Saran Dasar Hukum Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota

B. Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka dengan ini penulis menyarankan kepada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dan Pemerintah Kota Medan, antara lain 1. Dengan adanya pengaturan IMB di Kota Medan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan perlu diupayakan penegakan hukum terhadap bangunan yang tidak memiliki IMB, agar tidak muncul bangunan-bangunan liar yang mengganggu penataan ruang di Kota Medan sehingga terlihat rapi. 2. Dalam rangka tertib dan keteraturan pelaksanaan pembangunan di Kota Medan, maka pihak yang membangun baik pembangunan perorangan maupun badan harus mempunyai IMB, sehingga Pemrintah Kota Medan perlu memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan pengurusan IMB sehingga pelaksanaan pembangunan di Kota Medan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. 3. Dalam menjalankan tugasnya diharapkan para petugas di Tata ruang dan Tata Bangunan Kota Medan dapat memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat yang mengajukan permohonan IMB dan dalam proses penerbitan IMB tersebut bisa tepat waktu dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan melakukan jemput bola sehingga, agar menambah pendapatan asli daerah Kota Medan. Universitas Sumatera Utara BAB II PENGATURAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA MEDAN

A. Tinjauan Umum Tentang Retribusi

4. Pengertian Retribusi

Istilah retribusi atau retribute berasal dari Bahasa Inggris yang mana penggunaannya mulai dipakai oleh bangsa-bangsa penjajah terhadap negara jajahannya untuk membayar sesuatu kepada bangsa penjajah tersebut berupa upeti atau pembayaran dari kelompok yang menang. Kemudian pembayaran itu dikuti oleh suatu prestasi kembali dimana kelompok penerima upeti harus melindungi kelompok yang membayar upeti atau kelompok yang kalah, maka dipakai kata Re yang maksudnya “Kembali”. Jadi retribusi adalah pembayaran yang diikuti kembali kepada sipembayar. Ini adalah pengertian retribusi dalam terminology. Kemudian istilah retribusi ini berkembang sampai pada zaman sekarang dan dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan untuk negara maupun untuk pendapatan pemerintahan daerah. 17 Retribusi merupakan suatu kata yang sudah familier dan sering di dengar dalam menjalankan suatu aktifitas kehidupan sehari-hari. Retribusi sering dilihat di tempat-tempat umum seperti di pasar, terminal, tempat rekreasi atau tempat- tempat tertentu yang digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Secara awam retribusi merupakan suatu pungutan atas pemakaian dan pemanfaatan suatu fasilitas tertentu. Namun apakah semua pungutan-pungutan atas fasilitas tertentu 17 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerinth Pusat dan Daerah d Indonesia, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta,2002, hal 13 18 Universitas Sumatera Utara merupakan suatu retribusi atau tidak semua pungutan atas beragam fasilitas yang digunakan merupakan retribusi. 18 Retribusi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi daerah Pasal 1 angka 64 menyatakan bahwa: Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah menurut Panca Kurniawan yang juga diambil berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yaitu “Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.” 19 Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 20 Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oeh negara bagi penduduk secara perorangan. 21 18 Samsuri Azhari, Implementasi Perda Nomor 05 Tahun 2010 Tentang Retribusi Jasa Usaha Angkutan Umum Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara Studi Kota Padangsidimpuan, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2014, hal 17 19 Kurniawan, Panca, Agus Purwanto, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia. Cet. 1. Penerbit Bayumedia, Malang, 2005, hal 5 20 Abdul Kadir, dkk, Op. Cit, hal 19 21 Marihot P. Siahaan,. Op.Cit, hal 5 Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pasal 1 angka 26 menyatakan bahwa : Di Indonesia saat ini penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi, retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. 22 Dari pengertian retribusi di atas dapat simpulkan bahwa adalah suatu pembayaran yang dilakukan oleh mereka yang menikmati suatu pelayanan, dan biasanya dimaksudkan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya pelaksanaannya. Retribusi daerah ditetapkan sesuai dengan undang-undang yang pelaksanaannya untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan perda. Peraturan daerah tentang retribusi tidak dapat berlaku surut dan sekurang-kurangnya mengatur ketentuan mengenai: 23 a. Nama, objek dan subjek retribusi. b. Golongan retribusi. c. Cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan. 22 Op.Cit, Pasal 1 angka 30 Universitas Sumatera Utara d. Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi. Peraturan daerah harus mencantumkan jenis-jenis retribusi dan mencantumkan prinsip penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi. e. Struktur dan besarnya tarif retribusi. f. Wilayah pumungutan. g. Tata cara pemungutan, termasuk mengatur ketentuan pembayaran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran. h. Sanksi administrasi.

5. Jenis-jenis Retribusi

Retribusi dibagi atas tiga golongan, penggolongan jenis retribusi ini dimaksudkan guna menetapkan kebijakan umum tentang prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi, yaitu: a. Retribusi Jasa Umum ; b. Retribusi Jasa Usaha; c. Retribusi Perizinan Tertentu 24 Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 25 23 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar Grafika, Makasar, 2005, hal 78 24 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Pasal 18 ayat 3 25 Tjip Ismail. Pemberdayaan Sumber-Sumber Pendapatan Daerah dalam Rangka Memperkuat Kapasitas Fiskal Daerah. Disampaikan pada Kuliah Umum S2 Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Bandung, 12 Mei 2006. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan UndangUndang No. 28 Tahun 2009 tentang retribusi daerah digolongkan menjadi tiga yaitu: 26 1. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atau jasa yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum antara lain retribusi pelayanan kesehatan; retribusi pelayanan persampahankebersihan; retribusi penggantian biaya cetak kartu penduduk dan akta catatan sipil; retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat; retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum; retribusi pelayanan pasar; retribusi pengujian kendaraan bermotor; retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran; retribusi pengujian kapal perikanan; 2. Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi atas jasa usaha yang disediakan Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan sektor swasta. Jenis-jenis usaha, antara lain retribusi pemakaian kekayaan daerah; retribusi pasar grosir danatau pertokoan; retribusi tempat pelelangan; retribusi terminal; retribusi tempat khusus parkir; retribusi tempat penginapanpesanggrahanvilla; retribusi penyedotan kakus; retribusi rumah potong hewan; retribusi pelayanan pelabuhan kapal; retribusi rekreasi dan olahraga; retribusi penyeberangan di atas air; retribusi pegelolaan limbah cair; etribusi penjualan produksi usaha daerah. 3. Retribusi perizinan tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang 26 Marihot P. Siahaan. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi. Rajawali Pers., Yogyakarta, 2010, hal 619 Universitas Sumatera Utara dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. jenis-jenis retribusi perizinan tertentu antara lain retribusi izin peruntukan penggunaan tanah; retribusi izin mendirikan bangunan; retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol; retribusi izin gangguan; retribusi izin trayek; retribusi izin pengambilan hasil hutan. Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan tertentu dapat ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintahan dengan kriteria sebagai berikut: 27 1 Retribusi Jasa Umum: a Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan tertentu; b Jasa yang bersangkutan merupakan Kewenangan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi; c Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar Retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum; d Jasa terssebut layak untuk dikenakan Retribusi; e Tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya; 27 Abdul Kadir, dkk, Op. Cit, hal 20-21 Universitas Sumatera Utara f Dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang potensial; dan g Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat danatau kualitas pelayanan yang lebih baik. 2 Retribusi Jasa Usaha: a Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu ;dan b Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimilikidikuasai Daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah. 3 Retribusi Perizinan Tertentu: a Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi b Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum; dan c Biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tertentu cukup besar sehingga layak dibiayai dari Retribusi Perizinan. Penetapan jenis-jenis retribusi jasa umum dan jasa usaha dengan peraturan Pemerintah dimaksudkan agar tercipta ketertiban dalam penerapannya , sehingga dapat memberikan kepastian bagi masyarakat dan disesuaikan dengan kebutuhan Universitas Sumatera Utara nyata Daerah yang bersangkutan. Penetapan jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu dengan Peraturan Pemerintah dilakukan karena perizinan tersebut, walaupun merupakan kewenangan Pemerintah Daerah, tetap memerlukan koordinasi dengan instansi-instansi teknis terkait. Berdasarkan Peraturan Daerah dapat ditetapkan jenis Retribusi selain yang ditetapkan di atas, sesuai dengan kewenangan otonominya dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Hasil penerimaan jenis Retribusi tertentu Daerah Kabupaten sebagian diperuntukkan kepada Desa. Bagian Desa tersebut ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Pemerintah Kabupaten dengan memperhatikan aspek keterlibatan Desa dalam penyediaan layanan tersebut. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi ditentukan sebagai berikut: a. Untuk Retribusi Jasa Umum, berdasarkan kebijakan Daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan; b. Untuk Retribusi Jasa Usaha, berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak; dan c. Untuk Retribusi Perizinan Tertentu, berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan Pasal 21 UU No. 34 Tahun 2000 Penetapan tarif Retribusi Jasa Umum pada dasarnya disesuaikan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku mengenai jenis-jenis Retribusi yang berhubungan dengan kepentingan nasional. Di samping itu tetap memperhatikan Universitas Sumatera Utara aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Tarif Retribusi Jasa Usaha ditetapkan oleh Daerah sehingga dapat tercapai keuntungan yang layak, yaitu keuntungan yang dapat dianggap memadai jika jasa yang bersangkutan diselenggarakan oleh swasta. Tarif Retribusi Perizinan Tertentu ditetapkan sedemikian rupa sehingga hasil Retribusi dapat menutup sebagian atau seluruh perkiraan biaya yang diperlukan untuk menyediakan jasa yang bersangkutan. untuk pemberian izin bangunan, misalnya dapat diperhitungkan biaya pengecekan dan pengukuran lokasi, biaya pemetaan, dan biaya pengawasan. Retribusi Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang tidak dapat berlaku surut sama halnya dengan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah. Peraturan Daerah tersbut sekurang-kurangnya mengatur ketentuan mengenai: a. nama, objek, dan subjek Retribusi; b. golongan Retribusi; c. cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan; d. prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi; e. struktur dan besarnya Retribusi; f. wilayah pemungutan; g. tata cara pemungutan; h. sanksi administrasi; i. tata cara penagihan; dan j. tanggal mulai berlakunya Pasal 24 ayat 3 UU No. 14 Tahun 2000 Universitas Sumatera Utara Jenis-jenis Retribusi yang termasuk dalam golongan Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu yang prinsip tarifnya telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, Peraturan Daerah mencantumkan prinsip tertentu. Untuk jenis-jenis Retribusi yang termasuk dalam golongan Retibusi Jasa Umum, Peraturan Daerah harus mencantumkan prinsip penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi. Ketentuan dalam tata cara pemungutan ini termasuk mengatur penentuan pembayaran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran. Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah dapat juga mengatur ketentuan selain yang disebut diatas seperti: a. masa retribusi; b. pemberian keringanan, pengurangan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok Retribusi danatau sanksinya; dan c. tata cara penghapusan piutang Retribusi yang kadaluwarsa Pasal 24 ayat 4 UU No. 34 tahun 2000 Pengurangan dan keringanan dikaitkan dengan kemampuan wajib Retribusi, misalnya dalam Retribusi tempat rekreasi, pengurangan dan keringanan diberikan untuk orang jompo, orang cacat, dan anak sekolah. Pembebasan Retribusi dikaitkan dengan fungsi objek Retribusi, misalnya pelayanan kesehatan bagi korban bencana alam. Peraturan Daerah untuk jenis-jenis Retribusi yang tergolong dalam Retribusi Perizinan Tertentu harus terlebih dahulu disosialisasikan kepada masyarakat sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Universitas Sumatera Utara Dalam rangka pengawasan, Peraturan Daerah tentang Retribusi disampaikan kepada Pemerintah paling lama lima belas hari setelah ditetapkan. Penetapan jangka waktu tersebut telah mempertimbangkan administrasi pengiriman Peraturan Daerah dari Daerah yang tergolong jauh. Dalam hal peraturan Daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah bertentangan dengan kepentingan umum danatau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, pemerintah dapat membatalkan Peraturan Daerah dimaksud. Pembatalan Peraturan Daerah berlaku sejak tanggal ditetapkan. Dalam hal ini wajib Retribusi tidak dapat mengajukan restitusi kepada Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Pembatalan tersebut dilakukan paling lama satu bulan sejak diterimanya Peraturan Daerah dimaksud. Penetapan jangka waktu satu bulan tersebut dilakukan dengan pertimbangan untuk mengurangi dampak negatif dari pembatalan Peraturan Daerah tersebut.

3. Subjek dan Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Subjek retribusi IMB adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh IMB dari pemerintah daerah. 28 Objek Retribusi Pelayanan IMB adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan dan pelayanan administrasi perizinan bangunan meliputi kegiatan peninjauan lokasi dan penilaian desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang, dan pengawasan penggunaan bangunan 28 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Pasal 7 ayat 2. Universitas Sumatera Utara yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut. 29 Manfaat izin mendirikan bangunan, antara lain: 30 a. BupatiWalikota memanfaatkan pemberian IMB untuk: 1 Pengawasan, pengendalian, dan pengertiban bangunan. 2 Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang menjamin keandalan bangunan dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. 3 Mewujudkan bangunan yang fungsional sesuai dengan tata bangunan dan serasi dengan lingkungannya. b. Pemilik IMB mendapat manfaat untuk 1 Pengajuan sertifikat fungsi bangunan. 2 Memperoleh pelayanan ultilitas umum seperti pemasanganpenambahan jaringan listrik air minum, telepon. Berdasarkan Perda Kota Medan No. 5 Tahun 2012 Pemberian IMB meliputi: 31 1. Bangunan gedung, yaitu bangunan gedung yang meliputi fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial budaya, dan fungsi campuran. 2. Prasarana bangunan gedung danatau bangunan bukan gedung yaitu konstruksi bangunan yang merupakan prasarana penunjang bangunan gedung antara lain perkerasan, kolam renang, gardu, pagar, gapura, menara, tanki, lapangan, pos jaga, dan lain sejenisnya. 29 Ibid. Pasal 7 ayat 4. 30 Ibid, Pasal 3 31 Op.Cit, Pasal 8 Universitas Sumatera Utara Proses penerbitan IMB memerlukan waktu untuk pemeriksaan dan penelitian baik administratif maupun teknis. Dalam penerbitannya diperlukan beberapa perizinan yang terkait dengan IMB, antara lain: 32 1. Izin Pendahuluan a. Persiapan, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan pagar proyek, bangsal kerja, pematangan tanah, pembongkaran bangunan. Bangunan- bangunan dan untuk pemancangan pertama b. Pondasi, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pekerja pondasi c. Struktur, yaitu izin melakukan kegiatan pelaksanaan struktur bagunan bangunan-bangunan d. Menyeluruh, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan bangunan bangunan- bangunan sampai selesai. 2. Izin Peruntukkan Lahan Izin yang diterbitkan pada seseorang sebagai bukti kepemilikan hak mempergunakan lahan yang ada sesuai dengan perundangan dan tata letak kawasan yang berlaku. 3. Surat Izin Peruntukkan dan Penggunaan Tanah SIPPT Izin tentang persetujuan sebidang tanah yang terletak pada jalur jalan utama. 4. Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lokasi Lahan SP3L Sejenis surat persetujuan prinsip pembebasan sebuah lokasi atau lahan atau sebidang tanah untuk bangunan fisik. 32 Yuke Dwi Hidayati. Penerapan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik Dalam Proses Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Studi Pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan, Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2014, hal 37 Universitas Sumatera Utara 5. Izin Penggunaan Lahan Pemberian izin atas penggunaan kepada orang pribadi atau badan hukum yang akan menggunakan tanah seluas 2500 M 2 sampai dengan 10.000 sesuai dengan tata ruang wilayah. Pelayanan Izin Peruntukan Penggunaan Tanah ini di bagi beberapa tahap. 6. Izin Pengeringan Lahan Izin Perubahan Penggunaan Lahan izin peruntukan penggunaan tanah yang wajib dimiliki orang pribadi yang akan mengubah peruntukan tanah pertanian menjadi non pertanian guna pembangunan rumah tempat tinggal pribadiperseorangan, dengan ukuran seluas-luasnya 5000 m2 lima ribu meter persegi. Sesuai dengan ketentuan Perda walikota berwenang mencabut IMB apabila: 33 a. Pemegang IMB melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam IMB; b. Pekerjaan mendirikan bangunan belum dimulai setelah 6 enam bulan sejak izin diterbitkan atau 4 empat bulan pekerjaan telah pernah diberhentikan tanpa alasan yang dapat diterima Walikota; dan c. dikemudian hari diketahui ternyata secara hukum bahwa salah satu atau beberapa syarat untuk memperoleh IMB dimaksud tidak benar keabsahannya. Setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan bangunan di daerah harus memperoleh IMB untuk pembinaan penyelenggaraan bangunan dari Walikota. IMB diberikan terhadap kawasan yang peruntukan tanahnya telah ditetapkan sesuai dengan rencana tata ruang kota dan secara teknis memenuhi 33 Op.cit, Pasal 14 Universitas Sumatera Utara ketentuan rencana tata ruang kota serta memenuhi persyaratan keandalan bangunan. Dalam hal pemohon izin telah memenuhi persyaratan. Penetapan keputusan IMB wajib diterbitkan paling lambat 14 empat belas hari kerja terhitung sejak semua persyaratan dinyatakan lengkap dan benar. Bangunan yang didirikan harus sesuai dengan IMB yang diterbitkan. Bangunan yang ditambah dan diperbaikirenovasi harus sesuai dengan IMB yang diterbitkan. Dokumen Administrasi yang dimiliki orang pribadi atau Badan dapat diajukan perubahannya berdasarkan salah satu atau beberapa alasan. 34

B. Dasar Hukum Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota

Medan Pada dasarnya, setiap pengakuan hak oleh seseorang terhadap suatu bangunan harus didasarkan oleh bukti yang kuat dan sah menurut hukum. Tanpa bukti tertulis, suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum tersebut menjadi tidak sah, Sehingga dengan adanya sertifikat IMB akan memberikan kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat. Oleh sebab itu dalam kaitannya terhadap pelayanan perizinan khususnya IMB, pemerintah harus menetapkan standar pelayanan yang optimal antara lain aparatur pemerintah harus dapat meningkatkan pengetahuan dan profesionalitas, guna mengubah citra aparatur yang sebelumnya di pandang lamban menjadi efisien dan efektif sesuai dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri 34 Op.Cit, Pasal 9 Universitas Sumatera Utara sesuai dengan potensinya masing-masing. Sumber-sumber penerimaan tersebut dapat berupa pajak atau retribusi. Sesuai dengan amanat UUD 1945, setiap pungutan yang membebani masyarakat baik berupa retribusi harus diatur dengan undang-undang. 35 Izin Mendirikan Bangunan IMB merupakan izin yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Medan melalui Dinas Tata Kota dan Bangunan kepada perorangan atau badan yang akan melaksanakan pembangunan suatu bangunan. Dalam hal perorangan atau badan akan melakukan kegiatan pengujian terhadap kelayakan tanah di lokasi rencana pembangunan bangunan, maka orang atau badan tersebut wajib memiliki izin pendahuluan yang ditetapkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk. Setelah izin pendahuluan dan IMB diperoleh, maka barulah pembangunan dapat dilaksanakan. 36 Pelaksanaan dari pembangunan juga harus sesuai dengan fungsi bangunan dan rencana teknis yang tercantum sebelumnya dalam IMB yang diajukan. Pada dasarnya, IMB diterbitkan berdasarkan rencana teknis yang direkomendasikan oleh dinas terkait. Apabila pemegang IMB dalam tengang waktu enam bulan sejak diterbitkannya IMB tidak melaksanakan pembangunan, maka IMB dinyatakan tidak berlaku, kecuali pemegang izin mengajukan perpanjangan izin sebelum tenggang waktu berakhir. Izin Mendirikan Bangunan IMB berjangka dapat diberikan kepada pemohon yang: 37 35 http:dppka.jogjaprov.go.iduploadfilespajak_daerah_dan_retribusi_daerah.pdf diakses tanggal 21 September 2016 36 http:trtb.pemkomedan.go.idkategoriartikel-57-pengumuman.html 37 Agus Dwi Yudha, Implementasi Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Depok, Skripsi Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departmen Ilmu Administrasi Program Sarjana, hal 27 Universitas Sumatera Utara 1. Rencana pendirian bangunannya termasuk dalam rencana perluasan atau pelebaran jalan yang telah direncanakan; 2. Mendirikan bangunan yang bersifat sementara; 3. Bangunannya berada pada lahan milik sendiri namun melanggar garis sempadan bangunan. Pengaturan mengenai IMB diatur dalam berbagai peraturan perundang- undangan yang berlaku, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung diatur tentang asas, tujuan dan lingkup dari bangunan gedung, fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung yaitu syarat administratif dan syarat teknis, peranan masyarakat, pembinaan terhadap bangunan gedung dan sanksi yang terdiri atas sanksi administratif dan sanksi denda. 38 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung mengatur secara lebih rinci mengenai bangunan gedung. Diantaranya persyaratan administratif bangunan gedung yang meliputi : 39 1. Status hak atas tanah yaitu setiap bangunan gedung harus didirikan pada status tanah yang memiliki kepemilikan jelas, baik milik sendiri maupun pihak lain. Dalam hal tanah milik pihak lain, bangunan gedung hanya dapat didirikan dengan izin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau 38 Yuke Dwi Hidayati. Op.Cit, hal 37 39 Ibid. Universitas Sumatera Utara pemilik tanah dengan pemilik bangunan gedung. Perjanjian tertulis tersebut harus memuat hak dan kewajiban para pihak, luas, letak dan batas-batas tanah serta fungsi bangunan gedung dan jangka waktu pemanfaatan tanah. 2. Status kepemilikan gedung yang dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan bangunan gedung yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, kecuali bangunan gedung fungsi khusus oleh pemerintah berdasarkan hasil kegiatan pendataan bangunan gedung. Kepemilikan gedung ini dapat dialihkan kepada pihak lain, namun apabila pemilik bangunan gedung bukan merupakan pemilik tanah, pengalihan hak harus mendapat persetujuan dari pemilik tanah Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24PRTM2007 Tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung, diatur mengenai prinsip penerbitan IMB gedung, yaitu pelayanan prima. Pelayanan prima yaitu proses pemeriksaan pencatatan dan penelitian termasuk pengkajian, penilaianevaluasi, persetujuan dan pengesahan dokumen rencana teknis berupa penerbitan IMB dilakukan dengan : 40 1. Prosedur yang jelas sesuai dengan proses dan kelengkapan yang diperlukan berdasarkan tingkat kompleksitas pelayanan teknis. 2. Waktu proses yang singkat berdasarkan penggolongan sesuai dengan kompleksitas prosedur penerbitan IMB. 3. Transparansi dalam pelayanan dan informasi termasuk penghitunganpenetapan besarnya retribusi IMB yang dilakukan secara objektif, proporsional dan transparan. 40 Ibid Universitas Sumatera Utara 4. Keterjangkauan yaitu besarnya retribusi IMB sesuai dengan lingkup dan jenis bangunan gedung serta tingkat kemampuan ekonomi masyarakat. Prosedur untuk memperoleh IMB tersebut, setiap orang atau badan yang berencana untuk membangun bangun-bangunan dapat meminta petunjuk kepada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. Petunjuk yang dimintakan dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan mengenai rencana membangun bangun-bangunan berupa: 1. jenis dan peruntukan bangun-bangunan; 2. luas lantai bangunan diatasdibawah tanah; 3. jumlah lantailapis bangunan diatasdibawah permukaan tanah; 4. garis sempadan yang ditetapkan; 5. luas ruangan terbuka; 6. koefisien lantai bangunan; 7. koefisien dasar bangunan; 8. ketinggian bangun-bangunan; 9. jarak bebas bangun-bangunan; 10. spesifikasi perwujudan bangun-bangunan arsitektural, struktural, mekanikal elektrikal; 11. persyaratan perencanaan, pelaksanaan dan pengawas bangun-bangunan 12. rencana indukrencana bagian wilayahrencana terinci kota dan tata letak persil. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

H. Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

3 12 92

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 9

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 1

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 17

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 19

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 4

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 8

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

1 1 1

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 15

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 2