5.1.4. Proporsi penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan keluhan utama
42.5
27.5 11.2
8.7 7.6
2.5
sangkut menelan
rasa mengganjal sulit
menelan pembesaran
kelenjar amandel
membesar dll
Gambar 5.1.5. Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan keluhan utama Pada gambar diatas proporsi keluhan utama terbanyak pada penderita
Tonsilitis Kronis adalah sangkut menelan yaitu sebanyak 34 penderita 42,5, diikuti rasa mengganjal ditenggorokan 22 penderita 27,5 dan sulit menelan
pada 9 penderita 11,2. Sebanyak 2 2,5 penderita dengan didapati data rekam medis yang kurang lengkap.
Penelitiaan case series Timbo 2008 mendapatkan dari 63 penderita Tonsilitis Kronis, sebanyak 41,3 diantaranya mengeluhkan sangkut menelan
sebagai keluhan utama. Keluhan utama sangkut menelan menjadi keluhan utama terbanyak pada
penelitian kami, hal ini kemungkinan karena kondisi sangkut menelan lebih terasa mengganggu daripada pembesaran kelenjar pada leher dan tonsil
membesar pada penderita Tonsilitis Kronis sehingga penderita datang dengan keluhan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5.1.5 Proporsi penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan ukuran tonsil
33,8
28,6 21,3
6,2 6,2
2,6 1,3
T2T2 T3T3
T1T1 T1T2
T2T3 T3T1
T4T4
Gambar 5.1.5 proporsi penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan ukuran tonsil
Dari gambar diatas ukuran tonsil penderita Tonsilitis Kronis terbanyak adalah T2T2 yakni sebanyak 27 33,8, dan ukuran tonsil T3T3 sebanyak 23
28,6. Didapatkan ukuran tonsil T4T4 hanya pada 1 1,3. Penelitian cross sectional Nikhlagh 2009 dari 812 penderita yang
mendapatkan tindakan tonsilektomi, sebanyak 341 42 dengan ukuran tonsil T3, sebanyak 308 38 ukuran T4, sebanyak 130 16 ukuran T2, dan
sebanyak 33 4 ukuran T1. Penelitan cross sectional Kargoshaie 2009 mendapatkan dari 320 anak sekolah didapatkan ukuran tonsil terbanyak adalah
T1 sebanyak 53,4, T2 sebanyak 29,7, T3 sebanyak 8,8 , T0 sebanyak 1,9 dan T4 sebanyak 1,6.
Penelitian case control Alcantara et al 2007 dari 100 penderita yang dilakukan tindakan tonsilektomi, sebanyak 42 memiliki ukuran tonsil T3, 38
ukuran tonsil T4, 14 ukuran tonsil T2 dan sebanyak 6 penderita memiliki ukuran tonsil T1.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian cross sectional Farokah 2007 dari 145 siswa yang menderita Tonsilitis Kronis, sebanyak 83 mempunyai ukuran tonsil T1 dan T2 sementara
62 siswa mempunyai ukuran tonsil T3 dan tidak ditemukan ukuran tonsil T4. Penelitian case control Lam 2006 mendapatkan dari 451 anak usia 1-15
tahun normal didapatkan sebanyak 222 49,2 dengan ukuran tonsil T2, sebanyak 114 25,3 anak dengan ukuran tonsil T1, sebanyak 93 20,6 anak
dengan ukuran tonsil T3 dan sebanyak 22 4,9 anak dengan ukuran tonsil T4. Penelitian Akcay 2002 dari 1.784 anak usia sekolah didapatkan ukuran
tonsil terbanyak adalah T1 sebanyak 1.119 62,7, T2 sebanyak 507 28,4, T3 sebanyak 58 3,3, dan T4 sebanyak 2 0,1.
5.1.6 Proporsi Penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan penatalaksanaan
83,8 16,2
Medikamentosa Operasi
Gambar 5.1.6 Penatalaksanaan penderita Tonsilitis Kronis Dari gambar diatas penatalaksanaan pada penderita Tonsilitis Kronis
yang terbanyak adalah dengan medikamentosa sebesar 67 83,8, sedangkan penatalaksanaan Tonsilitis Kronis dengan medikamentosa sebesar 13 16,2.
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia, data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi belum ada. Data yang didapatkan dari RS Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun
terakhir 1999-2003 menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsilektomi. Fenomena ini juga terlihat pada jumlah operasi
tonsiloadenoidektomi dengan puncak kenaikan pada tahun kedua 275 kasus dan terus menurun sampai tahun 2003 152 kasus. Sedangkan data dari rumah
sakit Fatmawati dalam 3 tahun terakhir 2002-2004 menunjukkan kecenderungan kenaikan jumlah operasi tonsilektomi Hermani, 2004.
Pada awal tahun 1960 dan 1970-an, telah dilakukan 1 sampai 2 juta tonsilektomi, adenoidektomi atau gabungan keduanya setiap tahunnya di
Amerika Serikat Younis, 2002. Angka ini menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu dimana pada tahun 1996, diperkirakan 287.000 anak-anak di bawah 15
tahun menjalani tonsilektomi, dengan atau tanpa adenoidektomi. Dari jumlah ini, 248.000 anak 86,4 menjalani tonsiloadenoidektomi dan 39.000 lainnya
13,6 menjalani tonsilektomi saja. Tren serupa juga ditemukan di Skotlandia. Sedangkan pada orang dewasa berusia 16 tahun atau lebih, angka tonsilektomi
meningkat dari 72 per 100.000 pada tahun 1990 2.919 operasi menjadi 78 per 100.000 pada tahun 1996 3.200 operasi Paradise, 2002.
Burton 2004 melaporkan dalam Cochran review bahwa efektifitas tonsilektomi belum dievaluasi secara formal. Tidak ada bukti ilmiah randomized
controlled trials untuk panduan klinis dalam memformulasikan indikasi bedah untuk anak dan dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Adenotonsilektomi secara umum merupakan tindakan yang aman, namun dilaporkan bahwa angka kematian tindakan ini adalah 116.000. Laporan di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa angka tindakan tonsilektomi per tahun adalah 500.000, dengan menghindari tindakan tonsilektomi dapat diasumsikan
bahwa 31,5 jiwa per tahun dapat diselamatkan Sclafani, 1998. 5.1.7 Proporsi penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan sumber pendanaan
42,5
33,8 20,0
JAMKESMAS Pribadi
ASKES
Gambar 5.1.7 Sumber pendanaan penderita Tonsilitis Kronis Dari gambar diatas sumber pendanaan penderita Tonsilitis yang
terbanyak adalah dengan menggunakan sumber pendanaan jamkesmas 31 38,7, diikuti oleh sumber pendanaan pribadi 25 31,3, dan sumber
pendanaan Askes 24 30,0. Penderita yang mengunakan sumber pembiayaan Jamkesmas secara
umum berada pada strata sosial ekonomi yang rendah dibanding dengan penderita dengan sumber pembiayaan Askes dan pribadi.
Junior 2008 menyebutkan bahwa kurangnya sanitasi, nutrisi dan penanganan medis meningkatkan penyakit infeksi pada saluran nafas atas.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Analisis Bivariat