ADSORBEN SINTETIK BAHAN POLIMER BERBAHAN POLIETILENA

Proses ini pada umumnya menurunkan kapasitas dari adsorben karena gaya adhesinya yang kuat sehingga proses ini tidak reversibel Bernasconi et al, 1995. Metode adsorpsi dapat diterapkan untuk memperoleh karotenoid yang terdapat dalam suatu campuran minyak. Biasanya dilakukan di dalam proses pemucatan minyak sawit Ooi et al, 1994; Choo, 1995. Metode adsorpsi fase tebalik reverse phase adsorption melalui jalur metil ester mampu menghasilkan lebih dari 90. Naibaho 1983 telah mengekstrak karotenoid dari bleaching earth komersil dengan beberapa tahap.

2.5. ADSORBEN SINTETIK BAHAN POLIMER BERBAHAN POLIETILENA

Adsorben adalah bahan padat dengan luas permukaan dalam yang sangat besar. Permukaan yang luas ini terbentuk karena banyaknya pori yang halus pada padatan tersebut. Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorben adalah bahan-bahan yang sangat berpori, dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau pada daerah tertentu di dalam partikel itu. Karena pori-pori adsorben biasanya sangat kecil maka luas permukaan dalamnya menjadi beberapa kali lebih besar dari permukaan luar. Biasanya luasnya berada dalam ukuran 200 - 1000 m 2 g adsorben dengan diameter pori sebesar 0,0003 – 0,02 m Bernasconi et al, 1995. Banyak adsorben yang telah digunakan pada penjumputan karotenoid. Attalpulgit adalah jenis mineral silika magnesium aluminium dalam bentuk kristal, serta memiliki struktur khusus rantai berlapis. Attaupulgit memiliki sifat koloid yang sangat baik sebagai bahan polimer anorganik dalam penyerapan karotenoid Arisurya, 2009. Magnesium silikat sintetik mampu menghilangkan bahan pengotor seperti sabun, bau, klorofil pada biodiesel Bryan, 2005. 2.5.1.Alkena Olefin Sebuah alkena ialah suatu hidrokarbon yang mengandung suatu ikatan rangkap, kadang-kadang alkena disebut dengan olefin dari kata olefinat gas yang membentuk minyak. Alkena adalah suatu senyawa tak jenuh, berikatan geometrik membentuk hibridisasi sp 2 . Universitas Sumatera Utara Alkena dapat dibuat dengan reaksi eliminasi alkohol dalam asam kuat atau alkil halida dalam basa kuat. Alkena dapat mengalami reaksi-reaksi addisi lazim seperti dengan hidrogen, klor atau dengan hidrogen halida, reaksi hidrogenasi katalitik, oksidasi dan polimerisasi. Polimerisasi alkena seara addisi menghasilkan suatu polietilena.

2.5.2. Polietilena

Polietilena dibuat dengan jalan polimerisasi gas etilena pada pemecahan minyak bumi, gas alam atau asetilena. Polimerisasi etilena ditunjukkan pada reaksi dibawah ini. C C H H H H n C C H H H H n etilena Gambar 2.4. Polimerisasi Polietilena Polietilena adalah salah satu dari poliolefin yang paling banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan berbagai jenis peralatan rumah tangga dan kemasan makanan maupun minuman. Pemanfaatannya yang sangat luas dimungkinkan karena polimer ini memiliki banyak sifat-sifat yang bermanfaat antara lain daya tahan terhadap zat kimia dan benturan yang baik, mudah dibentuk dan dicetak, ringan dan harganya murah. Akan tetapi, karena kekristalan dan sifat hidrofobnya yang tinggi, energi permukaannya yang rendah, serta terbatasnya sifat aktif yang ada pada permukaan polietilena, membatasi pemanfaatan polietilena tersebut dalam beberapa bidang aplikasinya seperti perekatan, pengecatan, dan pencetakan. Secara umum, beberapa sifat tertentu seperti komposisi kimia, hidrofilitas, kekasaran, kekristalan, daya hantar listrik, daya adhesi, dan kelumasan dibutuhkan untuk pemanfaatan polimer tersebut. Untuk meningkatkan kesesuaian sifatnya compability, salah satu cara yang sudah dikembangkan adalah dengan memodifikasi permukaan polietilena agar dapat berinteraksi dengan bahan lain sehingga memenuhi persyaratan sesuai dengan peruntukan yang diinginkan. Universitas Sumatera Utara Secara kimia polietilena sangat resisten. Polimer ini tidak larut dalam pelarut apapun pada suhu kamar, tetapi menggembung oleh hidrokarbon dan tetraklorometana karbon tetra klorida. Polietilena tahan terhadap asam dan basa, tetapi dapat dirusak oleh asam nitrat pekat. Polietilena tidak tahan terhadap cahaya dan oksigen Cowd, 1991. Polietilena pada dasarnya adalah homopolimer dari etilena, tetapi sekarang kebanyakan polietilena merupakan kopolimer etilena dengan 10 nya merupakan α- olefin, seperti 1-butena, 4-metilpentena, 1-heksena, dan i-oktena. LDPE dan beberapa jenis HDPE tingkat tinggi merupakan homopolimer. LDPE adalah merupakan rantai polimer dengan kristalinitas 40-60. Densitas polietilena biasanya berkisar 0.880 sampai 0.975 grcm 3 . Polietilena sebagiannya merupakan amorf sedangkan sebagian lagi merupakan kristalin. Rantai samping dari polietilena ini merupakan aktor penentu utama dalam penentuan derajat kristalinitas. HDPE 90 merupakan kristal, sedangkan HDPE yang derajat kristalinitasnya dibawah 50 adalah suatu amorf. Jenis polietilena yang banyak digunakan adalah LDPE low density polyethylene yang mempunyai rantai bercabang dan HDPE high density polyethylene yang tidak mempunyai cabang tetapi merupakan rantai utama yang lurus. LDPE bersifat lentur, ketahanan listrik yang baik, kedap air, lebih lunak daripada HDPE. HDPE memiliki kecenderungan tidak tahan terhadap perubahan cahaya sehingga mudah berubah warna oleh pengaruh cahaya matahari. Tabel 2.4. Sifat Fisik dan Mekanik Polietilena Sifat Fisik dan Mekanik LDPE Rantai Cabang HDPE Rantai Lurus Berat jenis gcm 3 0.91 – 0.94 0.95 – 0.97 Titik Leleh o C 105 – 115 135 Kekerasan 44 – 48 55 – 70 Kapasitas Panas kJ -1 kg -1 K -1 1.916 1.916 Regangan 150 – 60 12 – 700 Tegangan Tarik Nm 2 15.2 – 78.6 17.9 – 33.1 Tegangan Impak 16 0.8 – 14 Universitas Sumatera Utara Konstanta Dielektrik 2.28 2.32 Resitivitas Ohm cm 6 x 10 5 6 x 10 5

2.5.3. Proses Grafting

Salah satu metode modifikasi yang diketahui efektif untuk memasukkan sifat- sifat yang diinginkan kedalam polietilena adalah teknik grafting tempelcangkok. Kelebihan teknik grafting ini adalah polietilena dapat difungsionalisasikan berdasarkan sifat yang dimiliki oleh monomer yang terikat secara kovalen tanpa memengaruhi struktur dasar polietilena. Modifikasi suatu polimer dengan teknik grafting melibatkan pembentukan sifat aktif berupa radikal bebas atau ion terlebih dahulu pada polimer induk. Pembentukan sifat aktif pada polimer induk dapat dilakukan dengan dua cara, yakni metode kimia dan metode fisika. Dengan metode kimia, radikal terbentuk pada polietilena akibat abstraksi atom hidrogen oleh radikal inisiator seperti BPO benzoil Peroksida, AIBN azobisisobutyronitrile, atau bahan pengoksidasi seperti garam Serium Malcolm,1989. Polietilena yang digrafting itu kemudian diproses ekstrusi biasa atau dicetak menjadi produk yang diharapkan. Berlangsungnya reaksi grafting dalam ekstruder ialah karena : a. Granul polimer dilelehkan pada daerah awal umpan ekstrudernya b. Katalis peroksida diinjeksikan kedalam ekstruder, membentuk loka aktif pada rantai utama polimer c. Monomer diinjeksikan ke lelehan tadi. Terkadang katalis dan momnomernya tercampur d. Komponen-komponen dicampur dengan laju geser yang tinggi e. Monomer dan produk saling samping dikeluarkan dari campuran lelehan pada daerah pengatsiran vakum f. Lelehan reaksi diekstrusi dan dipeletkan sebagai bahan baku granul dan dibentuk menjadi produk akhir. Universitas Sumatera Utara Pemprosesan reaktif amat bermanfaat untuk grafting sejumlah besar monomeroligomer reaktif panas seperti maleat anhidrida atau amina reaktif yang dapat diinjeksikan sepanjang ekstruder Hartomo, 1993

2.5.4. Inisiator

Kebanyakan polimer sintetis secara komersil dapat dihasilkan melalui proses polimerisasi reaksi rantai yang kadang-kadang disebut dengan polimerisasi addisi. Penggunaan terbanyak dari inisiator organik seperti benzoil peroksida sering digunakan sebagai perekat yang bagiannya sama dari suatu cairan seperti dibutil ftalat. Peroksida organik mudah diuraikan dan peroksida organik harus dipegang hati-hati. Peruraian mereka mungkin dipercepat dengan pemanasan Seymour, 1975. X X 2 X . Cl Cl 2 Cl . Klor Radikal Klor O O 2 O . Peroksida Radikal Peroskida R O O O O O 2 R O . O Perester Radikal Perester 2 R . + CO 2 Radikal Alkil R N N R 2 R . + N 2 Senyawa Azo Radikal Alkil Gambar 2.5. Reaksi Pemecahan Inisiator organik Kebanyakan pemicu yang digunakan secara luas adalah radikal bebas yang dihasilkan dari peruraian peroksida. Peroksida organik seperti benzoil peroksida diuraikan dengan mudah untuk menghasilkan radikal bebas benzoil. Kemudian radikal bebas benzoil diuraikan untuk membentuk karbon dioksida CO 2 dan radikal fenil dapat digambarkan sebagai berikut : C O O O C O Heat 2 C O . O . + CO 2 Benzoil Peroksida Radikal Benzoil Fenil Gambar 2.6. Reaksi pemecahan benzoil peroksida Universitas Sumatera Utara Radikal bebas fenil itu kemudian ditambahkan ke sebuah monomer vinil seperti stirena C 6 H 5 CH=CH 2 . Untuk menghasilkan sebuah radikal bebas yang baru dapat merambat propagasi dengan monomer-monomer vinil lainnya. Benzoil peroksida merupakan senyawa peroksida yang berfungsi sebagai inisiator dalam proses polimerisasi dan dalam pembentukan ikatan silang dari berbagai polimer dan material polimer. Senyawa peroksida ini dapat digunakan sebagai pembentuk radikal bebas. Peroksida organik seperti benzoil peroksida diuraikan dengan mudah untuk menghasilkan radikal bebas benzoil. Benzoil peroksida mempunyai waktu paruh yang dipengaruhi tekanan dan suhu, waktu paruh relatif kecil yaitu 0.37 jam pada suhu 100 o C. penambahan sejumlah tertentu zat pembentuk radikal akan memberikan ikatan bagi bahan polimer Almalaika, 1997

2.5.5. Maleat anhidrida

Maleat anhidrida dengan berat molekul 98,06, larut dalam air, meleleh pada suhu 57-60 o C, mendidih pada 202 O C dan spesifik graffiti 1,5. Maleat anhidrida adalah senyawa vinil tidak jenuh merupakan bahan mentah dalam sintesa resin poliester, pelapisan permukaan karet, deterjen, bahan additif dan minyak pelumas, plastisizer dan kopolimer. Maleat anhidrida mempunyai sifat kimia yang khas yaitu adanya ikatan etilenik dengan gugus karbonil disalamnya, ikatan ini berperan dalam reaksi addisi. Dalam penelitian diharapkan maleat anhidrida tergrafting menempel pada polimer sehingga sifat fisik dan kimia dari polietilena dapat berubah dan dapat menghasilkan produk yang lebih baik. Adapun beberapa gambaran sifat-sifat maleat anhidrida dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini : Tabel 2.5. Sifat-sifat Maleat anhidrida Deskripsi Berwarna atau padatan Putih Rumus Molekul C 4 H 2 O 3 Berat Molekul 98.06 gmol Titik Didih 202 o C Titik Leleh 52.8 o C Tekanan 0.1 torr 25 o C Kelarutan Larut dalam air, eter, asam asetat, kloroform, aseton, etil asetat, benzene Universitas Sumatera Utara

2.5.6. Tahapan-tahapan dalam Reaksi Grafting dan Polimerisasi

2.5.6.1.Inisiasi Tahap inisiasi adalah tahap pembentukan awal radikal-radikal bebas. Radikal bebas dapat dihasilkan terutama melalui dekomposisi termal senyawa peroksida dan hidroperoksida, bias juga melalui senyawa azo atau diazo. Radikal dari katalis beradisi pada ikatan rangkap dua karbon-karbon dari monomer vinil. Contohnya pada etilena : R – O – O – R 2 R – O . Peroksida Organik dua radikal RO . + CH 2 =CH 2 RO-CH 2 -CH 2 . Radikal Katalis Vinil Radikal Bebas Karbon Hasilnya ialah radikal bebas karbon, yang beradisi pada molekul etilena lain secara berkelanjutan. 2.5.6.2.Propagasi Setelah terbentuk, radikal bebas tersebut akan mengawali sederetan reaksi dimana terbentuk radikal bebas baru. Secara kolektif, terbentuknya reaksi-reaksi ini disebut tahap propagasi. Rantai karbon terus tumbuh memanjang sampai terjadi reaksi penghentian rantai mungkin melalui penggabungan dua radikal. Pada hakikatnya, pembentukan awal beberapa radikal bebas mengakibatkan perkembangbiakan radikal-radikal bebas baru dalam suatu reaksi rantai radikal. 2.5.6.3.Terminasi Proses propagasi akan berlangsung sampai molekul monomer habis bereaksi. Bila konsentrasi monomer sistem menurun, kemungkinan reaksi antara pusat aktif dengan monomer menjadi kecil. Sebaliknya pusat aktif akan cenderung berinteraksi satu sama lain dengan spesies lain dalam sistem membentuk molekul primer yang mantap. Disamping ketiga reaksi proses inisiasi, propagasi, terminasi di atas, polimerisasi radikal selalu diikuti proses lain yang melibatkan interaksi radikal dengan Universitas Sumatera Utara + CH 2 - CH - CH 2 - CH 2 MAH CH 2 - CH - CH 2 - CH 2 . + CH 2 - CH - CH 2 - CH 2 MA . CH 2 - CH 2 - CH 2 - CH 2 CH 2 - CH - CH 2 - CH 2 CH 2 - CH - CH 2 - CH 2 + CH 2 - CH 2 - CH 2 - CH 2 + CH 2 - CH=CH - CH 2 molekul disekitar pelarut, aditif bahkan monomer. Interaksi ini dikenal dengan nama proses alih rantai. Dalam hal ini radikal semua akan di non aktifkan oleh bahan pengalih rantai dan membentuk radikal baru yang mantap Seymour, 1975 Menurut Ghaemy 2003, berikut reaksi polimerisasi radikal maleat anhidrida dan polietilena dengan benzoil peroksida sebagai pemicu dari mulai proses inisiasi, propagasi dan terminasi : 1 Dekomposisi Peroksida R-O-O-R 2 RO . 2 Inisiasi RO . + CH 2 - CH 2 - CH 2 - CH 2 CH 2 - CH - CH 2 - CH 2 R-OH + 3 Propagasi CH 2 - CH - CH 2 - CH 2 + MA CH 2 - CH - CH 2 - CH 2 MA . 4 Transfer Rantai : 5 Terminasi : Disproporsionasi CH 2 - CH - CH 2 - CH 2 CH 2 - CH 2 - CH - CH 2 Ikat silang Polimer Gambar 2.7. Mekanisme reaksi pencangkokan grafting maleat anhidrida terhadap polietilena dengan inisiator suatu peroksida Benzoil Peroksida

2.6. Kalsium

Dokumen yang terkait

Peranan Kalsium Pada Adsorben Kalsium Polistirena Sulfonat dan Kalsium Stearat Terhadap Adsorpsi dan Desorpsi Tokoferol dan Tokotrienol dari Campuran Metil Ester Minyak Kemiri

8 106 69

Penggunaan Polistirena Sulfonat Sebagai Katalis Transesterifikasi Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas) Berkadar Asam Lemak Bebas Tinggi

1 48 60

Peranan Divinil Benzena Terhadap Kompatibilitas Campuran Low Density Polyethylene (LDPE) Dan Abu Ban Bekas Menggunakan Inisiator Dikumil Peroksida

1 35 65

Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrida Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrida Pada Polipropilena Terdegradasi Dengan Inisiator Benzoil Peroksida

3 57 60

Kualitas Papan Komposit Plastik pada Berbagai Kadar Aditif Berbahan Limbah Batang Kelapa Sawit dan High Density Polyethylene (HDPE)

0 58 84

Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High Density Polyethylene ( HDPE ) Dengan Inisiator Benzoil Peroksida

3 61 57

Pengaruh Waktu Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Dalam High Density Polyethylene (HDPE) Dengan Inisiator Benzoil Peroksida

1 53 47

PENGARUH PENGGUNAAN SERAT HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON TERHADAP KUAT TARIK BETON

2 28 19

Optimasi Penggunaan Adsorben pada Proses Pemisahan Karotenoid dari Metil Ester Kasar Minyak Sawit dengan Metode Kromatografi Kolom Adsorpsi.

0 11 90

OPTIMASI PENGGUNAAN ADSORBEN PADA PROSES PEMISAHAN KAROTENOID DARI MINYAK KELAPA SAWIT DAN METILESTER MINYAK SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KOLOM.

0 4 21