METIL ESTER BIODIESEL Studi Penggunaan Adsorben Sintetis Kalsium Maleat – Grafting – High Density Polyethylene (HDPE) Pada Pemisahan Karotenoid Dari Biodiesel Minyak Sawit

H 2 C HC O H 2 C O O C C C R R R O O O + CH 3 OH OH - H 2 C HC OH H 2 C OH OH + 3 RCOOCH 3 trigliserida minyaklemak metanol gliserol metil ester fraksinasi. Banyak metode lain yang sudah dilakukan untuk memperoleh karotenoid dari minyak kelapa sawit.

2.3. METIL ESTER BIODIESEL

Metil ester merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi asam lemak dengan metil alkhol, berbentuk cairan. Metil ester dapat dihasilkan melalui proses transesterifikasi trigliserida minyaklemak. Reaksi transesterifikasi antara minyak lemak dengan metanol dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut Joelianingsih, 2006 : Gambar 2.3. Reaksi transesteifikasi pembentukan metil ester Proses transesterifikasi minyak atau lemak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, lama reaksi, kecepatan pengadukan, jenis dan konsentrasi katalis serta perbandingan metanol-asam lemak. Metil ester yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi langsung trigliserida dengan metanol masih mengandung campuran ester yang berhubungan dengan residu asam lemak dan trigliserida. Hui, 1996. Metil ester dapat diproduksi melalui reaksi transesterifikasi antara trigliserida minyak sawit dengan metanol menjadi metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa. Proses transesterifikasi dapat dilakukan secara curah batch atau berkesinambungan continous pada suhu 50-70 o C Darnoko et al, 2001. Noureddini dan Zhu 1997 menjelaskan bahwa semakin besar suhu yang digunakan untuk transesterifikasi, semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk reaksi. Proses transesterifikasi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan mendekati titik didih metanol. Pemakaian metanol berlebih akan mendorong reaksi ke Universitas Sumatera Utara arah pembentukan metil ester. Semakin besar jumlah metanol yang digunakan akan semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul-molekul metanol dan minyak yang bereaksi. Proses tumbukan akan efektif apabila molekul-molekul pereaksi memiliki kecocokan satu sama lain. Dalam proses transesterifikasi, reaksi terjadi secara efektif hanya pada komponen-komponen trigliserida dan asam lemak bebas Hankins, 1974. Dalam bentuk metil ester maka berat molekul, titik beku, titik didih dan viskositas minyak akan menjadi lebih rendah. Disamping itu senyawa gliserin yang merupakan produk samping hasil degradasi minyak nabati dapat dipisahkan pada proses pembuatan metil ester, sehingga dapat menyebabkan terbentuknya deposit pada mesin apabila digunakan sebagai bahan bakar alternatifbiodiesel. Biodiesel dalam pengertian ilmiah yang setepat-tepatnya, berarti bahan bakar mesin diesel yang dibuat dari sembarang sumber daya hayati. Akan tetapi, dalam pengertian populer dewasa ini, yang dimaksud dengan biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang terdiri dari ester-ester metil atau etil asam-asam lemak Budiman, 2004. Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam jenis tumbuhan. Contohnya minyak jagung, kanola, kelapa, dan kelapa sawit yang kemudian menghasilkan produk dengan nama SME Soybean Methyl Ester, RME Rapesed Methyl Ester, CME Coconut Methyl Ester, dan POME Palm Oil Methyl Ester Budiman, 2004. Palm oil biodiesel mempunyai sifat fisika dan kimia yang sama dengan minyak bumi petroleum oil sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan minyak bumi. Namun, biodiesel sawit memiliki keunggulan lain yaitu mengandung oksigen sehingga titik bakarnya lebih tinggi dan tidak mudah terbakar. Selain itu, biodiesel minyak sawit merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani karena tidak mengandung sulfur dan senyawa benzena yang karsiogenik. Universitas Sumatera Utara Adapun syarat mutu dari biodiesel dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 2.3. Syarat Mutu Biodiesel No. Parameter Satuan Nilai

1. Massa Jenis pada 40

o C Kgm 2 850 – 890

2. Viskositas Kinematik pada 40

o C mm 2 s cSt 2,3 – 6,0

3. Angka Setana

min. 51

4. Titik nyala mangkok tertutup

o C min. 100

5. Titik Kabut

o C maks. 18 6. Korosi lempeng tembaga 3 jam pada 50 o C maks. No.3

7. Residu karbon

- dalam contoh asli - dalam 10 sampel destilasi massa maks. 0,05 maks. 0,3 8. Air dan Sedimen - vol maks. 0,05

9. Temperatur destilasi 90

o C maks. 360

10. Abu tersulfatkan

- massa maks. 0,02

11. Belerang

ppm – m mgKg maks. 100

12. Fosfor

ppm – m mgKg maks. 10

13. Angka Asam

mg-KOHg maks. 0,8

14. Gliserol bebas

- massa maks. ,02

15. Gliserol total

- massa maks.0,24

16. Kadar eter alkil

- massa min. 95,6

17. Angka Iodium

- massa g – I 2 100 g maks. 115

18. Uji Halphen

negatif Sumber : SNI 04-7182-2006

2.4. ADSORPSI

Dokumen yang terkait

Peranan Kalsium Pada Adsorben Kalsium Polistirena Sulfonat dan Kalsium Stearat Terhadap Adsorpsi dan Desorpsi Tokoferol dan Tokotrienol dari Campuran Metil Ester Minyak Kemiri

8 106 69

Penggunaan Polistirena Sulfonat Sebagai Katalis Transesterifikasi Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas) Berkadar Asam Lemak Bebas Tinggi

1 48 60

Peranan Divinil Benzena Terhadap Kompatibilitas Campuran Low Density Polyethylene (LDPE) Dan Abu Ban Bekas Menggunakan Inisiator Dikumil Peroksida

1 35 65

Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrida Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrida Pada Polipropilena Terdegradasi Dengan Inisiator Benzoil Peroksida

3 57 60

Kualitas Papan Komposit Plastik pada Berbagai Kadar Aditif Berbahan Limbah Batang Kelapa Sawit dan High Density Polyethylene (HDPE)

0 58 84

Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High Density Polyethylene ( HDPE ) Dengan Inisiator Benzoil Peroksida

3 61 57

Pengaruh Waktu Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Dalam High Density Polyethylene (HDPE) Dengan Inisiator Benzoil Peroksida

1 53 47

PENGARUH PENGGUNAAN SERAT HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON TERHADAP KUAT TARIK BETON

2 28 19

Optimasi Penggunaan Adsorben pada Proses Pemisahan Karotenoid dari Metil Ester Kasar Minyak Sawit dengan Metode Kromatografi Kolom Adsorpsi.

0 11 90

OPTIMASI PENGGUNAAN ADSORBEN PADA PROSES PEMISAHAN KAROTENOID DARI MINYAK KELAPA SAWIT DAN METILESTER MINYAK SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KOLOM.

0 4 21