Klasifikasi Anestesi Lokal Jenis-Jenis Anestesi Lokal

langsung antara zat anestesi lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan voltase muatan listrik. Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal di dalam saraf, maka ambang rangsang membran akan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor pengaman konduksi saraf juga berkurang. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan penurunan kemungkinan menjalarnya potensial aksi mengakibatkan kegagalan konduksi saraf. Anestesi lokal juga mengurangi permeabilitas membran bagi kalium K+ dan Na+ dalam keadaan istirahat, sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak perubahan pada potensial istirahat. Pengurangan permeabilitas membran oleh anestesi lokal juga timbul pada otot rangka, baik waktu istirahat maupun waktu terjadinya potensial aksi. Potensi berbagai anestetikum lokal sama dengan kemampuannya untuk meninggikan tegangan permukaan selaput lipid monomolekuler. Mungkin sekali anestesi lokal dapat meningkatkan tegangan permukaan lapisan lipid yang merupakan membran sel saraf, dengan demikian pori dalam membran menutup sehingga menghambat gerak ion melalui membran. Hal ini akan menyebabkan penurunan permeabilitas membran dalam keadaan istiharat sehingga akan membatasi peningkatan permeabilitas Na+. Dapat disimpulkan bahwa cara kerja utama bahan anestesi lokal adalah dengan bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal Na, sehingga mengakibatkan terjadinya blokade pada kanal tersebut, dan hal ini akan mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membran. 3,4,11,12

2.2.3 Klasifikasi Anestesi Lokal

Anestesi lokal diklasifikasikan menjadi dua kategori umum sesuai dengan ikatan, yaitu ikatan golongan amida -NHCO- dan ikatan golongan ester -COO-. Universitas Sumatera Utara Perbedaan ini berguna karena ada perbedaan ditandai dalam alergenitas dan metabolisme antara dua kategori bahan anestetikum lokal. Secara kimiawi, bahan anestetikum lokal dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu : 4,5,12,23 A. Golongan Ester -COO- 1. Prokain 2. Tetrakain 3. Kokain 4. Benzokain 5. Kloroprokain B. Golongan Amida -NHCO- 1. Lidokain 2. Mepivakain 3. Bupivacaine 4. Prilokain 5. Artikain 6. Dibukain 7. Ropivakain 8. Etidokain 9. Levobupivakain Perbedaan klinis yang signifikan antara golongan ester dan golongan amida adalah ikatan kimiawi golongan ester lebih mudah rusak dibandingkan ikatan kimiawi golongan amida sehingga golongan ester kurang stabil dalam larutan dan tidak dapat disimpan lama. Bahan anestetikum golongan amida stabil terhadap panas, oleh karena itu bahan golongan amida dapat dimasukkan kedalam autoklaf, sedangkan golongan ester tidak bisa. Hasil metabolisme golongan ester dapat memproduksi para-aminobenzoate PABA, yaitu zat yang dapat memicu reaksi alergi, sehingga golongan ester dapat menimbulkan fenomena alergi. Hal inilah yang menjadi alasan bahan anestetikum golongan amida lebih sering digunakan daripada golongan ester. 4,5,13,24 Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Jenis-Jenis Anestesi Lokal

1. Lidokain Lidokain disintesis pada tahun 1943 dan pada tahun 1948, anestetikum lokal golongan amida pertama telah dipasarkan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat dan lebih luas daripada yang ditunjukkan oleh prokain pada konsentrasi yang sebanding. Lidokain merupakan aminoetilamid dan merupakan prototik dari anestetikum lokal golongan amida. Penggunaan lidokain sebagai larutan polos dalam konsentrasi sampai 2 memberikan efek anestesi yang pendek pada jaringan lunak . Formulasi tersebut tidak memberikan efek anestesi yang cocok pada pulpa gigi. Ketika vasokonstriktor ditambahkan ke 2 lidokain, maka efek anestesi bertambah pada gigi yang di anestesi. Vasokonstriktor yang paling umum digunakan adalah epinefrin adrenalin biasanya sekitar konsentrasi 1:200.000 ke 1:80.000. Oleh karena itu, lidokain cocok untuk anestesi infiltrasi, blok dan topikal. Selain itu, lidokain memiliki keuntungan dari Onset of Action yang lebih cepat, penambahan epinefrin menyebabkan vasokonstriktor dari arteri mengurangi perdarahan dan juga penundaan resorpsi lidokain sehingga memperpanjang masa lama kerja hampir dua kali lipat. 4,24,25,30 2. Mepivakain Mepivakain merupakan anestetikum lokal golongan amida yang bersifat farmakologiknya mirip lidokain. Mepivakain memiliki mula kerja yang lebih cepat daripada prokain dan masa lama kerja yang menengah. Mepivakain menghasilkan vasodilatasi yang lebih sedikit dari lidokain. Mepivakain ketika disuntik dengan konsentrasi 2 dikombinasikan dengan 1:100 000 adrenalin, memberikan efek anestesi yang mirip seperti lidokain 2 dengan adrenalin. Larutan mepivakain 3 tanpa vasokonstriktor akan memberikan efek anestesi yang lebih baik dari lidokain 2 . Mepivakain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf regional dan anestesi spinal. 4,24,25,30 3. Prilokain Anestetikum lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip lidokain, tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek vasodilatasinya lebih kecil daripada lidokain, sehingga tidak memerlukan vasokonstriktor. Toksisitas terhadap Universitas Sumatera Utara sistem saraf pusat SSP lebih ringan, penggunaan intravena blok regional lebih aman. Sifat toksik yang unik dari prilokain yaitu dapat menimbulkan methemoglobinemia, hal ini disebabkan oleh adanya metabolit prilokain yaitu orto- toluidin dan nitroso-toluidin yang mempengaruhi masa kerja prilokain. Efek anestesi prilokain kurang kuat dibandingkan lidokain. Prilokain dipasarkan sebagai solusi 4 dengan dan tanpa 1:200.000 adrenalin. Efek toksisitas sistemik prilokain kurang dibandingkan lidokain. Biasanya digunakan untuk mendapatkan anestesi infiltrasi dan blok. 4,24,28,30 4. Artikain Struktur amida dari artikain mirip dengan anestetikum lokal lainnya, tetapi struktur molekulnya berbeda melalui kehadiran cincin thiophene bukan cincin benzena. Artikain mengandung gugus ester tambahan yang dimetabolisme oleh estearases dalam darah dan jaringan. Artikain dapat digunakan pada konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu artikain 4 dengan adrenalin 1:100 000 atau 1:200 000. Ada beberapa kekhawatiran, bahwa anestetikum lokal ini apabila digunakan pada konsentrasi tinggi dapat meningkatkan toksisitas lokal yang dapat menyebabkan Duration of Action menjadi lama, parestesia atau dysaesthesia ketika digunakan untuk blok regional. Ada beberapa bukti bahwa infiltrasi bukal menggunakan artikain 4 seefektif anestesi lokal alveolar inferior dengan lidokain 2 pada gigi mandibular orang dewasa. Artikain digunakan baik untuk anestesi infiltrasi maupun blok, dengan teknik blok dapat menghasilkan masa kerja yang lebih lama. 6,25,26,30 5. Bupivakain Bupivakain merupakan anestetikum lokal yang termasuk dalam golongan amida amino. Bupivakain mempunyai masa kerja panjang. Ketika digunakan sebagai injeksi intraoral, bahan ini telah terbukti mengurangi jumlah analgesik yang dibutuhkan untuk mengontrol rasa nyeri pasca operasi setelah pembedahan. Formulasi bupivakain sekitar 0,25-0,75 dengan dan tanpa adrenalin biasanya 1:200 000. Mula kerjanya lambat tapi masa kerjanya panjang. Digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf, epidural dan anestesi intratekal. 30 Universitas Sumatera Utara 6. Etidokain Etidokain dalam konsentrasi 1,5 dengan 1:200.000 adrenalin telah digunakan dalam prosedur bedah mulut. Ia memiliki masa kerja yang lebih lama dari lidokain 2 dengan adrenalin 1:100.000 bila digunakan sebagai anestesi blok tetapi tidak seefektif lidokain dengan adrenalin saat digunakan untuk anestesi infiltrasi. 30 7. Ropivakain Ropivakain dikembangkan setelah bupivakain tercatat dikaitkan dengan serangan jantung, terutama pada wanita hamil. Ropivakain ditemukan memiliki kardiotoksisitas kurang dari bupivakain. Ropivakain diindikasikan untuk anestesi lokal termasuk infiltrasi, blok saraf, epidural dan anestesi intratekal pada orang dewasa dan anak di atas 12 tahun. Karakteristiknya, yaitu memiliki mula kerja dan masa lama kerja yang sama dengan bupivakain, dengan potensinya yang lebih rendah sedikit. 27 8. Kokain Kokain merupakan anestetikum lokal yang pertama digunakan dalam dunia kedokteran. Bahan anestetikum lokal yang alami dan merupakan ester asam benzoat dengan basa yang mengandungi nitrogen N. Efek kokain yang paling penting bila digunakan secara lokal yaitu menghambat hantaran saraf. Efek sistemik yang paling mencolok yaitu rangsangan susunan saraf pusat SSP. Berdasarkan efek ini, kokain pernah digunakan secara luas untuk tindakan di bidang optalmologi, tetapi kokain ini dapat menyebabkan terkelupasnya epitel kornea. Maka penggunaan kokain sekarang sangat dibatasi untuk pemakaian topikal, khususnya untuk anestesi saluran nafas atas. 12,24 9. Prokain Prokain disintesis dan diperkenalkan pada tahun 1905 dengan nama dagang novokain. Selama lebih dari 50 tahun obat ini merupakan bahan terpilih untuk anestesi lokal, namun kegunaannya tergantikan oleh anestetikum lain, lidokain yang ternyata lebih kuat dan lebih aman dibanding dengan prokain. Larutan polos 2 prokain tidak memberikan efek anestesi pada pulpa dan efek anestesi pada jaringan lunak 15 sampai 30 menit. Hasilnya didapatkan sifat vasodilatasi yang mendalam. Prokain menghasilkan efek vasodilatasi terbesar dibandingkan dengan anestetikum Universitas Sumatera Utara lokal lain. Maka lebih sulit untuk mempertahankan prokain karena meningkatnya perdarahan sewaktu pembedahan. Prokain secara klinis mempunyai masa kerja yang lambat karena daya penetrasinya yang kurang baik. Prokain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf, epidural, kaudal dan spinal. 24,30 10. Tetrakain Tetrakain merupakan anestetikum lokal golongan ester yang mempunyai masa kerja yang lama. Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Anestetikum lokal ini 10 kali lebih kuat dan lebih toksik daripada prokain. Tetrakain tidak lagi tersedia dalam bentuk injeksi di kedokteran gigi tetapi digunakan untuk anestesi topikal yang paling umum dipasarkan dalam 2 garam hidroklorida berkombinasi dengan 14 benzokain dan 2 butamben dalam larutan semprotan aerosol, gel, dan salep. Tetrakain menjadi salah satu anestesi topikal yang paling efektif. Tetrakain mempunyai mula kerja yang lambat untuk anestesi topikal dan masa kerjanya adalah sekitar 45 menit setelah anestesi topikal. 27,30 11. Levobupivakain Levobupivakain merupakan isomer tunggal bupivakain dan memiliki keuntungan hanya sedikit efek kardiotoksiknya. Telah terbukti bahwa bahan ini seefektif bupivakain dan anestetikum lain. Penggunaannya sebagai injeksi intraoral pada saat anestesi umum dapat mengurangi kebutuhan analgesik pasca operasi setelah pembedahan mulut. Levobupivakain ini tersedia dalam konsentrasi antara 0,25- 0,75. 27

2.3 Vasokonstiktor

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Rsgm-P Fkg Usu Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

0 69 86

Tingkat Pengetahuan Mahasiswakepaniteraan Klinik Bedah Mulut Rsgmp Fkg Usu Terhadap Syok Anafilaktik Akibat Anestesi Lokal Periode 8 – 31 Oktober 2014

1 59 72

Perubahan Tekanan Darah dan Denyut Nadi pada Pasien Sebelum dan Sesudah Pencabutan Gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU Periode Oktober-November 2013

13 111 67

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

1 9 48

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 12

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 3

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 13

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 2

Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Odontektomi Molar Ketiga Menggunakan Anastesi Lidokain 1:80000 Di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode 2016

0 0 6

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Rsgm-P Fkg Usu Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

0 0 15