BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Setiap tahun perusahaan menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pihak-
pihak eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan masyarakat, sebagai dasar dari pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu
laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu yang merupakan bentuk
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang diberikan oleh pemilik. Maka dari itu, laporan keuangan harus menyajikan secara wajar
mengenai posisi keuangan, dan arus kas suatu entitas supaya tidak menyesatkan pengguna dalam menginterpretasikannya
.
Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan rugi laba, dan laporan ekuitas yang disusun berdasarkan akrual serta laporan arus kas yang
berdasarkan dasar kas. Oleh karena itu, dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer memodifikasi laporan
keuangan untuk menghasilkan jumlah laba earnings yang diinginkan. Generally accepted accounting principle
GAAP atau Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum PABU juga memberikan keleluasaaan
bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam menyusun laporan keuangan Veronica, 2003:328.
Universitas Sumatera Utara
Akuntansi akrual mempunyai keunggulan bahwa informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya berdasarkan akuntansi akrual
secara umum memberikan indikasi lebih baik tentang kinerja ekonomi perusahaan daripada informasi yang dihasilkan dari aspek penerimaan dan
pengeluaran kas terkini FASB 1978. Akuntansi akrual juga memiliki kelemahan. Wild et al. 2003 dalam Ahamad,dkk 2007 mengkritik
bahwa akuntansi akrual merupakan aturan yang tidak sempurna dan mengaburkan laporan keuangan yang bertujuan memberikan informasi
aliran kas dan kapabilitas perusahaan dalam menghasilkan kas. Kekaburan informasi ini diakibatkan akuntansi akrual yang ruwet dan rentan atas
manipulasi. Kerentanan ini disebut manajemen laba earnings management
. Manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan
intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba Schipper,
1989 dalam Panjaitan, 2012 .
Teori keagenan menggambarkan bahwa manajemen laba terjadi sebagai akibat dari kepentingan ekonomis yang
berbeda antara manajemen selaku agen dan pemilik entitas selaku prinsipal. Perbedaan kepentingan ekonomis ini bisa saja disebabkan atau menyebabkan
asymmetry kesenjangan informasi antara pemegang saham stakeholders
dan organisasi. Richardson, 1998 dalam Ujiyantho dan Pramuka,2007
Universitas Sumatera Utara
Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan statement keuangan menggunakan dasar akrual. Dengan menggunakan dasar akrual, transaksi
atau peristiwa lain diakui pada saat transaksi atau peristiwa lain tersebut terjadi bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan.
Sebagai konsekuensi penggunaan dasar akrual ini, dalam statement keuangan, laba dalam suatu perioda dapat mengandung unsur kas dan
akrual non kas. Unsur akrual dapat terjadi berdasarkan kebijakan manajemen discretionary accruals atau non-kebijakan manajemen
nondiscretionary accruals .
Peningkatan penjualan secara kredit seiring dengan pertumbuhan perusahaan tanpa perubahan kebijakan dapat merupakan contoh
nondiscretionary accruals . sedangkan perubahan biaya kerugian piutang
yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen dalam penentuan biaya kerugian piutang dapat dijadikan
contoh discretionary accruals. Dasar akrual ini mempunyai implikasi bahwa laba akuntansi antara lain ditentukan oleh besaran akrual baik yang
discretionary maupun nondiscretionary.
Menurut Lewitt, 1998 dalam Sulystianto 2008: 50 manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk menyetarafkan diri dengan inovasi
bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volalitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk
menutupi konsekuensi dari keputusan- keputusan manajer.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron,
Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT.
Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan financial reporting
yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi Panjaitan.2009, PT Perusahaan Gas Negara PGAS juga pernah
melakukan pelanggaran dengan menunda publikasi informasi material atas penurunan volume gas yang sudah diketahui manajemen sejak 12
September 2006, tetapi baru dipublikasikan pada maret 2007 Sulistiawan,2011.
Dengan melihat beberapa contoh kasus tersebut, sangat relevan bila ditarik suatu pertanyaan tentang efektivitas penerapan corporate
governance . Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci
dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang
saham dan stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu
perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja Deni, Khomsiyah dan Rika, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Mekanisme corporate governance dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik atau pemegang saham memperoleh pengembalian return
dari kegiatan yang dijalankan oleh agen atau manajer Schleifer dan Visny, 1997 dalam Panjaitan, 2012.
Ada dua point penting yang ditekankan dalam konsep ini, yaitu hak stocholders
dan stakeholders untuk memperoleh informasi akurat dan tepat waktu timeliness serta kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan
disclosure secara akurat, tepat waktu, dan trasnparan semua informasi mengenai perusahaan. Dengan kata lain, konsep Good Corporate
Governace menekankan pentingnya kesetaraan fairness, transparansi
transparancy, akuntanbilitas accountability, dan responsilitas responsibility informasi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan
Sulistyanto,2008. Beberapa penelitian menemukan hubungan positif antara mekanisme
corporate governance dan kinerja, seperti pada penelitian Darmawati dkk
2004 menggunakan indeks CGPI Corporate Governance Perception Index
dari hasil survei IICG Indonesia Institute for Corporate Governance
, menyimpulkan bahwa corporate governance baru bisa memiliki keterkaitan dengan kinerja operasi perusahaan tetapi belum
mampu mempengaruhi kinerja pasar perusahaan. Darmawati 2004 menyatakan bahwa perbedaan hasil penelitian
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain 1 perspektif teoritis yang diterapkan, 2 metodologi penelitian, 3 pengukuran kinerja, 4 perbedaan
Universitas Sumatera Utara
pandangan atas keterlibatan dewan dalam pengambilan keputusan. Fokus dari penelitian tersebut yaitu mengungkapkan adanya pengaruh tidak
langsung antara corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap kinerja.
Penelitian Maruf 2006 menyimpulkan bahwa good corporate governance
berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba, tetapi Dewan Direksi tidak berpengaruh terhadap reputasi auditor. Hasil penelitian ini
bebeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmawati 2003 yang menyatakan bahwa hanya satu variabel dalam mekanisme GCG,
yaitu kualitas hubungan perusahaan dengan stakeholders yang berhubungan negatif dengan praktik manajemen laba. Penelitian
Ningsiptiti 2010 meyimpulkan bahwa semua variabel corporate governance
berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan penelitian dari Isnanta 2007 yang menyimpulkan bahwa
good corporate governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba
tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian lain yang dilakukan Nasution dan Setiawan 2007 menyimpulkan bahwa komposisi
dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komite audit berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Berbeda dengan Nuryaman 2008 yang menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris tidak memberikan
pengaruh terhadap manajemen laba namun ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ujiyantho dan Pramuka
Universitas Sumatera Utara
2007 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba,
sedangkan kepemilikan manajerial dan keberadaan komisaris independen terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan menurut
penelitian Simamora 2011 mekanisme good corporate governance kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan
komisaris independen, dan proporsi komite audit tidak memberi pengaruh signifikan terhadap tindakan manajemen laba.
Banyaknya hasil-hasil peneliti terdahulu mengenai pengaruh penerapan mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba
membuat peneliti ingin meneliti kembali setiap variabel dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini merupakan replikasi dari
penelitian yang dilakukan oleh Simamora yang berjudul Analisa Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI . Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian
ini mengambil data dari perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar di BEI, Sedangkan penelitian terdahulu mengambil data dari
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Perbedaan lain penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah variabel independen yang digunakan.
Penelitian ini menggunakan variabel pengungkapan corporate governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris, Sedangkan penelitian terdahulu
Universitas Sumatera Utara
menggunakan variabel kepemilikan intitutional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris dan komite audit.
Alasan peneliti mengambil sampel pada perusahaan pertambangan dan perkebunan dikarenakan kedua bidang perusahaan ini merupakan
bidang yang menjanjikan untuk berkembang di Indonesia melihat potensi hasil bumi di indonesia yang besar namun pengelolaannya yang cukup
rendah dan adanya usaha-usaha untuk menarik investor yang dilakukan oleh pemerintah. Alasan lainnya dikarenakan penelitian yang
menggunakan sampel perusahaan sektor pertambangan dan perkebunan masih sedikit sehingga penulis mencoba untuk memakai sampel kedua
sektor tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: ” Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan , dan Dewan Komisaris Terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 -2012”
.
1.2 Perumusan Masalah