hubungan keagenan. Hubungan keagenan muncul ketika prinsipal mengontrak pihak lain agen untuk melakukan suatu tindakan yang
diinginkan oleh prinsipal. Dengan kontrak tersebut prinsipal mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen.
Ternyata hubungan tersebut konflik karena, baik prinsipal maupun agen, keduanya merupakan pihak yang mempunyai sifat, yaitu
memaksimumkan kesejahteraannya utility maximiser. Oleh sebab itu, tidak ada alasan yang dapat digunakan untuk menempatkan
keyakinan bahwa agen akan selalu bertindak untuk kepentingan prinsipal. Masalah keagenen muncul karena perilaku oportunis agen.
Agen cenderung memaksimumkan setiap peluang yang ada untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan
kepentingan prinsipal. Scott 1997 dalam Sulistiawan dkk. 2011 : 40 merangkum
pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba, antara lain:
1. Pola taking a bath
, pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi sangat tinggi atau rendah
dibandingkan laba periode tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang mengalami
masalah organisasi organizational stress atau sedang dalam proses pergantian pimpinan manajemen perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Pola income minimization
, pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola ini
relatif sering dilakukan dengan motivasi perpajakan dan politis.
3. Pola income maximization
, pola ini merupakan kebalikan dari pola income minimization
. Menurut pola ini, manajemen laba dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba
sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun beragam. Mulai dari menunda pelaporan biaya-biaya periode tahun berjalan ke periode mendatang,
pemilihan metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan produksi. Pola ini
biasanya banyak digunakan oleh perusahaan go public dengan tujuan menjaga kinerja saham mereka.
4. Pola income smoothing
, pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk
investor dan kreditor yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam mengambil keputusan. Stabilitas laba
ini dapat diperoleh dengan mengombinasikan dua pola tersebut, yaitu meminimalkan laba atau memaksimalkan laba.
Irfan, 2002 dalam Simamora, 2011 mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi manajemen agen dalam proses
menyusun pelaporan keuangan eksternal sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi untuk mendapatkan beberapa
keuntungan pribadi.
Universitas Sumatera Utara
Subramanyam dan Wild 2010 menjelaskan bahwa manajemen laba dapat berupa kosmetik, jika manajer memanipulasi
akrual yang tidak memiliki konsekuensi arus kas. Manajemen laba juga dapat terlihat nyata, jika manajer memilih tindakan dengan
konsekuensi arus kas dengan tujuan mengubah laba. Menurut Scott 1997 dalam Sulistyanto 2008, beberapa
motivasi terjadinya Earnings Management antara lain:
1. Bonuse Schemes