Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 34
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
yaitu rasa kolektifitas menjadi sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari. Individu tidak bisa dengan leluasa berbuat tanpa ada kesepakatan kolektif
dalam mencapai tujuan hidupnya. Mereka tetap terikat dengan sebuah kesadaran kolektif baik ditingkat keluarga maupun masyarakat. Disamping
itu terdapat sebagian kecil masyarakat lainnya yang sosial budayanya masih diwarnai oleh sisa-sisa zaman kerajaan Majapahit, yaitu masyarakat
Tengger yang hidup di lereng gunung Bromo, Kecamatan Sukapura, Sumber dan sekitarnya dengan sebagian besar penduduknya beragama
Hindu. Sebagai
daerah pesisirpantai,
sosial budaya
masyarakat Probolinggo telah mulai mengalami akulturasi. Keragaman budaya itu
menjadi kekayaan
yang harus
dilestarikan dan
dikembangkan. Permasalahan budaya yang dihadapi adalah semakin besarnya pengaruh
globalisasi yang berdampak pada perubahan sosial budaya lokal, yang bila tidak diantisipasi dan dikendalikan tentunya akan berdampak pada nilai-nilai
sosial budaya lokal.
A. Agama
Selama ini pembangunan agama menunjukkan adanya peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
terpeliharanya kerukunan antar umat beragama serta meningkatnya kesadaran dan peran aktif umat beragama. Hal ini ditandai dengan semakin
mantapnya kerukunan hidup umat beragama dan meningkatnya sarana
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 35
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
peribadatan, kegiatan keagamaan serta pelayanan dan penyelenggaraan ibadah haji.
Pada tahun 2004 dari 1.043.967 jiwa penduduk Kabupaten Probolinggo, tercatat 972.994 jiwa menganut Agama Islam. Sedangkan
agama lain dianut oleh sebagian kecil masyarakat. Agama Kristen Protestan dipelukoleh 1.084 jiwa, Agama Katolik dipeluk oleh 1.285 jiwa,
Agama Hindu dipeluk oleh 15.456 jiwa dan Agama budha dipeluk oleh 243 orang.
Permasalahan yang masih memerlukan perhatian bersama adalah pada sebagian masyarakat kehidupan beragama belum menggambarkan
penghayatan dan penerapan niai-nilai ajaran agama yang dianut, walaupun disisi lain kerukunan antara umat beragama masih tetap terpelihara dengan
baik, sehingga diperlukan penghayatan terhadap norma-norma agama yang telah dijalani dengan sepenuh hati. Oleh karena itu pembinaan kehidupan
umat beragama diposisikan sejajar dengan aspek-aspek pembangunan lainnya, karena memiliki makna yang sangat strategis bagi suksesnya
pembangunan secara keseluruhan.
B. Pendidikan
Pembangunan di bidang pendidikan secara umum terus ditingkatkan guna terciptanya masyarakat Indonesia yang berpendidikan untuk
mendukung pembentukan sumberdaya manusia SDM yang berkualitas. Sejalan dengan hal itu, maka peningkatan partisipasi sekolah penduduk
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 36
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
harus diimbangi dengan sarana fisik pendidikan dan tenaga guru yang memadai.
Pada tahun 2004 rasio murid dan guru untuk TK dan SD meningkat masing-masing menjadi sebesar 1:15 dari sebelumnya 1:18. Peningkatan
ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah sekolah, jumlah murid dan jumlah guru. Sementara untuk SLTP dan SMA menurun dari 1:11 menjadi
1:14. Indeks Pendidikan Kabupaten Probolinggo selama lima tahun
terakhir menunjukkan peningkatan, yang di tahun 2004 sebesar 2,18, dari tahun 2003. Besarnya indeks pendidikan di tahun 2004 masih jauh lebih
rendah dari rata-rata Indeks Pendidikan Propinsi Jawa Timur yang sebesar 70,92, namun sudah lebih baik dari pada pencapain indeks tahun-tahun
sebelumnya. Angka indeks pendidikan ini dibentuk berdasarkan gabungan antara Angka Melek Huruf AMH dan Rata-rata Lama Sekolah RLS, yang
proporsinya adalah dua per tiga dari AMH dan satu per tiga dari RLS. Angka Melek Huruf AMH merupakan proporsi penduduk berusia 15
tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya, terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih. AMH
Kabupaten Probolinggo selama 5 tahun terakhir terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Besar AMH tahun 2004 sebesar 75,65 meningkat
1,29 dibandingkan tahun 2003. Angka ini sebenarnya masih tergolong tinggi, karena masih ada sekitar 25 penduduk dewasa yang buta huruf.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo harus berpacu dengan keras agar membebaskan penduduk dewasanya dari buta huuruf. Buta huruf dewasa
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 37
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
yang dimaksud adalah seluruh penduduk 15 tahun ke atas, termasuk usia dewasa dan lansia. Membebaskan buta huruf dari penduduk usia sekolah
tentu berbeda dengan membebaskan buta huruf dari penduduk usia dewasa dan lansia. Meningkatnya angka melek huruf menunjukkan bahwa
program-program pembangunan pendidikan yang telah di buat oleh Pemerintah Kabupaten Probolinggo mulai memberikan hasil yang
signifikan. Program-program pendidikan ini terutama ditujukan pada pemberian kesempatan yang lebih merata pada semua lapisan masyarakat
untuk menerima pendidikan. Sementara itu, Rata-rata Lama Sekolah RLS dari pendidikan yang
ditempuh penduduk Kabupaten Probolinggo selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan, yang di tahun 2004 sebesar 5,24 meningkat 0,31
dari tahun 2003. Indikator komposit pendidikan melalui AMH dan RLS merupakan
tingkatan kemajuan yang harus dicapai dalam taraf yang minimal. Asumsi dasarnya adalah semakin lama orang belajar sekolah, semakin tinggi
kemampuan melek hurufnya dan semakin merata tingkat pendidikannya. Hal ini berarti bahwa salah satu indikator kemajuan pembangunan tercapai
dengan signifikan. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu investasi dalam modal
manusia, karena pada hakekatnya investasi tersebut adalah pengorbanan di masa kini untuk memperoleh keuntungan di masa depan. Proses
pendidikan itu sendiri melibatkan suatu bagian waktu, yang tentu saja mengurangi kesempatan untuk menghasilkan yang lain. Oleh karena itu
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 38
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
tidaklah berlebihan bila Kabupaten Probolinggo menempatkan sektor pendidikan sebagai sektor prioritas selain kesehatan dan ketahanan
pangan. Permasalahan yang dihadapi dalam pendidikan, adalah 1
pemerataan dan perluasan akses pendidikan; 2 peningkatan mutu, relevansi dan daya saing keluaran pendidikan; 3 tata kelola dan
akuntabilitas serta pencitraan publik ; 4 masih terbatasnya kebutuhan sarana dan prasarana sekolah; dan 5 kemitraan dengan masyarakat dan
dunia usaha dalam proses belajar mengajar masih perlu ditingkatkan. Pendidikan tidak dapat dilepaskan dengan bidang kebudayaan.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan bidang kebudayaan adalah 1 masih terbatasnya pelakupemerhati seni dan budaya dalam
rangka pembinaan seni dan budaya; 2 dalam upaya pelestarian, peningkatan dan pengembangan kebudayaan, belum mencapai hasil yang
optimal; 3 usaha pelestarian cagar budaya dan nilai budaya belum optimal, dan 4 masih terbatasnya dukungan masyarakat dalam upaya
penggalian, penyusunan penelitian dan penulisan sejarah.
C. Kesehatan