Pembukaan perkebunan ini juga melatarbelakangi kedatangan suku etnik lain ke Sibolga seperti Jawa dan Bugis. Mereka didatangkan sebagai kuli kontrak karena ketiadaan tenaga
kerja yang mencukupi di Sibolga. Sehingga sumber penghasilan rakyat dan pendapatan pemerintah adalah dari perkebunan karet rakyat, ordeneming Belanda, perikanan, dan
perdagangan antar pulau dipantai barat Sumatera.
42
2.3 Sibolga Pada Masa Pendudukan Jepang
Negara-negara Asia Pasifik berada dalam jajahan Inggris, Perancis, Belanda dan Amerika. Oleh karena negara-negara Asia Pasifik merupakan negara jajahan bangsa Eropa,
Jepang mulai mengiming-imingkan akan membebaskan bangsa-bangsa Asia dari penjajahan Barat dengan semboyan Asia untuk bangsa Asia. Taktik Jepang tersebut sedikit banyak nya
telah menggugah hati kaum pergerakan nasional di Indonesia. Di dalam usahanya untuk membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah meletuskan suatu perang di Pasifik.
43
Untuk mencapai maksudnya Jepang melaksanakan strategi pukul dulu kekuatan musuh yang terkuat sampai babak belur baru mengumumkan perang. Hal ini dikarenakan
agar Jepang mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan perang kilat menyapu kekuatan sekutu yang masih tersisa sampai hancur luluh. Pada tanggal 8 Desember 1941 dini hari,
pesawat-pesawat terbang Jepang menyerang dan membom Pearl Harbour di Hawaii, yang merupakan pangkalan armada Pasifik Amerika Serikat. Akibat serangan mendadak itu,
armada Pasifik Amerika Serikat hancur luluh sampai tidak berdaya sama sekali. 4 jam setelah pesawat Jepang menghancurkan armada Pasifik tersebut, barulah kaisar Jepang Hirohito
42
Wawancara dengan Bisler Simamora, pada tanggal 22 Oktober 2013 di Sibolga
43
Nugroho Notosusanto, Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1984, hlm.1
Universitas Sumatera Utara
mengumumkan ‘Perang Asia Timur Raya’ atau Dai Toa Senso untuk membebaskan bangsa- bangsa Asia dari penjajahan Barat dan membangun kemakmuran bersama Asia Timur
Raya
44
Dengan demikian pecahlah perang dunia ke II di Asia. Ketika itu pada hari yang sama Gubernur Jendral Hindia Belanda mengumumkan perang terhadap kerajaan Jepang, maka
secara resmi Indonesia pun telah masuk dalam kanca perang dunia ke II. Oleh sebab itu Belanda bergabung dalam ABCD front America, British, Cina, Dutch untuk melawan
penyerbuan Jepang. . Hal ini merupakan titik awal lenyapnya kolonial Barat dari seluruh kawasan Asia
Pasifik.
45
Setelah mengumumkan perang, Jepang segera mengirimkan balatentaranya ke Selatan di bawah pimpinan Jendral Terauchi untuk menaklukan Hongkong, Indo China, Thailand,
Burma, Malaya, Singapore, Indonesia dan Pilipina. Dalam waktu 3 bulan saja, kekuasaan Inggris di Hongkong, Burma, Malaya, dan Singapore, kekuasaan Perancis di Indo China,
kekuasaan Belanda di Indonesia dan kekuasaan Amerika Serikat di Pilipina telah beralih ketangan balatentara Jepang
46
. Pada tanggal 15 januari 1942 Singapura yang merupakan benteng pertahanan Inggris yang terkuat di Asia Timur bertekuk lutut setelah digempur
jendral Yamasita yang terkenal dengan julukan Harimau Malaya
47
44
M. Panggabean, Berjuang dan Mengabdi, Jakarta: PT Sinar Agape Press, 1993, hlm. 35
. Dengan demikian terbuka lah pintu bagi Jepang untuk merebut Indonesia dari tangan Belanda.
45
Sagiman M.D., Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Fasisme Jepang, Jakarta: inti Idayu Press, 1985, hlm. 21,22
46
Soebagijo I.N, Sudjono, Mendarat Dengan Pasukan Jepang di Banten, Jakarta: Gunung Agung, 1983, hlm. 172
47
Sagiman M.D, op. cit hlm. 22
Universitas Sumatera Utara
Pasukan Jepang yang dikerahkan untuk merebut Indonesia adalah tentara ke tujuh menaklukkan Sumatra, tentara ke-16 menaklukkan Jawa dan Madura, armada Selatan dari
Angkatan Laut menaklukkan Borneo Sulawesi, dan Indonesia bagian Timur. Siaran-siaran radio di Jepang tidak henti-hentinya menyiarkan propoganda dengan cara yang simpati
menjelaskan bahwa perang Asia Timur Raya itu adalah untuk membebaskan bangsa-bangsa Asia dari penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Tentara Jepang ke-16, terpisah sendiri dari
Tentara Jepang di Sumatera Timur membagi Sumatera Timur di dalam 5 pusat : Binjai Padang Berahrang, Sungai Karang Galang, Dolok Merangir, Kisaran, dan Perkebunan
Wungfoot.
48
Secara resmi Belanda menyerah kepada Jepang melalui Letnan Jendral H. Ter Poorten, Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda, pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati.
Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.
49
Pada tanggal 12 Maret 1942 kesatuan-kesatuan tentara Jepang telah mendarat di Tanjung Tiram, kemudian dengan
menggunakan sepeda yang dirampas dari penduduk, sebagian dari mereka menuju Medan yang dimasuki pada tanggal 13 Maret 1942
50
dan 2 hari kemudian 15 Maret 1942 pasukan infantri sepeda Jepang yang datang dari Tarutung menyerbu Sibolga tanpa perlawanan.
Tentara Jepang telah merebut Sibolga dari tangan Belanda. Belanda tidak mampu mempertahankan dari tangan jajahannya.
51
48
Tengku Luckman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Percetakan Perwira, 1991, hlm.108
49
Cahyo Budi Utomo, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia dari Kebangkitan hingga Kemerdekaan, Semarang: IKIP Semarang Press, 1995, hlm. 177
50
Tengku, op.cit, hlm.109
51
M. Panggabean, op.cit, 36
Universitas Sumatera Utara
Pada umunya, kedatangan Jepang diterima dengan penuh sukacita. Rakyat Indonesia percaya bahwa Jepang datang sebagai pembebas. Kepercayaan ini semakin kuat ketika
Jepang mengizinkan bendera nasional merah-putih dikibarkan dan lagu nasional Indonesia Raya dikumandangkan, dua hal penting yang dulu dilarang oleh Belanda. Alasan terpenting
pendudukan Jepang justru diterima oleh mayoritas kaum terpelajar Indonesia adalah karena penguasa baru tersebut lebih mampu meningkatkan status sosial ekonomi orang Indonesia,
cukup dengan kebijakan tanpa kekerasan
52
Setelah 3 bulan berjalan masa kedudukan Jepang di Sibolga, mereka mulai menunjukkan belangnya. Bendera merah putih tidak lagi diperbolehkan untuk dikibarkan.
Semua radio milik rakyat dikumpulkan dan di simpan dalam gudang dibawah pengawasan Jepang. Rakyat sibolga tidak diperbolehkan untuk membaca surat kabar yang terbit di
Medan. Semua surat kabar itu dihentikan penerbitannya menunggu penerbitan oleh Jepang. Untuk mengambil hati umat Islam, Jepang mengizinkan terbitnya majalah semangat Islam
dengan pimpinan redaksi M.Yunan Nasution .
53
Pada masa penjajahan Jepang ini pemerintahan kedudukan Jepang di Indonesia terbagi atas 3 wilayah yang terpisah satu sama lain, sesuai dengan strategi Jepang sewaktu
menyerbu ke Indonesia. Pulau Jawa dan Sumatera berada dibawah kekuasaan angkatan darat Rikugun sedangkan pulau-pulau Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia bagian Timur berada
dibawah kekuasaan Angkatan Laut yang juga mengalami pengawasan yang keras.
54
52
George Mcturnan Kahin, Nasionalisme dan Revolusi Indonesia, Depok: Komunitas Bambu, 2013, hlm.144
.
53
Soebagijo, ADINEGORO Pelopor Jurnalistik Indonesia, Jakarta: CV. Masagung, 1987, hlm 53
54
Sumarmo, Pendudukan Jepang dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Semarang: IKIP Semarang Press, 1991, hlm. 11
Universitas Sumatera Utara
Panglima tentara ke-25 yang merupakan panglima tertinggi antara Jepang di Sumatera di sebut Saiko Sikikan. Untuk melanjutkan pemerintahan dibentuk kantor pemerintahan
militer yang disebut gunseikanbu yang dikepalai oleh gunseikan dan berkedudukan di Bukit Tinggi serta bertanggung jawab pada saikosikikan.
55
Gunsaikanbu di Bukit Tinggi membawahi 10 gunseiibu di Sumatera atau bekas keresidenan zaman Belanda yang disebut
syu kepala gunseiibu disebut syu chokan. Syu yang ada di Sumatra adalah : Aceh, Sumatera Timur, Tapanauli, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Palembang, Bangke dan Biliton, Bengkulu,
Lampung. Jabatan syu chokan sampai berakhirnya kekuasaan Jepang tetap dipegang oleh pejabat Jepang. Untuk menarik kepercayaan Indonesia terhadap kejujuran Jepang, sejak
tahun 1944 Jepang mulai mengangkat orang Indonesia sebagai fuku syu chokan atau sama dengan wakil residen. Dr. Ferdinand L Tobing yang terpilih sebagai fuku syu chokan untuk
Tapanuli
56
Kantor gunseibu semula berkedudukan di Sibolga. Namun Sibolga dianggap kurang aman karena sering mendapat serangan tembakan dari kapal selam Sekutu sehingga
dipindahkan ke Tarutung yang terletak 66 Km dari Sibolga arah ke pedalaman. Pada masa kependudukan Jepang struktur dan pembagian wilayah pemerintahan Tapanuli hampir sama
dengan sistem pemerintahan dan pembagian wilayah pada masa Hindia Belanda. Daerah syu keresidenan terbagai atas daerah ken setara dengan kabupaten dan shi jika ada
, seorang dokter dan cendikiawan masyarakat Sibolga yang dikenal sebagai seorang dokter berjiwa sosial.
55
M. Panggabean, op.cit, hlm. 41
56
Sagimun M.D, op.cit. hlm. 40
Universitas Sumatera Utara
KotaprajaStaatsgemeente
57
Pada jaman Jepang khususnya sistem pemerintahan keresidenan Tapanuli lebih dititikberatkan pada strategi pertahanan misalnya heiho, gyugun, kaygon heiho dan badan-
badan lainnya. Untuk melaksanakan pemerintahan, Sibolga shico dibantu oleh seorang Guncho dulu setingkat dengan Wedana dan dua orang fuku guncho kira-kira sama dengan
camat sekarang . Oleh sebab itu kota Sibolga disebut shi dan dikepalai oleh
seorang shico. Yang menjadi Sibolga shico adalah S. Takeuchi.
58
Untuk Kuria-kuria lainnya yang termasuk Sibolga Shicho, Guncho Sibolga dibantu oleh Fuku Guncho, yaitu :
. Guncho Sibolga membawahi pelaksana pemerintahan Sibolga dan sekitarnya meliputi: Kotaprajagemeente Sibolga yang terdiri dari: kepala-kepala Lingkungan
I, II, III dahulu disebut wijkmeester, kapitan Cina, yang mengurus masyarakat Cina perantauan, kepala-kepala kampung Aek Habil, Sibolga Julu dan Huta Tonga-tonga. Kepala
kuria disekitar Sibolga terdiri kuria Sibolga, kuria Poriaha, kuria Sibuluan, kuria kalangan, kuria Lopian.
- Fuku Guncho Barus, yang membawahi kepala-kepala kuria yang berada sekitar
Barus -
Fuku Guncho Lumut, yang membawahi kepala-kepala kuria yang berada sekitar lumut
59
Dalam rangka mengambil hati rakyat Indonesia sejak tahun 1944 di setiap syu atau keresidenan dibentuk suatu badan berupa dewan penasihat tingkat syu, yang disebut syu
57
Sagimun M.D, Ibid
58
Mona Manalu, Sejarah Kota Sibolga Dan Perkembangannya Setelah Kemerdekaan 1945-2011, Medan: Tanpa Penerbit, 2011, hlm. 4
59
Elisa Tinambunan, op.cit, hlm. 17
Universitas Sumatera Utara
sangikai. Hal ini juga dilatarbelakangi karena jumlah militer Jepang yang sedikit. Mereka terpaksa mengambil orang Indonesia untuk mengisi lowongan hampir semua jabatan tingkat
menengah-atas dalam bidang administrasi dan teknis yang dulu diduduki oleh orang Belanda atau Indo-Eropa. Jadi, hampir semua personel Indonesia dalam bidang pemerintahan
mendapat kenaikan pangkat satu, bahkan kerap mencapai dua atau tiga tingkat dalam hierarki tempat mereka bekerja
60
Para anggota dewan syu ini adalah pemuka-pemuka pemerintahan, masyarakat, agama dan cendekiawan. Walaupun namanya dewan penasihat, tentu saja nasihatnya harus
sesuai dengan keinginan pemerintah Jepang. Disinilah anggota-anggota dewan harus pandai membungkus inti dari nasihatnya bagi kepentingan rakyat, agar tidak dicurigai oleh pihak
Jepang yang terpilih sebagai ketua Tapanauli syu sangikai adalah Dr.Ferdinan L Tobing menggantikan ketua lamanya Mangaraja parlindungan, yang kemudian terpilih sebagai Fuku
Syu Chokan .
61
Kemudian kira-kira sebelum perang dunia berakhir di Sumatera di bentuk pula Sumatora Chuo Sangi In yaitu dewan penasihat seluruh Sumatera dan berkedudukan di Bukit
Tinggi. .
62
Ketua Sumatora Chuo Sangi In ini adalah Moh.Safeii dari Sumatera Barat, seorang tokoh yang terkenal dengan pendidikan I.N.S di Kayu Tanam dekat Padang. Yang menjadi
sekretaris adalah Adinegoro, seorang tokoh pers dari Medan. Anggota-anggota dewan ini antara lain : Teuku Sya’ Arief dari Aceh, Mangaradja
Suongkupon dan HAMKA dari Sumatra Timur, Dr.Ferdinan L Tobing dari Tapanauli, Moh. Syafeii dari Sumatra Barat, Dr.A.K Gani dari Palembang, Mr.Abbas dari Lampung.
60
George Mcturnan Kahin, op.cit, hlm.145
61
Hamid Panggabean, op.cit, hlm 83
62
Soebagijo I.N, op.cit, hlm. 40
Universitas Sumatera Utara
Untuk bidang pendidikan, sekolah-sekolah kolonial Belanda terdahulu dilebur menjadi satu jenis saja yaitu Sekolah Rakyat 6 tahun, yang disebut dalam bahasa Jepang
‘Zinzyo Koto Syogakko’ milik pemerintah. Anak-anak sekolah yang sebelumnya terkotak- kotak menurut ras dan status sosial orang tuanya pada jaman Jepang harus berbaur sama
tingginya karena Jepang tidak membeda-bedakan status sosial
63
Selama pendudukan Jepang pendidikan bangsa Indonesia tidak begitu diperdulikan oleh pemerintah Jepang. Hal ini dilandasi oleh pemerintah Jepang hanya membutuhkan
rakyat Sibolga untuk kepentingan perang. Walaupun begitu, pendidikan pada masa Jepang dilaksanakan tanpa diskriminasi golongan. Susunan sekolah disederhanakan yaitu Sekolah
Rakyat, Sekolah Lanjutan SMP dan SMT, Sekolah Guru Laki-laki SGL, Sekolah Guru Putri SGP, Sekolah Teknik, Sekolah Teknik Tinggi, Sekolah Kedokteran Tinggi, sedangkan
penyelenggaraan sekolah swasta dilarang. Pemerintah Jepang juga mengharuskan pemakaian bahasa Indonesia di semua tingkat sekolah dan bahasa Jepang.
.
64
Para pelajar di Indonesia termasuk di Sibolga pada masa Jepang lebih banyak mempelajari pelajari militer seperti berbaris kyoren, senam taiso, dan gotong royong ala
Jepang kinrohosi membantu para Romusha atau mencangkul halaman sekolah untuk menanam pohon jarak yang digunakan dalam perlengkapan perang.
65
63
Sumarmo, op.cit, hlm. 13
Pemuda-pemuda Indonesia secara besar-besaran diperkenalkan dengan peperangan. Beribu-ribu pemuda
64
Suradi, dkk, Sejarah Pemikiran Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986, hlm.16
65
Sumarmo, op.cit, hlm. 15
Universitas Sumatera Utara
dilatih menjadi militer. Semangat berani mati jibaku ditanamkan dikalangan para pemuda. Banyak juga dari pemuda-pemuda ini merupakan hasil penculikan oleh Jepang.
66
Keadaan perekonomian Sibolga setelah pendudukan Jepang lambat laun mulai merosot. Pada tahun pertama pendudukan Jepang persediaan makanan dan barang masih
memadai. Uang pemerintah Hindia Belanda mulai diganti dengan uang yang dibuat oleh pemerintah Jepang. Jepang mulai membentuk perusahaan perkebunan yang disebut noyen
renggo kai yang mengurus perkebunan dan menjual hasilnya
67
. Karena Sibolga bukan merupakan daerah pertanian melainkan daerah perkebunan terutama karet, maka yang
pertama merasakan akibat pecahnya perang adalah pemilik kebun dan pekerjanya. Karet tidak dapat lagi diekspor. Sibolga yang bukan merupakan daerah pertanian harus memenuhi
kebutuhan berasnya dari daerah-daerah tetangganya Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan. Tetapi karena masing-masing daerah menjaga persediaan makanan daerahnya, maka
Pemerintah Jepang mengeluarkan peraturan yang melarang perdagangan dan lalu lintas beras antar daerah.
68
Oleh Jepang rakyat Sibolga yang bertani dianjurkan untuk meningkatkan produksi berasnya. Tetapi pada musim panen para petani dipaksa menjualnya kepada pemerintah
Jepang dengan harga yang sangat murah. Demikian pula pada petani yang bertanam sayur- sayuran. Belakangan perdagangan ikan di Sibolga juga dimonopoli oleh pemerintah Jepang.
Jepang mendirikan koperasi kumiai, semua hasil penangkapan ikan tidak boleh dijual langsung kepada rakyat tetapi harus melalui kumiai. Dengan demikian lebih mudah bagi
66
Marnixius Hutasoit, Percikan Revolusi di Sumatera, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1986, hlm.6
67
Tengku Luckman Sinar, op.cit, hlm. 112
68
M.Solly Lubis, op.cit, hlm. 19
Universitas Sumatera Utara
Jepang untuk mengontrol ikan yang masuk dan mereka dapat memilih terlebih dahulu ikan yang masuk dan sisanya dijual kepada rakyat. Untuk mendapatkan ikan sisanya ini rakyat
harus berdesak-desakan karena takut tidak kebagian
69
Dalam rangka menghadapi serangan balik terhadap Jepang maka bala tentara Jepang memperkuat pertahanannya dengan membangun gua pertahanan digunung-gunung sepanjang
pantai. Jepang juga memperkuat infrastruktur pertahanannya dengan membangun jalur-jalur pertahanan, pangkalan dan dok kapal serta meningkatkan produksi pertambangan bahan-
bahan vital. Proyek tersebut memerlukan banyak tenaga buruh kasar. Untuk memenuhi tenaga buruh kasar ini Pemerintah Jepang menarik para buruh dari perkebunan yang ada
disekitar Sibolga dan Sumatera Timur. Karena tidak mencukupi kemudian pihak Jepang mengerahkan dan menangkapi pemuda-pemuda dan bapak-bapak yang masih kuat secara
fisik. Mereka dijadikan pekerja Romusha guna mencapai rencana pemerintah Jepang .
70
Masyarakat Sibolga juga diharuskan mengerjakan dua proyek besar yaitu pembangunan pangkalan pesawat ampihibi dipelabuhan Sibolga lama dan pembangunan dok
kapal di Pulau Sarudik Sambas. Para pekerja Romusha ini tidak diberlakukan secara layak. Mereka tidak mendapatkan pakaian selain apa yang melekat ditubuhnya. Setiap hari mereka
bekerja selama hampir 24 jam. Dalam waktu 3-4 bulan saja banyak dari para Romusha ini menjadi kurus kering. Umumnya mereka terkena borok ulcus tropicum akibat kekurangan
protein yang tidak dapat disembuhkan kecuali dengana makanan yang cukup. .
71
69
Wawancara dengan Leo Sinaga pada tanggal 17 Oktober 2013 di Sibolga
Banyak dari
70
Wawancara dengan Rosita Silalahi pada tanggal 23 Oktober 2013 di Sibolga
71
Sosroatmodjo, Soemarno, Dari Rimba Raya ke Jakarta Raya, Jakarta: Gunung Agung, 1981, hlm. 285
Universitas Sumatera Utara
para Romusha ini harus meninggal tanpa mendapat penguburan yang layak dari Pemerintah Jepang.
2.4 Sibolga Pada Masa Kemerdekaan