KAROTENOID Studi Penggunaan Adsorben Sintetis Kalsium Maleat – Grafting – High Density Polyethylene (HDPE) Pada Pemisahan Karotenoid Dari Biodiesel Minyak Sawit

5. Tripalmitin 5,0 6. Dipalmitolein 37, 7. Palmito stearin olein 10,7 8. Palmito olein 42,8 9. Triolein linoleat 3,1 Sumber Pahan, 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya. Keunikan lain dari minyak kelapa sawit adalah tingginya kandungan karotenoid dan tokoferol Darnoko, 2006. Minyak kelapa sawit adalah sumber karotenoid terbesar dari alam yang terdapat dalam bentuk retinol provitamin A, mengandung 15 sampai 300 kali lebih besar dibandingkan dalam wortel dan sayuran Latif, 2001

2.2. KAROTENOID

Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang berwarna kuning, jingga, merah jingga serta larut dalam minyak. Karena itulah, karotenoid sering dibuat menjadi konsentrat yang dimanfaatkan sebagai pewarna makanan yang aman dan alami sekaligus menjadi suplemen provitamin A. Karotenoid terdapat dalam kloroplas 0,5 bersama-sama dengan klorofil 9,3 terutama pada bagian permukaan atas daun, dekat dengan dinding sel palisade Winarno, 1997. Karena warnanya mempunyai kisaran dari kuning sampai merah, maka deteksi panjang gelombangnya diperkirakan antara 430 – 480 nm Schwartz and Elbe, 1996. Komponen karotenoi memiliki sifat penyerapan panjang gelombang tertentu. Pada pelarut yang berbeda, karotenoid akan menyerap panjang gelombang yang berbeda secara maksimum. Sifat penyerapan ini dijadikan dasar untuk menentukan jumlah karotenoid secara spektrofotometri Simpson et al, 1987. PORIM 1995 telah menguji bahwa karotenoid minyak sawit yang dilarutkan pada heksana mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 446 nm. Menurut Meyer 1966, karotenoid dibagi atas empat golongan yaitu : 1 karotenoid hidrokarbon, C 40 H 56 seperti α,β, dan γ karotenoid dan likopen; 2 xantofil Universitas Sumatera Utara dan derivat karotenoid yang mengandung oksigen dan hidroksil antara lain kriptoxantin, C 40 H 55 OH dan lutein, C 40 H 54 OH 2 ; 3 asam karotenoid yang mengandung gugus karboksil; dan 4 ester xantofil asam lemak misalnya zeasantin. Karotenoid termasuk senyawa lipida yang tidak tersabunkan, larut dengan baik dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air Ranganna, 1979. Menurut Meyer 1966 sifat fisika dan kimia karotenoid adalah larut dalam minyak dan tidak larut dalam air, larut dalam klorofom, benzena, karbon disulfida dan petroleum eter, tidak larut dalam etanol dan metanol dingin, tahan terhadap panas apabila dalam keadaan vakum, peka terhadap oksidasi, autooksidasi dan cahaya, dan mempunyai ciri khas absorpsi cahaya. Reaksi oksidasi dapat menyebabkan hilangnya warna karotenoid dalam makanan Schwartz and Elbe, 1996. Reaksi oksidasi karotenoid juga dipicu oleh suhu yang relatif tinggi. Karotenoid mengalami kerusakan oleh pemanasan pada suhu diatas 60 o C Naibaho, 1983. Ikatan ganda pada karotenoid menyebabkan percepatan laju oksidasi karena sinar dan katalis logam, seperti tembaga, besi dan mangan Walfford, 1980. Karotenoid lebih tahan disimpan dalam lingkungan asam lemak tidak jenuh jika dibandingkan dengan penyimpanan dalam asam lemak jenuh, karena asam lemak lebih mudah menerima radikal bebas dibandingkan dengan karotenoid. Sehingga apabila ada faktor yang menyebabkan oksidasi, asam lemak akan teroksidasi terlebih dahulu dan karotenoid akan telindungi lebih lama Chichester et al, 1970. Karotenoid merupakan sumber vitamin A yang berasal dari tanaman, sedangkan yang berasal dari hewan berbentuk vitamin A.Beberapa jenis karotenoid dalam tanaman dan aktivitas provitamin A-nya disajikan dalam tabel 2.3. Tabel 2.2. Beberapa jenis karotenoid dalam tanaman dan aktivitas provitamin A-nya a Jenis Karotenoid Aktivitas provitamin A β-Karotenoid 100 α-Karotenoid 50 – 54 γ-Karotenoid 42 – 50 β-zeakarotenoid 20 – 40 β-Karotenoid-5,6-monoepoksida 21 3,4-dehidro- β-karotenoid 75 Universitas Sumatera Utara 1 2 3 4 5 6 16 17 7 8 9 10 11 12 13 14 15 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 16 17 a Hasanah 2006 β-karotenoid sering juga disebut anti xeropthalmia karena defesiensi β- karotenoid dapa t meyebabkan gejala rabun mata. β-karotenoid dalam minyak sawit selain merupakan provitamin A juga dapat mengurangi peluang terjadinya penyakit kanker, mencegah proses penuaan dini, meningkatkan imunitas tubuh, dan mengurangi terjadinya penyakit degeneratif Muhilal, 1991; Murakoshi et al, 1989. Struktur karotenoid dapat dilihat seperti dibawah ini : α-karotenoid 1 2 3 4 5 6 16 17 7 8 9 10 11 12 13 14 15 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 16 17 β-karotenoid 1 2 3 4 5 6 16 17 7 8 9 10 11 12 13 14 15 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 16 17 δ-karotenoid γ-karotenoid Gambar 2.1. Gambar struktur karotenoid β karotenoid yang merupakan rantai poliena yang dapat mempunyai konsfigurasi cistrans dapat membentuk 272 isomer, sedangkan isomer asimetrik α - karotenoid dapat membentuk 512 isomer. \ H C C H H C C H H C C H H C C H H C C H H C Gambar 2.2. Struktur poliena Universitas Sumatera Utara Ikatan rangkap karbon-karbon berinteraksi satu sama lain memungkinkan elektron- elektron didalam molekul saling berpindah secara bebas disekitar molekul tersebut. Dengan meningkatnya jumlah ikatan rangkap, elektron yang berasosiasi dengan sistem terkonjugasi mempunyai ruang untuk bergerak, sehingga membutuhkan energi yang lebih sedikit untuk berubah muatan. Hal ini menyebabkan energi absorbsi cahaya terhadap molekul berkurang. Semakin besar frekuensi cahaya yang diserap dari spektrum tampak, warna merah dalam senyawa semakin meningkat. Karotenoid dari minyak kelapa sawit mengandung sekitar 60- 65 β- karotenoid dan 35- 40 α - karotenoid, disamping sejumlah lycophene dan γ- karotenoid Blaizot, 1953. Karotenoid dapat terdegradasi oleh panas, cahaya dan oksigen. Karotenoid terdegradasi dengan cepat mulai pada suhu 60 o C. Titik leleh β-karotenoid dan α- karotenoid berturut-turut adalah 183 o C dan 187,5 o C.Siahaan dan Lamria, 2006. Telah dilaporkan baru- baru ini bahwa β-karotenoid murni berwarna hitam, tetapi karena bereaksi secara langsung dengan oksigen maka diasumsikan berwarna merahorange.Gustone, 2004. Kegunaan karotenoid antara lain sebagai provitamin A, mencegah pembentukan tumor, sebagai pewarna kuning untuk makanan, sebagai bahan aditif di industri farmasi dan kosmetika, dan lain sebagainya. Siahaan, 2005 Tubuh manusia mempunyai kemampuan mengubah sejumlah besar β- karotenoid menjadi vitamin A retinol, sehingga β-karotenoid ini disebut provitamin A. Mengkonsumsi β-karotenoid jauh lebih aman daripada mengkonsumsi vitamin A yang dibuat secara sintetis. Pendekatan yang terbaik untuk mencegah defesiensi vitamin A adalah dengan menghimbau agar suplementasi β-karotenoid dosis tinggi dilakukan pada diet intake Winarno, 1997 Menurut Gross 1991, belum terdapat metode standar untuk ekstraksi karotenoid. Namun untuk mendapatkan hasil yang optimal, sebaiknya digunakan bahan yang segar, tidak rusak, dan contoh yang digunakan harus terwakili. Selain itu, ekstraksi dilakukan secepat mungkin untuk mencegah kerusakan akibat oksidasi. Karena itulah dicoba dilakukan ekstraksi sederhana dengan menggunakan teknik Universitas Sumatera Utara H 2 C HC O H 2 C O O C C C R R R O O O + CH 3 OH OH - H 2 C HC OH H 2 C OH OH + 3 RCOOCH 3 trigliserida minyaklemak metanol gliserol metil ester fraksinasi. Banyak metode lain yang sudah dilakukan untuk memperoleh karotenoid dari minyak kelapa sawit.

2.3. METIL ESTER BIODIESEL

Dokumen yang terkait

Peranan Kalsium Pada Adsorben Kalsium Polistirena Sulfonat dan Kalsium Stearat Terhadap Adsorpsi dan Desorpsi Tokoferol dan Tokotrienol dari Campuran Metil Ester Minyak Kemiri

8 106 69

Penggunaan Polistirena Sulfonat Sebagai Katalis Transesterifikasi Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas) Berkadar Asam Lemak Bebas Tinggi

1 48 60

Peranan Divinil Benzena Terhadap Kompatibilitas Campuran Low Density Polyethylene (LDPE) Dan Abu Ban Bekas Menggunakan Inisiator Dikumil Peroksida

1 35 65

Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrida Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrida Pada Polipropilena Terdegradasi Dengan Inisiator Benzoil Peroksida

3 57 60

Kualitas Papan Komposit Plastik pada Berbagai Kadar Aditif Berbahan Limbah Batang Kelapa Sawit dan High Density Polyethylene (HDPE)

0 58 84

Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High Density Polyethylene ( HDPE ) Dengan Inisiator Benzoil Peroksida

3 61 57

Pengaruh Waktu Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Dalam High Density Polyethylene (HDPE) Dengan Inisiator Benzoil Peroksida

1 53 47

PENGARUH PENGGUNAAN SERAT HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON TERHADAP KUAT TARIK BETON

2 28 19

Optimasi Penggunaan Adsorben pada Proses Pemisahan Karotenoid dari Metil Ester Kasar Minyak Sawit dengan Metode Kromatografi Kolom Adsorpsi.

0 11 90

OPTIMASI PENGGUNAAN ADSORBEN PADA PROSES PEMISAHAN KAROTENOID DARI MINYAK KELAPA SAWIT DAN METILESTER MINYAK SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KOLOM.

0 4 21