Latar Belakang Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada tenggorokan terutama pada usia muda. Penyakit ini terjadi disebabkan peradangan pada tonsil oleh karena kegagalan atau ketidakesuaian pemberian antibiotik pada penderita Tonsilitis Akut Kurien M et al, 2003. Ketidaktepatan terapi antibiotik pada penderita Tonsilitis Akut akan merubah mikroflora pada tonsil, merubah struktur pada kripta tonsil, dan adanya infeksi virus menjadi faktor predisposisi bahkan faktor penyebab terjadinya Tonsilitis Kronis Dias EP, 2009. Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari seluruh penyakit tenggorok berulang. Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi Indonesia pada tahun 1994-1996, prevalensi Tonsilitis Kronis 4,6 tertinggi setelah Nasofaringitis Akut 3,8 Suwendo, 2001. Sedangkan penelitian di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada periode April 1997 sampai dengan Maret 1998 ditemukan 1024 pasien Tonsilitis kronik atau 6,75 dari seluruh jumlah kunjungan Undaya R,1999. Data morbiditas pada anak menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga SKRT 1995 pola penyakit anak laki-laki dan perempuan umur 5-14 tahun yang paling sering terjadi, Tonsilitis Kronis menempati urutan kelima 10,5 persen pada laki-laki, 13,7 persen pada perempuan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan, 1995. Pola penyakit THT bervariasi pada tiap-tiap Negara. Banyak faktor lingkungan dan sosial diyakini bertanggung jawab terhadap etiologi infeksi penyakit ini. Penelitian Universitas Sumatera Utara yang dilakukan di Departemen THT Islamabad-Pakistan selama 10 tahun Januari 1998- Desember 2007 dari 68.488 kunjungan pasien didapati penyakit Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai yakni sebanyak 15.067 22 penderita Awan, 2009. Sementara penelitian yang dilakukan di Malaysia pada poli THT Rumah Sakit Sarawak selama 1 tahun dijumpai 8.118 kunjungan pasien dan jumlah penderita penyakit Tonsilitis Kronis menempati urutan keempat yakni sebanyak 657 8,1 Sing, 2007. Dalam analisa tentang kekambuhan penyakit-penyakit kronis pada saluran nafas atas dilakukan penelitian terhadap total populasi lebih dari 3,5 juta jiwa populasi di Amerika Serikat mendapatkan prevalensi penderita Tonsilitis Kronis sebesar 15,91.000 penduduk Otvagin, 2007. Menurut penelitian di Rusia mengenai prevalensi dan pencegahan keluarga dengan Tonsilitis Kronis didapatkan data bahwa sebanyak 84 26,3 dari 307 ibu-ibu usia reproduktif didiagnosa Tonsilitis Kronis Khasanov et al, 2006. Hasil pemeriksaan pada anak-anak dan dewasa menunjukkan total penyakit pada Telinga Hidung dan Tenggorok berjumlah 190-230 per 1.000 penduduk dan didapati 38,4 diantaranya merupakan penderita penyakit Tonsilitis Kronis Tarasov, 1991. Pada penelitian Farokah mengenai hubungan Tonsilitis Kronis dengan prestasi belajar pada siswa kelas II Sekolah Dasar di kota Semarang didapati prevalensi penderita Tonsilitis Kronis sebesar 48,2 145301 dan dengan hasil penelitian terdapat hubungan bermakna antara Tonsilitis Kronis dan prestasi belajar siswa. Siswa dengan Tonsilitis Kronis mempunyai risiko 3,5 kali lebih besar mempunyai prestasi belajar kurang dari rata-rata kelas dibandingkan yang tidak menderita Tonsilitis Kronis Farokah, 2003. Universitas Sumatera Utara Tonsilitis Kronis menjadi lesi yang paling sering terjadi diantara semua peradangan pada faring dengan banyak kompikasi regional maupun lokal misal Otitis Media Akut, Sinusitis, Glomerulonefritis, dan Endokarditis Mogoanta et al, 2008. Informasi mengenai epidemiologi penyakit-penyakit THT di Indonesia masih sulit tersedia. Sampai saat ini belum didapatkan data yang pasti tentang gambaran penderita Tonsilitis Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan, karena itulah penulis mencoba untuk melakukan penelitian mengenai karakteristik penderita Tonsilitis Kronis di bagian THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2 Perumusan Masalah