapainya. Orang seperti ini biasanya, akan melakukan perbuatan melanggar hukum ketika ada yang menjadi hambatan bagi dia untuk mencapai tujuannya. Mencari celah-celah hukum yang bisa dimanfaatkan biasa menjadi “harta karun” bagi orang seperti ini. Kemudian ada juga, orang seperti ini tidak segan melakukan tindakan untuk menganiaya seseorang yang tidak ia sukai atau ia pandang sebagai ancaman bagi dirinya. 6. Sudah Terbiasa Orang yang sudah biasa melanggar hukum bukan lagi hal yang aneh dan merepotkan bagi untuk kembali melakukan pelanggaran hukum. Meskipun sudah pernah mendapat ganjaran, tetapi ganjaran yang pernah ia terima itu bukannya membuat dia sadar, melainkan ia makin paham dan mahir untuk melakukan pelanggaran hukum lagi. Orang seperti ini sudah Universitas Sumatera Utara 92 memperhitungkan akibat yang akan diterima apabila ia melanggar hukum dan perbuatan itu dilakukannya dengan penuh kesadaran. Pelanggaran hukum ini bobotnya lebih berat. 7. Karena Ada Kesempatan Pada prinsipnya manusia terlahir baik dan nilai-nilai kebaikan itu ada dalam diri setiap manusia. Dan manusia pada umumnya cenderung berbuat baik atau melakukan yang baik-baik. Tetapi karena ada kesempatan atau peluang, ia pun melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum. Pelanggaran hukum dengan alasan adanya kesempatan, cenderung datang tiba-tiba ketika melihat objeknya. 8. Membela Diri Alasan melanggar hukum dengan dalil membela diri merupakan alasan yang tidak kalah seringnya dijadikan seseorang untuk menghalalkan perbuatannya. Hukum sendiri sebenarnya memberikan tempat khusus bagi orang yang melanggar hukum karena alasan membela diri, dan bila alasan membela diri itu bisa dibuktikan dan sesuai dengan ukuran timbangnya yang diberikan hukum, orang tersebut ada kemungkinan terbebas dari ancaman hukuman. Universitas Sumatera Utara 93 9. Memilih Ketentuan Hukum Yang Menguntungkan Karena ada banyak sistem hukum yang belaku, maka seseorang memilih salah satu ketentuan dari sistem hukum yang ada. Misalnya dengan hukum agama, seorang laki-laki boleh punya istri dari satu, tetapi hukum negara tidak mempolehkannya, kecuali ada alasan yang sah. Maka orang tersebut tetap meneruskan niatnya kimpoi lagi, dan ia dengan sadar melanggar hukum negara. 10. Tidak Setuju Dengan Ketentuan Hukum Alasan ini jarang terjadi, tetapi bila diselidiki mungkin pernah terjadi. Alasan melanggar hukum dalam konteks ini lebih merupakan berkatan dengan prinsip yang dianut seseorang. Tetapi ia tidak dapat dijadikan alasan pembenar, karena setiap aturan hukum yang dibentuk tidak bisa memuaskan setiap orang. Artinya jika suatu hukum sudah dibuat dan disepakati oleh lembaga yang sah dan berwenang, maka setiap orang harus mematuhinya. 11. Tergoda Tidak sedikit orang yang melakukan perbuatan melanggar hukum karena tergoda akan sesuatu yang menguntungkan dirinya, padahal dia tahu betul perbuatan yang akan dilakukannya melanggar hukum. Perbuatan melanggar hukum dengan alasan tergoda ini bisa berkombinasi dengan alasan-alasan yang lain. Universitas Sumatera Utara 94 12. Merasa Selalu Benar Tidak jarang juga orang melanggarkan hukum karena merasa dirinya yang paling dan ia menganggap dirinya mengerti benar dengan hukum. Orang ini seringkali mengabaikan nasehat orang lain dan selalu mencarikan alasan-alasan bagi pembenaran perbuatannya, meskipun kepadanya telah ditunjukkan ada aturan lain dari aturan hukum yang dipahaminya. 13. Punya Backing Kecenderungan untuk melakukan perbuatan melanggar hukum dan biasanya dilakukan dengan sadar atau orang itu tidak berpikir panjang mengenai akibat dari perbuatannya, ketika orang itu mempunyai dekingan atau yang akan diandalkan untuk menyelematkannya dari proses hukum. Bagi orang ini lakukan saja perbuatan melanggar hukum itu dan nikmati, “nanti juga beres”, itu yang ditanamkan dalam dirinya. Atau ia punya uang, sehingga pelanggaran hukum yang dilakukannya dipikirnya bisa selesai. “ini kan punya pemerintah. Kami juga kan kewajiban pemerintah jadi gak ada masalah sebenarnya. Cuman dilarang – larang dianggap merusak. Kami juga terpaksa disini, memang siapa yang mau disini.” Iwan “Inilah negeri kita ini. Aturan dibuat untuk dilanggar. Upaya yang dibuat pemerintah untuk memperbaiki dianggap serangan oleh masyarakat. Kadang saya pikir orang kota ini lebih parah dari pada orang – orang di desa.” Leonardo, SE, 42 Tahun Universitas Sumatera Utara 95

6.2.3 Menciptakan Strategi Menghadapi Tantangan