2.5 Gejala klinis
Gejala klinis Tonsilitis Kronis yaitu: 1 Sangkut menelan. Dalam penelitiaa mengenai aspek epidemiologi faringitis mendapatkan dari 63 penderita Tonsilitis
Kronis, sebanyak 41,3 diantaranya mengeluhkan sangkut menelan sebagai keluhan utama Timbo, 1998. 2 Bau mulut halitosis yang disebabkan adanya pus pada kripta
tonsil. Pada penelitian tahun 2007 di Sao Paulo Brazil, mendapatkan keluhan utama halitosis atau bau mulut pada penderita Tonsilitis Kronis didapati terdapat pada 27
penderita Dalrio, 2007. 3 Sulit menelan dan sengau pada malam hari bila tonsil membesar dan menyumbat jalan nafas Dhingra, 2008; Shnayder, 2008. 4
Pembesaran kelenjar limfe pada leher. 5 Butiran putih pada tonsil Brodsky, 2006.
2.6 Pemeriksaan
Dari pemeriksaan dapat dijumpai: 2.6.1 Tonsil dapat membesar bervariasi. Kadang-kadang tonsil dapat bertemu di
tengah.Standart untuk pemeriksaan tonsil berdasarkan pemeriksaan fisik diagnostik diklasifikasikan berdasarkan ratio tonsil terhadap orofaring dari medial ke lateral yang
diukur antara pilar anterior kanan dan kiri. T0: Tonsil terletak pada fosa tonsil, T1: 25, T2: 2550, T3:5075, T4: 75 Brodsky, 2006. Sedangkan
menurut Thane dan Cody menbagi pembesaran tonsil atas T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼
jarak pilar anterior uvula. T2: batas medial tonsil melewati ¼
jarak pilar anterior-uvula sampai ½ jarak pilar anterior-uvula. T3: batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula.
T4: batas medial tonsil melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih Cody, 1993. Penelitian yang dilakukan di Denizli Turkey dari 1.784 anak sekolah usia
Universitas Sumatera Utara
4-17 tahun didapatkan data ukuran tonsil terbanyak yakni T1: 1.119 62, T2: 507 28,4, T3: 58 3,3, T4: 2 0,1 Akcay, 2006.
2.6.2 Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada permukaan medial tonsil Dhingra, 2008
2.6.3 Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau material menyerupai keju Dhingra, 2008.
2.6.4 Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding dengan mukosa faring, merupakan tanda penting untuk menegakkan infeksi kronis pada tonsil Dhingra, 2008.
Dari hasil penelitian yang melihat hubungan antara tanda klinis dengan hasil pemeriksaan histopatologis dilaporkan bahwa tanda klinis pada Tonsilitis Kronis yang
sering muncul adalah kripta yang melebar, pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil yang mengalami perlengketan. Tanda klinis tidak harus ada seluruhnya,
minimal ada kripta yang melebar dan pembesaran kelenjar limfe submandibula Primara, 1999. Disebutkan dalam penelitian lain bahwa adanya keluhan rasa tidak
nyaman di tenggorokan, kurangnya nafsu makan, berat badan yang menurun, palpitasi mungkin dapat muncul. Bila keluhan-keluhan ini disertai dengan adanya hiperemi pada
plika anterior, pelebaran kripta tonsil dengan atau tanpa debris dan pembesaran kelenjar limfe jugulodigastrik maka diagnosa Tonsilitis Kronis dapat ditegakkan Dass, 1988.
Untuk menegakkan diagnosa penyakit Tonsilitis Kronis terutama didapatkan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik diagnostik yang didapatkan dari
penderita Kurien, 2000.
2.7 Pemeriksaan penunjang