Sibolga Pada Masa Kemerdekaan

para Romusha ini harus meninggal tanpa mendapat penguburan yang layak dari Pemerintah Jepang.

2.4 Sibolga Pada Masa Kemerdekaan

Saat Jepang sudah mulai melemah dalam perang Pasifik dan tidak mungkin menang, mereka mulai mengambil hati rakyat Indonesia dengan janji-janji akan memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Beberapa tokoh masyarakat Indonesia mulai diikut sertakan dalam pemerintah daerah. Disetiap keresidenan dibentuk semacam dewan penasehat yang di sebut syu sangi kai dan Dr. Ferdinand Tobing diberikan keperayaan sebagai ketuanya, menggantikan ketua lama, Mangaraja Parlindungan. Dengan demikian mulailah beliau terjun dalam bidang pemerintahan yang lebih luas dalam bidang kedokteran 72 Pada tahun 1944 Dr.tobing di angkat sebagai Wakil Presiden fuku syuchikan sedangkan jabatan presiden chokan masih di tempati oleh pejabat Jepang . 73 Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno Hatta, panitia kemerdekaan Indonesia dalam sidangnya tanggal 22 Agustus 1945 telah menetapkan Mr. Teuku M. Hasan sebagai gubernur Sumatera Utara, yang terdiri dari 10 keresidenan dan salah satu diantaranya adalah Tapanuli. Dalam perjalanan pulang dari Jakarta ke Medan, Mr. . Pada waktu itu kapal sekutu Inggris sudah sering menembaki tangki-tangki minyak di Sibolga. Oleh sebab Sibolga sebagai pusat pemerintahan keresidenan dianggap sudah tidak aman lagi mana di pindahkan ke Tarutung 66 km dari sibolga. 72 Zaidar Jalal, Seri Pahlawan DR. F. L. Tobing, Jakarta:Penerbit Mutiara, 1978, hlm 5 73 Zaidar Jalal, Ibid Universitas Sumatera Utara Teuku M. Hasan mampir ke Tarutung untuk menyampaikan berita mengenai Proklamasi kepada Dr.Tobing. Kemudian sebagai pemimpin besar bangsa Indonesia untuk Sumatera Dr. Tobing dianjurkan untuk membentuk Komite Nasional Keresidenan Tapanuli 74 Untuk mengisi kekosongan pada peralihan kekuasaan dari tangan Jepang ke pihak Indonesia Dr. Tobing bersama sama tokoh pemerintahan dan tokoh masyarakat Tapanuli di Tarutung, yaitu Sutan Naga, Abdul Hakim, Dr. Luhut Lumban Tobing, Mr. Rufinus Lumban Tobing, dan Mr A.H Silitonga mendirikan Badan Keselamatan Rakyat BKR. Tujuan tertulisnya adalah bergerak di bidang ekonomi dan sosial tetapi tersirat adalah untuk menyiapkan diri merealisasikan proklamasi di Tapanuli, sambil menunggu komando dari gubernur Sumatera Utara. Anggota-anggota dari BKR itu sebagian besar terdiri dari gyugun, heiho beserta pemuda-pemuda yang sudah pernah mendapat latihan dari Jepang . Tetapi anjuran itu belum dapat di laksanakan beliau, karna adanya pertimbangan pertimbangan Politis, Yuridis dan keamanan di Tapanuli . 75 Situasi Indonesia mulai panas ketika pada tanggal 14 September 1945 para anggota BKR mengadakan demokrasi ke kantor syuchokan residen Jepang menuntut agar Jepang menyerahkan kekuasaan pemerintahan pada bangsa Indonesia. Pada mulanya pihak jepang bertahan tidak mau memenuhi tuntuntan BKR tersebut sehingga hampir saja terjadi pertumpahan darah. Untunglah Dr. Tobing tampil untuk mengendalikan semangat pemuda yang berapi api. Dipihak lain beliaupun mampu meyakinkan pihak Jepang bahwa jalan terbaik adalah menyerahkan pemerintahan kepada pihak Indonesia dari pada ke pihak . 74 Edisaputra, Sumatera Dalam Perang Kemerdekaan, Jakarta: Yayasan Bina Satria’45, 1987, hlm. 123, 124 75 Zaidar Jalal, op.cit, hlm. 7 Universitas Sumatera Utara Sekutu 76 Sembilan belas hari kemudian yaitu tanggal 3 Oktober 1945 Dr. Tobing menerima surat keputusan Gubernur Sumatera Utara mengenai pengangkatannya sebagai Residen Tapanuli. Setelah menerima pengangkatannya sebagai residen, beliau bermusyawarah dengan para wakil pimpinan daerah luhat sama dengan kabupaten sekarang se-Tapanuli. Di putuskan untuk mengambil alih pemerintahan di seluruh Tapanuli dari tangan Jepang. Peralihan kekuasaan di Tapanuli berjalan dengan mulus, baik di Tarutung maupun di Sibolga, Padang Sidempuan dan Gunung Sitoli Nias . Akhirnya pihak Jepang mau menyerahkan pemerintahan ke pihak Indonesia melalui fuku syu hokan Dr.Tobing tanpa pertumpahan darah. 77 Untuk memperlancar roda pemerintah daerah Tapanuli pada Mei 1946 ibukota keresidenan di pindahkan dari Tarutung kembali ke Sibolga, mengingat letaknya yang sentral bagi luhatkabupaten lainnya. Di samping itu Sibolga adalah kota pelabuhan yang merupakan pintu gerbang keluar masuknya barang antar daerah dan luar negeri. Melalui pelabuhan Sibolga diadakan hubungan perdagangan dengan Singapura. Walaupun harus menembus blokade Belanda. Perdagangan dengan Singapura itu di laksanakan dengan sistem barter. Sibolga mengekspor karet dan sebagai imbalan di impor barang-barang konsumsi yang di perlukan rakyat. Rakyat sangat merasakan manfaat ekspor impor itu karena karet sebagai hasil utama Tapanuli sudah dapat di jual kembali. Untuk membantu kelancaran perekonomian di Tapanuli Dr. Tobing berpendapat perlu adanya paling kurang sebuah bank. Maka didirikanlah bank bernama “Bank Nasional”, yang di kemudian hari di kenal sebagai . 76 Edisaputra, op.cit, hlm 124 77 F.Zebua, Kota Gunung Sitoli Sejarah Lahirnya dan Berkembangnya, Gunung Sitoli, Medan: Tanpa Penerbit, 1996, hlm.98 Universitas Sumatera Utara BNI 1946. Juga dirasakan perlu menyampaikan pengumuman-pengumuman tentang kebijaksanaan pemerintah dan berita berita penting kepada rakyat di seluruh daerah. Oleh sebab itu Dr. Tobing mengusahakan diterbitkannya suatu surat kabar harian bernama “Soeara Nasional” 78 Pada saat pemerintahan pusat dan propinsi semakin terjepit akibat agresi Belanda I tahun 1947, pemerintah keresidenan mendapat wewenang untuk mencetak uang sendiri dan di beri nama Oeang Republik Indonesian Tapanoeli di singkat ORITA . 79 Setelah penyerahan kedaulatan dan terbentuknya negara Republik Indonesia Serikat atau RIS, Dr. Ferdinand Tobing diangkat sebagai Gubernur Propinsi Tapanuli dan Sumatra Timur Selatan, merupakan bagian dari Republik Indonesia Jogjakarta dengan Sibolga sebagai ibukotanya. Jabatan itu di pegang beliau sampai Negara Republik Indonesia Serikat bubar dan di ganti dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam negara kesatuan itu Propinsi Tapanuli dan Sumatera Timur Selatan, Propinsi Aceh, dan Langkat serta Tanah Karo dan negara Sumatera Timur di lebur menjadi satu propinsi yaitu propinsi Sumatera Utara selanjutnya Dr. Tobing diangkat sebagai Gubernur diperbantukan pada kementrian dalam negeri di Jakarta . Uang itu di cetak di Sitahuis, sebuah kampung di pinggir jalan Sibolga-Tarutung. 80 Setelah Dr. Tobing diangkat menjadi gubernur diperbantukan, beliau mulai mendirikan studio Rakyat Republik Indonesia di Sibolga. Kemudian atas usul Dr. Tobing yng didukung oleh menteri-menteri lain di bangunlah Universitas Tapanuli di beberapa tempat . 78 Hamid Panggabean, op.cit, hlm.157 79 . Edisaputra, Ibid, hlm.130 80 G.A Manullang, Perjuangan dan Riwayat Hidup DR. Ferdinand Lumban Tobing, Jakarta: Tanpa Penerbit, 1987, hlm.13, 14, 15 Universitas Sumatera Utara sesuai dengan karakter daerahnya seperti Fakultas Ekonomi di Sibolga, Fakultas Kedokteran di Tarutung, dan Fakultas PertanianKehewanan di Padang Sidempuan. Namun universitas itu tidak dapat bertahan lama karna kekurangan tenaga pengajar dan biaya operasional pemerintah, kemudian untuk meningkatkan perekonomian di Sibolga didirikanlah Sibolga Line dengan modal satu kapal ukuran 900 DWT berlayar menghubungkan Jakarta-Padang- Sibolga pulang pergi. Dari Jakarta membawa barang-barang bahan makanan, bahan bangunan, berbagai peralatan zat asam dalam tabung serta penompang tujuan Padang dan Sibolga. Dari Padang kapal tersebut membawa tambahan muatan semen padang untuk Sibolga. Kemudian dari Sibolga sebagian barang tersebut dikirimkan dengan kapal-kapal kecil sebagai feeder line keGunung Sitoli, pulau Telo, Sinabang, Singkil 81 Pada tahun 1947, A.M Djalaluddin diangkat menjadi kepala daerah di Sibolga di waktu jabatan beliau inilah Sibolga di bentuk menjadi daerah otonom tingkat B sesuai dengan surat keputusan Residen Tapanuli N.R.I Negara Republik Indonesia tanggal 29 November 1946 No. 999, dan selaku realisasi dari surat keputusan Gubernur Sumatera Utara N.R.I tanggal 17 Mei 1946 No.103, dan kota otonom Sibolga itu dipimpin oleh seorang Walikota yang dirangkapkan kepada Bupati Tapanuli Tengah. Luas wilayah kota diatur oleh Surat Keputusan Residen Tapanuli No.999, tanggal 19 November 1946 . Dengan demikian distribusi barang yang dibutuhkan Tapanuli Tengah dan pulai pulau di pantai Barat berjalan dengan lancar. 82 81 GA.Manullang, Ibid , yakni meliputi wilayah Sibolga On Omme Landen dikurangi Sarudik, Sibuluansipansiaporas, Pandan, Kalangan, Mela, Mela Dolok, dan Tapian na Uli. Sementara itu, status keresidenan Tapanuli lainnya 82 Erwin J. V Nababan, op.cit, hlm.20 Universitas Sumatera Utara dipecah menjadi beberapa wilayah kabupaten, yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Nias. Terhitung tanggal 24 November 1956 sejak berlakunya undang–undang darurat No. 8 tahun 1956, yang mengatur pembentukan daerah otonom kota-kota besar dalam lingkungan daerah propinsi Sumatera Utara, dimana dalam pasal 1 undang–undang darurat No.8 tahun 1956 itu ditetapkan pembentukan 4 kota besar yaitu : Medan, Pematang Siantar, Sibolga dan Kutaraja, menurut undang-undang darurat ini Sibolga menjadi kota besar, dengan batas wilayah sesuai dengan keputusan residen Tapanuli tanggal 29 November 1946 No.999. 83 Setelah keluarnya surat keputusan menteri dalam negeri tanggal 14 Desember 1957 No.u.p1521 diangkatlah D.E Sutan Radja Bungaran menjadi walikota Sibolga,dan sejak 1 Januari 1958 berakhir pula perangkapan jabatan Walikota Sibolga oleh Bupati kabupaten Tapanuli Tengah dan secara administratif menjadi daerah kotamadya di luar Kabupaten Tapanuli Tengah. 84 Pemerintahan ini berlaku hingga 1970. Masyarakat Sibolga banyak yang menjadi pegawai pada masa itu. 83 Prof. M.Solly Lubis, op.cit, hlm. 111 84 Wawancara dengan Suroto, 23 September 2013 di Sibolga Universitas Sumatera Utara

2.4 Mata pencaharian masyarakat 1970-2000