Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Teknik Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Pembahasan

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional potong lintang, dengan tujuan untuk melihat prevalensi gangguan OA pada pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – September 2015 bertempat di Poli Penyakit Dalam Divisi Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosis DM dan mengalami gangguan OA di RSUP Haji Adam Malik Medan periode1 Januari 2014 - 31 Desember 2014. 4.3.2.Sampel Penelitian Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Kriteria inklusi : Seluruh pasien DM yang menderita OA yang berobat di RSUP Haji Adam Malik Medan periode1 Januari 2014-31 Desember 2014 yang memenuhi kriteria: Pasien melakukan kunjungan ke poli penyakit dalam untuk evaluasi penyakit dan keadaan klinis. Kriteria eksklusi : Pasien DM yang menderita OA yang data rekam medik tidak lengkap

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang didapat dari rekam medik pasien DM yang menderita OA yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014 dimana data yang diperlukan dalam penelitian akan dicatat dan diuraikan berdasarkan kebutuhan peneliti. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang telah dikumpulkan akan dicatat, diperiksa, dan dikelompokkan kemudian diolah menjadi data statistika berupa table distribusi dan grafik sesuai tujuan penelitian dengan menggunakan program komputer SPSS. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No.17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 355MenkesSKVII1990. RSUP HAM Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan sebagian wilayah Nanggroe Aceh Darussalam NAD sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502MenkesIX1991 pada tanggal 6 September 1991, RSUP HAM Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan meneliti data-data yang diambil dari rekam medis pasien diabetes melitus tipe 2 dengan osteoartritis pada pasien rawat jalan di Poliklinik Endokrin RSUP HAM Medan dari Bulan Januari 2014 hingga Desember 2014. Pada penelitian ini didapati kasus sebanyak 102 pasien, namun yang memenuhi kriteria sebanyak 89 sampel kasus. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 5.1.3. Profil Pasien Diabetes Melitus dengan Osteoartritis 5.1.3.1. Distribusi Proporsi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Menderita Osteoartritis Berdasarkan Sosiodemografi Jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan Tabel 5.1. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 39 43,8 Perempuan 50 56,2 Total 89 100 Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar subjek penelitian pasien DM tipe 2 dengan OA adalah perempuan, yaitu berjumlah 50 orang 56,2 dan berjenis kelamin laki-laki berjumlah 39 orang 43,8. Tabel 5.2. Distribusi frekuensi berdasarkan umur. Usia tahun Jumlah orang Persentase 30-39 1 1,1 40-49 6 6,7 50-59 35 39,3 60 47 52,8 Total 89 100 Berdasarkan tabel diatas, pasien DM tipe 2 dengan OA yang dirawat jalan tertinggi terdapat pada kelompok umur lebih dari 60 tahun yaitu berjumlah 47 52,8, Sedangkan kelompok umur termuda pada pasien DM tipe 2 dengan OA terdapat pada golongan umur 30-39 tahun yaitu dengan jumlah 1 orang 1,1. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat pendidikan Jumlah orang Persentase SD 7 7,9 SMP 15 16,9 SMA 45 50,5 Perguruan Tinggi 22 24,7 Total 89 100 Berdasarkan tabel diatas, pasien yang memiliki tingkat pendidikan SLTA dan sederajat merupakan kelompok terbanyak yaitu berjumlah 45 orang 50,5, sedangkan pasien yang tingkat pendidikan SD dan sederajat merupakan kelompok terkecil berjumlah 7 orang 7,9. Tabel 5.4. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan Pekerjaaan Jumlah orang Persentase IRT 17 19,1 Pensiunan 30 33,7 Petani 2 2,2 PNS 23 25,8 Wiraswasta 17 19,1 Total 89 100 Berdasarkan tabel diatas pasien DM tipe 2 dengan OA paling banyak diderita oleh kelompok pensiunan yaitu berjumlah 30 orang 33,7 dan yang paling sedikit diderita oleh kelompok petani yaitu berjumlah 2 orang 2,2. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 5.1.3.2.Distribusi Proporsi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Menderita Osteoartritis Berdasarkan Komplikasi. Tabel 5.5. Distribusi frekuensi berdasarkan komplikasi. Komplikasi Jumlah orang Persentase CAD 17 19,1 CKD 18 20,2 CVA 3 3,4 Neuropati 25 28,1 Retinopati 22 24,7 Ulkus diabetes 4 4,5 Total 89 100 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa paling banyak pasien DM tipe 2 yang menderita OA mengalami komplikasi Neuropati yaitu berjumlah 25 orang 28,1 dan yang paling sedikit mengalami komplikasi CVA cerebrovascular accident yaitu berjumlah 3 orang 3,4. 5.1.3.3. Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan OA Berdasarkan Pemeriksaan Foto Sendi Radiologi. Tabel 5.6. Distribusi frekuensi berdasarkan pemeriksaan foto sendi Radiologi Pemeriksaan Radiologi Jumlah Orang Persentase Normal 10 11,2 Grade I 27 30,3 Grade II 40 44,9 Grade III 12 13,5 Total 89 100 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel diatas, pasien DM tipe 2 dengan OA terbanyak menderita OA grade II yaitu sebanyak 40 orang 44,9, sedangkan grade OA paling sedikit terdapat pada kelompok yang pemeriksaan foto sendinya normal yaitu 10 oraang 11,2.

5.1.3.4. Analisis Deskriptif Pemeriksaan IMT dan HbA1C Pada Pasien DM tipe 2 dengan OA

Tabel 5.7. Analisis deskriptif pemeriksaan IMT dan HbA1C Pemeriksaan Nilai minimum Nilai maximum Range Mode Mean Median Standar deviasi IMT Kg M² 17,5 34,9 17,4 25,1 25,36 25,40 3,22 HbA1C 5,2 16,4 11,2 8,1 9,09 8,90 1,98 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai minimum untuk pemeriksaan IMT adalah 17 Kg M² sedangkan nilai maximumnya adalah 34,9 KgM² dan nilai rata-rata dari pemeriksaan IMT yaitu 25,36 KgM². Pada tabel kita lihat juga bahwa nilai minimum untuk hasil pemeriksaan HbA1C adalah 5,2 sedangkan nilai maximumnya 16,4 dan nilai rata-rata dari pemeriksaan HbA1C tersebut adalah 9,09 . Jika data dari pemeriksaan IMT dan pemeriksaan HbA1C dikelompokkan menjadi suatu data kategorik, maka hasilnya dapat kita lihat pada tabel dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8. Distribusi frekuensi berdasarkan IMT IMT Jumlah orang Persentase Kurang 1 1,1 Normal 17 19,1 Overweight 17 19,1 Obese grade I 49 55,1 Obese grade II 5 5,6 Total 89 100 Berdasarkan tabel diatas, pasien DM tipe 2 dengan OA paling banyak terdapat pada kelompok penderita dengan IMT obese grade I yaitu berjumlah 49 orang 55,1. Sedangkan kelompok paling sedikit diderita oleh pasien dengan IMT kurang yaitu 1 orang 1,1 . Tabel 5.9. Distribusi frekuensi berdasarkan HbA1C HbA1C kategori Jumlah orang Persentase Baik 8 9,0 Sedang 21 23,6 Buruk 60 67,4 Total 89 100 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kadar HbA1C pada pasien DM tipe 2 dengan OA, terbanyak pada kelompok yang buruk tidak terkontrol yaitu sejumlah 60 orang 67,4 sedangkan paling sedikit terdapat pada kelompok yang HbA1C nya dalam kategori baik yaitu sejumlah 8 orang 9,0. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

5.2. Pembahasan

Sebagai hasil penelitian, dari 89 sampel yang diteliti, mayoritas pasien diabetes melitus tipe 2 dengan osteoartritis berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah sebanyak 50 orang 56,2. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taqwin pada tahun 2007 di Bandung, hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Heidari pada tahun 2008 di Iran yang menerangkan bahwa lebih dari 64 pasien DM yang menderita OA adalah berjenis kelamin perempuan. Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Putra pada tahun 2012 di Semarang. Hal ini karena perempuan memiliki massa lemak yang lebih banyak dari laki-laki Adebusoye, 2013. Dari segi kelompok umur, mayoritas kasus terjadi pada decade keenam, yaitu kelompok umur 60 tahun dengan jumlah 47 orang 52,8, sedangkan kelompok umur termuda pada penelitian ini berada pada kelompok umur 30-39 tahun dengan jumlah kasus 1 orang 1,1. Hasil penelitian ini sesuai dengan data National Diabetes Statistic Report oleh CDC center for disease control and prevention tahun 2014 di Amerika Serikat yaitu populasi penderita diabetes melitus tipe 2 terbesar pada kelompok umur 63 tahun. Dililhat dari segi pekerjaan, paling sering pekerjaan pasien adalah pensiunan yaitu sebanyak 30 orang 33,7, sedangkan kelompok paling sedikit adalah pasien yang ,memiliki pekerjaan bertani sebanyak 2 orang 2,2. Pada orang pensiunan aktifitas fisik menurun hal ini merupakan faktor predisposisi terjadinya diabetes melitus tipe 2 Sigal, 2013. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Bila ditinjau dari segi komplikasi, neuropati merupakan komplikasi tersering pada pasien dalam penelitian saya ini yaitu sebesar 25 orang 28,1. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di Zargar pada tahun 2009 di Srinagar, bahwa peripheral neuropati merupakan komplikasi yang tersering pada pasien diabetes melitus tipe 2. Berdasarkan indeks massa tubuh IMT, pasien pada penelitian saya ini paling banyak memiliki IMT kategori obesitas grade I dimana terdapat sebanyak 49 orang 55,1. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jiang pada tahun 2012 di China. Diperoleh bahwa proporsi tertinggi kadar HbA1C pada pasien dalam penelitian ini berada dalam kategori buruk yaitu dengan jumlah 60 orang 67,4. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang diperoleh Putra pada tahun 2012 disemarang, pada penelitian yang dilakukan oleh Putra tersebut memaparkan bahwa pasien diabetes melitus dengan gangguan muskuloskeletal paling banyak memiliki kadar HbA1C dalam kategori yang sedang 42,6. Pada penelitian tersebut dipaparkan juga bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kendali gula darah HbA1C terhadap gangguan muskuloskeletal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Astutik dkk pada tahun 2013 di Jember memaparkan bahwa tidak ada hubungan antara kendali glukosa darah dengan osteoartritis lutut pada pasien diabetes melitus yang dirawat di rumah sakit daerah di Jember. Untuk pemeriksaan foto sendi berdasarkan kriteria Kellgren Lawrance diperoleh bahwa proporsi terbanyak berdasarkan kriteria tersebut adalah kellgren lawrance grade II. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Duygu pada tahun 2012 di Turki. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah data rekam medik mengenai jenis pekerjaan kurang spesifik sehingga terdapat keterbatasan dalam menentukan distribusi proporsi pasien diabetes melitus tipe 2 dengan osteoartiris berdasarkan jenis pekerjaan. Oleh karena itu diharapkan penelitian lain dapat menilai hal serupa dengan melakukan uji dalam skala besar dan mencakup beberapa fasilitas kesehatan, baik swasta maupun umum untuk mendapatkan prevalensi pasien diabetes melitus tipe 2 dengan osteoartitis yang lebih tepat. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan