+
CH
2
- CH - CH
2
- CH
2
MAH CH
2
- CH - CH
2
- CH
2
.
+ CH
2
- CH - CH
2
- CH
2
MA .
CH
2
- CH
2
- CH
2
- CH
2
CH
2
- CH - CH
2
- CH
2
CH
2
- CH - CH
2
- CH
2
+ CH
2
- CH
2
- CH
2
- CH
2
+
CH
2
- CH=CH - CH
2
molekul disekitar pelarut, aditif bahkan monomer. Interaksi ini dikenal dengan nama proses alih rantai. Dalam hal ini radikal semua akan di non aktifkan oleh bahan
pengalih rantai dan membentuk radikal baru yang mantap Seymour, 1975
Menurut Ghaemy 2003, berikut reaksi polimerisasi radikal maleat anhidrida dan polietilena dengan benzoil peroksida sebagai pemicu dari mulai proses inisiasi,
propagasi dan terminasi : 1
Dekomposisi Peroksida R-O-O-R 2 RO
.
2 Inisiasi
RO
.
+
CH
2
- CH
2
- CH
2
- CH
2
CH
2
- CH - CH
2
- CH
2
R-OH +
3 Propagasi
CH
2
- CH - CH
2
- CH
2
+ MA
CH
2
- CH - CH
2
- CH
2
MA
.
4 Transfer Rantai :
5 Terminasi :
Disproporsionasi
CH
2
- CH - CH
2
- CH
2
CH
2
- CH
2
- CH - CH
2
Ikat silang Polimer
Gambar 2.7. Mekanisme reaksi pencangkokan grafting maleat anhidrida terhadap polietilena dengan inisiator suatu peroksida Benzoil Peroksida
2.6. Kalsium
Unsur golongan IIA dapat membentuk kompleks dengan 6H
2
O, seperti MgH
2
O
6
Cl
2
mengindikasikan bahwa unsur ini memberikan ikatan melalui kontribusi orbital d sekalipun energi tinggi Madan, 2003. Dengan Ca dan Ba interkasi orbital d
lebih moderat. Berbeda jika dengan logam transisi, orbital d energi cukup rendah seh
ingga mengikat kuat ikatan π pada oleat.
--CH
2
-CH-CH
2
-CH
2
------ MA
----CH
2
-CH-CH
2
-CH
2
---- Ikat silang polimer
Universitas Sumatera Utara
Untuk logam Kalsium, energi orbital d lebih tinggi dari unsur transisi lainnya. Pemakaian Ba mungkin sedikit berbeda dengan kalsium dalam tingkat besar lobe
orbital 4d dan 3d orbial. Sifat ini perlu dikaji untuk mendapatkan reaktifitas dan stabilitas sebagai bahan pemantap senyawa dengan ikatan tak jenuh Shriver, 1990.
Kemampuan untuk menukar basa berhubungan dengan kekuatan basa logam tersebut : semakin tinggi sifat kebasaan, semakin mudah menukar basa. Untuk logam
golongan I, dimana sifat kebasaan meningkat dari lithium ke natrium dan ke kalium, lebih mudah untuk menukar kalium daripada untuk menukar lithium. Pada logam
golongan II, sifat kebasaan meningkat dari magnesium ke stronsium ke barium; dimana lebih mudah untuk menukar magnesium daripada untuk menukar barium
Rizvi, 2003.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. ALAT – ALAT
Labu Leher tiga Pyrex
Pendingin Leibig Pyrex
Hot Plate Stirer Cimarec
Gelas Beaker Pyrex
Gelas Ukur Pyrex
Tabung Reaksi Pyrex
Kaca Arloji Corong
Pyrex Pompa Vakum
Gelas erlenmeyer Vakum Pyrex
Sentrifugator Neraca Analitik
Sartorius Oven vakum
Corong Penetes Pyrex
Termometer Buret
Pyrex Alat Penguji Titik Lebur
Gallenkamp Pipa Kapiler
Spektrofotometer FT-IR Perkin-Elmer 276, Jepang
Spektrofotometer UV-Vis Type 1700 Shimadzu, Jepang
Labu takar 10 Pyrex
Kuvet Gelas Erlenmeyer
Pyrex
Universitas Sumatera Utara
3.2. BAHAN – BAHAN
HDPE High Density Polyethylene Maleat anhidrida
p.a. Merck Benzoil Peroksida
p.a. Merck Xylena
p.a. Merck Biodiesel Minyak Sawit
CaO p.a. Merck
Metanol p.a. Merck
Etanol p.a. Merck
n-Heksan p.a. Merck
Aseton p.a. Merck
Gas N
2
UHP IsoOktan
p.a. Merck KOH
p.a. Merck HCl
p.a. Merck Phenolftalein
p.a. Merck
3.3. PROSEDUR PENELITIAN