Penatalaksanaan Diabetes Melitus Komplikasi Diabetes Melitus

2.2.6. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Menurut Price tahun 2012 penatalaksanaan DM didasarkan pada :  Rencana diet Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi :karbohidrat 60-70 , Protein 10-15 , dan lemak 20-25. Jumlah kandungan kolestrol disarankan kurang dari 300 mghari. Diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA =Mono Unsaturated Fatty Acid dan membatasi asam lemak jenuh . Jumlah kandungan serat yang disarankan lebih kurang 25 gram perhari , diutamakan serat larut Rani, 2009.  Latihan fisik Latihan fisik mempermudah transport glukosa kedalam sel dan meningkatkan kepekaan terhadap insulin Price, 2012. Prinsip jasmani pada diabetes persis sama dengan prinsip latihan jasmani secara umum yang memenuhi beberapa hal seperti : frekuensi, intensitas, durasi dan jenis latihan jasmani. Latihan jasmani yang dipilih sebaiknya yang disenangi serta memungkinkan untuk dilakukan dan hendaknya melibatkan otot-otot besar Yunir, 2009. Latihan jasmani yang teratur kira-kira 3-4 kali semingggu dengan durasi 30 menit Rani, 2009.  Farmakoterapi Bila terapi diet dan latihan fisik tidak dapat mengontrol kadar gula darah maka peran dari obat anti hiperglikemi oral memiliki peranan yang penting. Terdapat tiga kelas besar obat anti diabetes oral yaitu : pemicu sekresi insulin yaitu : sulfonilurea Tolbutamit, glibenklamid, glipizid, gliklazid, glimipirid dan glinid nateglinid, repaglinid. a. Penambah sensitivitas terhadap insulin : Biguanid Medformin b. Penghambat absorbsi glukosa atau penghambat glukosidase alfa contohnya : acarbose Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara c. Insulin : indikasi pemberian insulin adalah penurunan berat badan yang cepat, hiperglikemia yang berat, ketoasidosis diabetik, gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat Rani, 2009.

2.2.7. Komplikasi Diabetes Melitus

A. Akut  Ketoasidosis diabetik Ketoasidosis diabetik adalah keadaan kompensasi –metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemi, asidosis, dan ketosis. KAD disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. Pada KAD juga biasanya didapati dehidrasi berat dan bahkan dapat menyebabkan syok Soewondo, 2009.  Hiperosmolar non ketotik Hiperosmolar non ketotik merupakan komplikasi akut yang emergensi pada diabetes melitus. HHNK ditandai oleh hiperglikemia hiperosmolar tanpa disertai adanya ketosis soewondo, 2009.  Hipoglikemi Hipoglikemi merupakan keadaan emergensi dari komplikasi akut diabetes melitus akibat dari hipoglikemi dapat terjadi disfungsi sistem saraf gangguan kognisi dan koma.hal ini karena jaringan saraf dan otak sangat ketergantungan pada asupan glukosa yang kontinu Soemaji, 2009. B. Kronik  Makroangiopati Makroangiopati merupakan proses aterosklerosis yang menyerang makrovaskular yang dapat mengenai organ-organ vital seperti jantung dan otak .Penyebab aterosklerosis pada pasien DM bersifat multifaktorial , melibatkan interaksi kompleks dari berbagai keadaan seperti hiperglikemi, hiperlipidemia, stress oksidatif dan perubahan-perubahan dalam proses koagulasi dan fibrinolisis Shahab, 2009. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara  Mikroangiopati Mikroangiopati merupakan proses aterosklerosis pada mikrovaskular. Organ-organ yang dapat diserang adalah retina dan ginjal. Komplikasi kronik lainnya pada diabetes adalah neuropati, rentan infeksi dan disfungsi ereksi Pandelaki, 2009. Diabetes melitus yang menahun dapat menyebabkan perubahan kuantitas dan kualitas struktur jaringan ikat interstisial meliputi tulang, sendi, kulit, dan jaringan periartikular. Berbagai kelainan musculoskeletal reumatik yaitu reumatik artikular dan ekstra artikular sering menyertai DM. Kelainan reumatik artikular yang sering menyertai DM adalah osteoarthritis, artritis gout, osteopenia, hyperostosis, osteolitik diabetik, sendi neuropatik. Sedangkan reumatik ekstra artikular adalah frozen shoulder, keterbatasan lingkup gerak sendi, tenosinovitis, sindroma terowongan karpal dan tendinitis Purnomo, 2002. Menurut Setiawan, 2006 Gangguan muskuloskeletal yang muncul pada populasi diabetes diantaranya adalah osteoartritis terutama pada lutut,pzmggul dan tulang belakang: osteoporosis: osteolisis lutut dan panggul; pseudogout; gout; bursitis; sendi charcot; diabetic hand syndrome, frozen shoulder dan kontraktur dupuytren. Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang menduduki rangking pertama penyebab nyeri dan disabilitas ketidakmampuan pada lansia. Osteoartritis OA merupakan penyakit sendi yang ditandai dengan menipisnya rawan sendi secara progresif, disertai dengan pembentukan tulang baru pada trabekula subkondral dan terbentuknya rawan sendi dan tulang baru pada tepi sendi osteofit. Secara histopatologik proses OA ditandai dengan menipisnya rawan sendi disertai pertumbuhan dan remodeling tulang disekitarnya bony overgrowth diikuti dengan atrofi dan destruksi tulang disekitatnya. Diabetes melitus akan menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi kronik jika dibiarkan tidak dikelola dengan baik, baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat kejadian kelainan mikrovaskular pembuluh darah subkondral antara lain: hiperglikemia lamanya dan kendalinya, tekanan darahnya, kegemukan, jenis kelamin, dan umur. Peningkatan stress oksidatif akan menyebabkan terjadinya peningkatan proses glikasi protein yang kemudian berlanjut dengan meningkatnya produk Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara glikasi lanjut. Peningkatan stress oksidatif pada glirannya akan menyebabkan pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sel endotel pembuluh darah yaitu dengan terjadinya peroksidasi membrane lipid, aktivasi faktor transkripsi NF-kB, Peningkatan oksidasi LDL dan kemudian juga pembentukan produk glikasi lanjut . Berbagai jalur biokimiawi tersebut pada akhirnya menyebakan terjadinya disfungsi endotel, mengganggu dan mengubah sifat berbagai protein penting dan kemudian akan memacu terbentuknya sitokin pro inflamasi serta faktor pertumbuhan seperti Transforming growth factor –beta, vascular endothelial growth factor, insuline like growth factor 1, basic fibroblast growth factor. Salah satu sitokin proinflamasi kuat yang mampu menginduksi kondrosit dan sel-sel sinovial untuk mensintesis MMP adalah interleukin-1. IL-1 menekan sintesis kolagen tipe-III dan proteoglikan, dan menghambat transformasi faktor-bata pertumbuhan yang distimulasi proliferasi kondrosit.selain itu IL-1 juga mendorong produksi nitrit oxideNO dimana efek NO terhadap kondrosit meliputi : inhibisi produksi kolagen, dan proteoglikan, aktivasi metalloproteinase, meningkatkan kepekaan trauma oksidasi lainH 2 O 2 . Menurunkan ekspresi IL-1 reseptor antagonis. Inhibisi polimerasi aktin dan sinyal IL-1 integrin, apoptosis. IL-1 bukan hanya secara aktif meningkatkan degradasi kartilago, tetapi juga menekan upaya-upaya perbaikan. Faktor-faktor pertumbuhan secara lokal diproduksi di kartilago dan sinovium, serta kemungkinan besarberkontribusi pada remodeling kartilago lokal dengan menstimulasi sintesis kolagen dan proteoglikan dari awal. Transformasi Growth Factor-betaTGF-beta memberi ciri terbaik, dan paling manjur untuk pertumbuhan kondrosit. Bukan hanya TGF-beta menstimulasi sintesis matrix mulai dari awal, tetapi juga menetralkan degradasi kartilago, dengan menurunkan pengaturan ekspresi reseptor IL-1 dengan meningkatkan pelepasan antagonis reseptor IL-1 dan ekspresi TIMP. Timbulnya remodeling yang mendorong terbentuknya osteofit, yang disertai adanya degenerasi kartilago merupakan tanda- tanda terbentuknya osteoartritis pada sendi. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2.3. Osteoartrititis 2.3.1. Definisi Osteoartritis