Uji Asumsi Klasik Hasil Penelitian

Tabel 4.3 Descriptive Statistics Setelah Transformasi SQRT Sumber: Data sekunder diolah Setelah dilakukan transformasi, terlihat bahwa standar deviasi masing-masing variabel mempunyai nilai yang lebih kecil daripada mean-nya. 1. Variabel Manajemen Laba DA memiliki nilai mean 0.9232 dan standar deviasi 0.21230. 2. Variabel Corporate Governance CG memiliki nilai mean sebesar 3.2144 dan standar deviasi 1.00558. 3. Variabel ukuran perusahaan ukuran memiliki nilai mean 9.4409 dan standar deviasi 0.77893. 4. Variabel Dewan Komisaris Dewan memiliki nilai mean 0.3519 dan standar deviasi 0.10828.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi variabel dependen, variabel independen atau N Minimum Maximum Mean Std. Deviation S.DA 54 ,35 1,94 ,9232 ,21230 CG 54 1,07 4,64 3,2144 1,00558 Ukuran 54 7,05 10,94 9,4409 ,77893 Dewan 54 ,00 ,67 ,3519 ,10828 Valid N listwise 54 Descriptive Statistics Universitas Sumatera Utara keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis grafik dan analisis statistik. Analisis grafik dapat dilihat dengan melihat grafik histogram ataupun dengan melihat grafik Normal Probability Plot. Uji normalitas yang pertama dengan melihat grafik histogram sebagaimana terlihat dalam gambar 4.1 di bawah ini : Gambar 4.1 Grafik Histogram Data Asli Sumber: Data sekunder diolah Universitas Sumatera Utara Dari gambar 4.1 terlihat bahwa pola distribusi mendekati normal, akan tetapi jika kesimpulan normal atau tidaknya data hanya dilihat dari grafik histogram, maka hal ini dapat membingungkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji normalitas dengan melihat Normal Probability Plot dapat dillihat pada gambar 4.2 berikut: Gambar 4.2 Normal Probability Plot Data Asli Sumber: Data sekunder diolah Universitas Sumatera Utara Grafik Normal Probability Plot pada gambar 4.2 di atas menunjukkan data terdistribusi secara tidak normal karena distribusi data residualnya tidak mengikuti arah garis diagonal garis normal. Pengujian normalitas data secara analisis statistik dapat pula dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov – Smirnov . Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai signifikansi di atas 0.05 Ghozali, 2009:165. Hasil pengujian normalitas pada pengujian terhadap 54 data terlihat dalam tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Data Asli Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa data belum terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 1.484 dengan nilai signifikansi 0.024. Hal ini menunjukkan bahwa data belum terdistribusi Unstandardized Residual 54 Mean ,0000000 Std. Deviation ,47967041 Absolute ,202 Positive ,202 Negative -,144 1,484 ,024 a. Test distributional is normal b. Calculated from data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. 2-tailed Universitas Sumatera Utara normal. Untuk memperoleh hasil terbaik maka dilakukan transformasi normal agar data menjadi lebih normal dengan menggunakan square root SQRT. Hasil pengujian normalitas yang kedua dapat terlihat dalam tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi SQRT Sumber: Data sekunder diolah Dari pengujian kedua terlihat bahwa data telah terdistribusi normal dengan nilai signifikansi diatas 0.05 yaitu sebesar 0.088. Hasil terakhir di atas juga didukung hasil analisis grafiknya, yaitu dari grafik histogram maupun grafik Normal Probability Plot -nya seperti gambar 4.3 dan 4.4 dibawah ini : Unstandardized Residual 54 Mean ,0000000 Std. Deviation ,20244771 Absolute ,170 Positive ,170 Negative -,126 1,249 ,088 a. Test distributional is normal b. Calculated from data Asymp. Sig. 2-tailed One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 Grafik Histogram Setelah Transformasi SQRT Sumber: Data sekunder diolah Gambar 4.4 Normal Probability Plot Setelah Transformasi SQRT Sumber: Data sekunder diolah Universitas Sumatera Utara Dengan melihat tampilan grafik histogram dapat disimpulkan bahwa pola distribusi data mendekati normal. Kemudian pada grafik normal probability plot terlihat titik-titik sebaran lebih mendekati dan mengikuti garis normal jika dibandingkan dengan grafik normal probability plot saat sebelum dilakukan transformasi ke square root.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Imflation Factor VIF dan nilai Tolerance, apabila nilai VIF 10 dan nilai Tolerance 0.1 maka terjadi multikolinearitas dan apabila nilai VIF 10 dan nilai Tolerance 0.1 maka tidak terjadi multikolineraritas. Hasil uji mutikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan aturan VIF Variance Inflation Factor dan Tolerance , maka apabila VIF melebihi angka 10 atau Tolerance kurang dari 0.10 maka dinyatakan terjadi gejala multikolinieritas, sebaliknya apabila harga VIF kurang dari 10 atau tolerance lebih dari 0.10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas. Data yang digunakan untuk uji multikolinearitas ini adalah data dari variabel independen setelah dilakukan transformasi SQRT. Dari tabel 4.6 diatas diketahui masing-masing nilai VIF sebagai berikut : a. Nilai VIF untuk variabel CG adalah 1.210 10 dan nilai tolerance variabel CG adalah 0.833 0.10 maka variabel CG dapat dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas. b. Nilai VIF untuk variabel ukuran adalah 1.251 10 dan nilai tolerance variabel Ukuran adalah 0.799 0.10 maka variabel Ukuran dapat dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Tolerance VIF Constant CG ,833 1,201 Ukuran ,799 1,251 Dewan ,952 1,050 Model 1 Collinearity Statistics Coefficients a Universitas Sumatera Utara c. Nilai VIF untuk variabel dewan adalah 1.050 10 dan nilai tolerance variabel dewan adalah 0.952 0.10 maka variabel dewan dapat dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas .

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, dengan dasar analisis Ghozali, 2005:139 a Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot di tunjukkan pada gambar 4.5 dibawah ini: Gambar 4.5 Grafik Scatterplot Sumber: Data sekunder diolah Pada grafik scatterplot di atas, terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model transformasi regresi yang digunakan. Universitas Sumatera Utara

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson Uji DW. Hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini : Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson Sumber: Data sekunder diolah Dari hasil uji autokorelasi Durbin–Watson dengan menggunakan spss 17 maka diperoleh nilai DW sebesar 1.892. Dengan melihat kriteria nilai uji Durbin–Watson yaitu 1,6800DW2,32 maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. 1 .301 a ,091 ,036 ,20843 1,892 a. Predictors: Constant, Dewan, CG, Ukuran b. Dependent Variable: S.DA Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Analisis Regresi Berganda

Dokumen yang terkait

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI)

0 8 22

Analisis Pengaruh Mekanismecorporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Pada Tahun 2012-2014

0 6 87

Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012-2014

0 8 104

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance (Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Komisaris, dan Komite Audit) Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

0 3 81

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2013.

0 6 14

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2013.

0 1 13

PENGARUH PENGUNGKAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2010.

0 2 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Agensi - Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 201

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah - Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012

0 0 10

Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012

0 0 12