Definisi Operasional Perkembangan Dana Perimbangan

27

3.5. Definisi Operasional

 Dana Perimbangan adalah penerimaan daerah yang berasal dari Pemerintah Pusat yang terdiri dari Bagian Daerah, yaitu Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum DAU, dan Dana Alokasi Khusus DAK.  Pendapatan Asli Daerah PAD adalah sumber penerimaan Daerah yang berasal dari hasil pajak Daerah, retribusi Daerah, perusahaan Daerah, dan lain-lain usaha Daerah yang sah.  Jumlah Penduduk adalah banyaknya penduduk di KabupatenKota Sumatera Utara pada periode tertentu.  Pertumbuhan Ekonomi adalah peningkatan kegiatan ekonomi yang dihitung berdasarkan perubahan Produk Domestik Regional Bruto PDRB dari tahun ke tahun.  Derajat Otonomi Fiskal adalah ukuran kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya PAD. Universitas Sumatera Utara 28 BAB IV HASIL DAN ANALISIS

4.1. Perkembangan Dana Perimbangan

Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 KabupatenKota 18 Kabupaten dan 7 Kota sampai pada tahun 2005, yaitu: Kabupaten Kota 1. Nias 1. Sibolga 2. Mandailing Natal 2. Tanjung Balai 3. Tapanuli Selatan 3. Pematang Siantar 4. Tapanuli Tengah 4. Tebing Tinggi 5. Tapanuli Utara 5. Medan 6. Toba Samosir 6. Binjai 7. Labuhan Batu 7. Padang Sidempuan 8. Asahan 9. Simalungun 10. Dairi 11. Karo 12. Deli Serdang 13. Langkat 14. Nias Selatan 15. Humbang Hasundutan 16. Pakpak Bharat 17. Samosir 18. Serdang Bedagai Universitas Sumatera Utara 29 Perkembangan dana perimbangan dari tahun 2001-2005 pada 25 KabupatenKota di Sumatera Utara berbeda-beda setiap daerah. Rata-rata mengalami peningkatan setiap tahunnya, meskipun pada beberapa daerah juga terjadi penurunan pada tahun tertentu. Tabel 2. Perkembangan Dana Perimbangan KabupatenKota di Sumatera Utara Periode 2001-2005 dalam Milyar Rupiah KabupatenKota 2001 2002 2003 2004 2005 Rata- rata Kabupaten Nias 210,61 229,19 251,19 187,52 - 219,63 Mandailing Natal 156,22 163,21 192,32 192,06 216,90 184,14 Tapanuli Selatan 252,98 282,98 320,28 306,04 319,19 296,30 Tapanuli Tengah 115,63 137,48 149,96 160,62 - 140,92 Tapanuli Utara 207,64 224,12 255,06 157,63 177,62 204,41 Toba Samosir 129,17 158,44 182,62 182,45 135,56 157,65 Labuhan Batu 209,83 249,38 337,20 311,69 351,75 291,97 Asahan 249,67 282,13 348,67 328,14 345,18 310,76 Simalungun 320,63 341,06 367,31 352,39 255,15 327,31 Dairi 131,32 154,19 193,22 153,84 163,85 159,28 Karo 101,91 153,96 190,62 211,43 220,41 175,67 Deli Serdang 378,21 468,20 619,03 539,91 402,32 481,53 Langkat 251,08 296,88 355,45 358,98 400,24 332,53 Nias Selatan - - - - - - Humbang Hasundutan - - - 82,43 109,56 96,20 Pakpak Bharat - - - 40,55 219,44 130,00 Samosir - - - - - - Serdang Bedagai - - - - - - Kota Sibolga 45,83 95,69 111,37 110,07 122,31 97,10 Tanjung Balai 50,37 108,23 119,25 119,48 124,81 104,43 Pematang Siantar 104,68 137,71 160,53 162,59 174,97 148,10 Tebing Tinggi 83,23 120,52 124,69 120,58 135,63 116,93 Medan 361,98 449,88 716,71 636,02 624,91 557,90 Binjai 121,52 141,19 149,25 159,17 181,71 150,57 Padang Sidempuan - 79,51 125,36 131,48 158,65 123,75 Jumlah 3.482,51 4.273,95 5.270,09 5.049,62 4.840,16 4.583,27 Sumber: BPS Prov. Sumatera Utara Data diolah Universitas Sumatera Utara 30 Berdasarkan Tabel 2. di atas, besaran dana perimbangan yang paling tinggi adalah Kota Medan. Ini dikarenakan Medan adalah Ibu Kota Provinsi, sehingga pasokan dana perimbangan lebih besar. Rata-rata besarnya dana perimbangan adalah Rp. 557,90 milyar. Dimana pada tahun 2001 adalah sebesar Rp. 361,98 milyar, tahun 2002 sebesar Rp. 449,88 milyar, tahun 2003 sebesar Rp. 716,71 milyar, tahun 2004 sebesar Rp. 636,02 milyar, dan tahun 2005 sebesar Rp. 624,91 milyar. Perubahan yang paling signifikan adalah pada tahun 2003, yaitu terjadi peningkatan sebesar Rp. 266,83 milyar dari tahun 2002, namun pada tahun 2004 terjadi penurunan sebesar Rp. 80,69 milyar. Begitu juga tahun 2005 menurun sebesar Rp. 11,11 milyar. Pada Kabupaten Karo, proporsi penerimaan dana perimbangan selama 5 tahun 2001-2005 selalu meningkat. Namun besarnya peningkatan cenderung menurun. Pada tahun 2002 terjadi peningkatan sebesar Rp. 52,05 milyar dari tahun 2001, pada tahun 2003 peningkatan dana perimbangan menurun sebesar Rp. 36,66 milyar dari tahun 2002. Pada tahun 2004 menurun lagi menjadi Rp. 20,81 milyar dari tahun 2003 dan pada tahun 2005 menurun lagi menjadi Rp. 8,98 milyar dari tahun 2004. Besaran dana perimbangan yang paling kecil adalah Kabupaten Humbang Hasundutan. Dikarenakan baru mengalami pemekaran pada tahun 2003, data dana perimbangan Humbang Hasundutan baru ada pada tahun 2004, yaitu sebesar Rp. 82,43 milyar. Dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 109,56 milyar. Rata-rata besaran dana perimbangan yaitu sebesar Rp. 96,20 milyar. Untuk jumlah keseluruhan 25 KabupatenKota, rata-rata besaran dana perimbangan adalah sebesar Rp. 4.583,27 milyar, dengan perincian pada tahun 2001 adalah sebesar Rp. 3.482,51 milyar, tahun 2002 sebesar Rp. 4.273,95 milyar, tahun Universitas Sumatera Utara 31 2003 sebesar Rp. 5.270,09 milyar, tahun 2004 sebesar Rp. 5.049,62 milyar, dan terakhir tahun 2005 sebesar Rp. 4.840,16 milyar. 4.2. Derajat Otonomi Fiskal dan Perkembangan Pendapatan Asli Daerah 4.2.1. Derajat Otonomi Fiskal KabupatenKota Sumatera Utara Otonomi daerah bertujuan agar daerah lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya, sehingga diharapkan mampu memajukan daerahnya tersebut dengan meningkatkan sumber-sumber penerimaan daerah. Otonomi daerah biasanya diukur melalui desentralisasi fiskal atau derajat otonomi fiskal daerah. Elmi 2002; jurnal mendefinisikan desentralisasi fiskal sebagai salah satu mekanisme transfer dana dari APBN dalam kaitan dengan kebijakan keuangan negara yaitu untuk mewujudkan ketahanan fiskal yang berkelanjutan fiscal sustainability dan memberikan stimulus terhadap aktifitas perekonomian masyarakat, maka dengan kebijakan desentralisasi fiskal diharapkan akan menciptakan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang sepadan dengan besarnya kewenangan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah otonom. Keberhasilan pelaksanaan desentralisasi akan sangat tergantung pada desain, proses implementasi, dukungan politis baik pada tingkat pengambilan keputusan di masing-masing tingkat pemerintahan, maupun masyarakat secara keseluruhan, kesiapan administrasi pemerintahan, pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia, mekanisme koordinasi untuk meningkatkan kinerja aparat birokrasi, perubahan sistem nilai dan perilaku birokrasi dalam memenuhi keinginan masyarakat khususnya dalam pelayanan sektor publik Sidik, 2002. Sumber pendapatan utama yang sering kali menjadi parameter untuk menentukan derajat otonomi fiskal yang dimiliki oleh suatu daerah adalah Universitas Sumatera Utara 32 pendapatan yang diperoleh pemerintah daerah, yaitu pendapatan yang diterima yang berasal dari sumber-sumber yang dikelola oleh pemda itu sendiri local source. Yang termasuk ke dalam kategori ini adalah pajak daerah local tax, sub national tax, retribusi daerah local retribution, fees, local licence, dan hasil-hasil badan usaha local owned enterprises yang dimiliki oleh daerah Lutfi. Kesemua sumber-sumber tersebut adalah termasuk kepada Pendapatan Asli Daerah PAD. Landiyanto 2005 berpendapat bahwa secara umum, semakin tinggi kontribusi Pendapatan Asli Daerah dan semakin tinggi kemampuan daerah untuk membiayai kemampuannya sendiri akan menunjukkan kinerja keuangan yang positif. Dalam hal ini, kinerja keuangan positif dapat diartikan sebagai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung pelaksanaan otonomi daerah pada daerah tersebut. Universitas Sumatera Utara 33 Tabel 3. Perkembangan dan Kontribusi PAD terhadap APBD KabupatenKota di Sumatera Utara Periode 2001-2005 dalam Milyar Rupiah KabupatenKota 2001 2002 2003 2004 2005 Rata-rata Kriteria Kabupaten Nias 5,47 2,39 6,15 2,46 10,93 3,82 10,57 5,07 6,70 0 2,75 Sangat kurang Mandailing Natal 1,94 1,08 6,53 3,47 6,55 2,87 7,25 3,41 5,80 2,38 2,64 Sangat kurang Tapanuli Selatan 4,31 1,88 6,89 2,24 7,88 2,30 8,57 2,54 7,55 2,07 2,21 Sangat kurang Tapanuli Tengah 3,02 2,20 4,97 2,90 5,43 2,61 5,29 2,76 5,70 2,09 Sangat kurang Tapanuli Utara 4,34 1,91 8,88 3,22 11,25 3,55 5,73 2,95 9,29 4,53 3,23 Sangat kurang Toba Samosir 10,66 6,15 13,76 6,80 12,16 5,16 11,60 5,39 6,38 3,91 5,48 Sangat kurang Labuhan Batu 8,38 3,53 13,36 4,41 25,63 21,15 5,43 25,45 6,02 3,88 Sangat kurang Asahan 15,57 5,45 19,02 5,78 22,63 5,83 21,68 5,65 23,10 5,59 5,66 Sangat kurang Simalungun 11,80 3,45 14,36 3,85 17,49 3,84 17,86 4,34 18,82 4,52 4,00 Sangat kurang Dairi 3,99 2,78 5,00 2,92 4,74 2,18 4,35 2,45 5,24 2,73 2,61 Sangat kurang Karo 4,69 3,22 7,50 3,97 9,31 3,82 10,46 4,49 12,75 4,91 4,08 Sangat kurang Deli Serdang 27,00 6,35 32,32 6,34 51,91 7,45 43,53 6,74 59,15 11,53 7,68 Sangat kurang Langkat 9,36 3,22 12,40 3,67 14,83 3,56 16,57 3,93 16,83 3,88 3,65 Sangat kurang Nias Selatan - - - - - 0 - Humbang Hasundutan - - - 2,76 2,88 3,09 2,55 2,72 Sangat kurang Pakpak Bharat - - - 0,28 0,65 1,38 0,51 0,58 Sangat kurang Samosir - - - - 5,21 0 - Serdang Bedagai - - - - 12,90 0 - Kota Sibolga 2,46 4,61 4,26 3,87 7,14 5,11 5,78 4,57 6,06 4,43 4,52 Sangat kurang Tanjung Balai 4,14 4,15 8,31 4,97 9,93 5,78 8,71 6,14 9,57 6,38 5,48 Sangat kurang Pematang Siantar 9,47 8,02 10,09 6,08 11,56 5,99 13,60 6,96 14,92 7,01 6,81 Sangat kurang Tebing Tinggi 4,12 4,94 5,72 3,94 6,26 3,66 6,23 4,03 6,85 4,38 4,19 Sangat kurang Medan 88,26 16,17 146,93 19,56 233,79 20,01 271,62 25,26 282,23 22,97 20,79 Sedang Binjai 3,91 2,99 5,71 3,34 8,31 4,46 12,96 6,99 13,00 6,40 4,84 Sangat kurang Padang Sidempuan - 2,18 2,63 3,48 2,50 3,92 2,68 4,68 2,63 2,61 Sangat kurang Jumlah 222,89 334,34 481,21 510,47 562,65 102,5 Sangat kurang Rata-rata 4,1 Sumber: BPS Prov. Sumatera Utara dan APBD Sumatera Utara Data diolah Universitas Sumatera Utara 34 Berdasarkan Tabel 3. di atas, kontribusi PAD terhadap APBD KabupatenKota di Sumatera Utara selama kurun waktu 2001-2005 rata-rata menunjukkan kemampuan keuangan daerah pada skala interval sangat kurang 0,01 – 10,00 . Apabila dilihat dari masing-masing daerah, hampir seluruh KabupatenKota menunjukkan skala interval sangat kurang, kecuali untuk Kota Medan seiring dengan kemampuannya dalam menggali sumber-sumber PAD, maka kontribusi PAD kota Medan terhadap APBD-nya menunjukkan skala interval sedang 20,01 – 30,00 . Dengan melihat kontribusi PAD terhadap APBD di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kontribusi PAD pada 25 KabupatenKota di Sumatera Utara tergolong rendah. Ini mengindikasikan terjadinya peningkatan peran transfer dari pemerintah pusat melalui dana perimbangan. Dengan demikian hasil yang didapat tersebut tidak sejalan dengan hipotesis yang menyatakan adanya kontribusi yang tinggi dari derajat otonomi fiskal KabupatenKota di Sumatera Utara.

4.2.2. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah PAD

Selanjutnya apabila dilihat perkembangan PAD KabupatenKota di Sumatera Utara, dapat dilihat bahwa besarnya PAD yang paling tinggi adalah Kota Medan. Pada tahun 2001 sebesar Rp. 88,26 milyar dengan besarnya kontribusi terhadap APBD adalah 16,17 persen, tahun 2002 sebesar Rp. 146,93 milyar dengan kontribusi terhadap APBD adalah 19,56 persen. Pada tahun 2003 PAD kembali mengalami peningkatan menjadi Rp. 233,79 milyar dengan kontribusi terhadap APBD adalah 20,01 persen, begitu juga pada tahun 2004 meningkat menjadi Rp. 271,62 milyar dengan kontribusi terhadap APBD adalah 25,26 persen. Dan tahun Universitas Sumatera Utara 35 2005 meningkat lagi menjadi Rp. 282,23 milyar dengan kontribusi terhadap APBD adalah 22,97 persen. Dilihat dari rata-rata kontribusi PAD terhadap APBD KabupatenKota di Sumatera Utara tahun 2001-2005 masih tergolong kecil. Rata-rata kontribusi yang paling besar tetap dipegang oleh Kota Medan 20,79 persen, dan yang paling kecil adalah Kabupaten Pakpak Bharat, yaitu hanya 0,58 persen. KabupatenKota yang lainnya rata-rata berkisar antara 2-8 persen. Sedangkan jumlah PAD keseluruhan pada tahun 2001 adalah sebesar Rp. 222,89 milyar, tahun 2002 adalah sebesar Rp. 334,34 milyar, tahun 2003 sebesar Rp. 481,21 milyar, tahun 2004 sebesar Rp. 510,47 milyar, dan terakhir tahun 2005 adalah sebesar Rp. 562,65 milyar.

4.3. Perkembangan Jumlah Penduduk

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

6 112 101

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 38 82

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal sebagai variabel intervening studi empiris di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

7 101 90

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

10 69 114

Analisis Pengaruh Dana Perimbangan dan PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Era Otonomi Daerah.

3 55 57

Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Sumatera Utara Era Otonomi Daerah.

0 59 69

Analisis Pertumbuhan Wilayah Kota Pematangsiantar Di Era Otonomi Daerah.

11 68 110

Analisis Elastisitas, Efisiensi, Dan Efektifitas PAD Sumatera Utara Dalam Era Otonomi Daerah

1 57 96

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

0 0 24

KATA PENGANTAR - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

0 0 14