Uji Stasioneritas Data Analisis Data dan Pembahasan

4.5.1 Uji Stasioneritas Data

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model ekonomi dengan data time series adalah dengan menguji stasioneritas pada data atau disebut juga dengan stasionary stochastic process. Berikut ini hasil uji akar-akar unit untuk variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu the Fed, Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225 dan IHSG, dengan menggunakan uji Augmented Dickey Fuller ADF. Tabel 4.5 Nilai Uji Stasioner Tingkat Level Variabel ADF Statistic Mackinnon critical value α=5 Kesimpulan IHSG -2.603768 -3.475305 Tidak Stasioner The Fed -7.070349 -3.475305 Stasioner Indeks Dow Jones -2.584004 -3.475305 Tidak Stasioner Indeks Nikkei225 -1.522787 -3.475305 Tidak Stasioner Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hanya variable The fed yang mengalami stasioner pada tarafn uji 5 di tingkat level, sedangkan variabel Indeks Harga Saham Gabungan IHSG, Indeks Nikkei225 dan Indeks Dow Jones tidak stasioner pada taraf uji 5 di tingkat level. Kriteria yang harus dipenuhi adalah semua variable harus stasioner pada taraf uji 5, dengan demikian maka dilanjutkan dengan pengujian akar unit pada tingkat first difference. Tabel 4.6 Hasil Uji Stasioneritas Variabel the Fed Dengan Trend dan Intercept t-Statistic Prob. Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.708050 0.0016 Test critical values: 1 level -4.098741 5 level -3.477275 10 level -3.166190 MacKinnon 1996 one-sided p-values. Universitas Sumatera Utara Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel the Fed adalah kurang dari α = 5 yaitu 0.0016 lebih kecil daripada 0.05 sehingga tidak terjadi unit root. Dengan kata lain bahwa untuk variabel the Fed pada tingkat first different dengan memasukkan unsur trend dan intercept tidak ditemukan akar unit atau unit root. Artinya, variabel the Fed yang digunakan dalam penelitian ini stasioner pada tingkat first different dengan tingkat signifikansi pada α = 5. Tabel 4.7 Hasil Uji Stasioneritas Variabel Indeks Dow Jones Dengan Trend dan Intercept t-Statistic Prob. Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.522576 0.0000 Test critical values: 1 level -4.096614 5 level -3.476275 10 level -3.165610 MacKinnon 1996 one-sided p-values. Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel Indeks Dow Jones adalah kurang dari α = 5 yaitu 0.0000 lebih kecil daripada 0.05 sehingga tidak terjadi unit root. Dengan kata lain bahwa untuk variabel Indeks Dow Jones pada tingkat first different dengan memasukkan unsur trend dan intercept tidak ditemukan akar unit atau unit root. Artinya, variabel Indeks Dow Jones yang digunakan dalam penelitian ini stasioner pada tingkat first different dengan tingkat signifikansi pada α = 5 . Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Hasil Uji Stasioneritas Variabel Indeks Nikkei 225 Dengan Trend dan Intercept t-Statistic Prob. Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.963520 0.0000 Test critical values: 1 level -4.096614 5 level -3.476275 10 level -3.165610 MacKinnon 1996 one-sided p-values. Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel Indeks Nikkei 225 adalah kurang dari α = 5 yaitu 0.0000 lebih kecil daripada 0.05 sehingga tidak terjadi unit root. Dengan kata lain bahwa untuk variabel Indeks Nikkei 225 pada tingkat first different dengan memasukkan unsur trend dan intercept tidak ditemukan akar unit atau unit root. Artinya, variabel Indeks Nikkei 225 yang digunakan dalam penelitian ini stasioner pada tingkat first different dengan tingkat signifikansi pada α = 5. Tabel 4.9 Hasil Uji Stasioneritas Variabel IHSG Dengan Trend dan Intercept t-Statistic Prob. Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.812074 0.0000 Test critical values: 1 level -4.096614 5 level -3.476275 10 level -3.165610 MacKinnon 1996 one-sided p-values. Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel IHSG adalah kurang dari α = 5 yaitu 0.0000 lebih kecil daripada 0.05 sehingga tidak terjadi unit root. Dengan kata lain bahwa untuk variabel IHSG pada tingkat first different dengan memasukkan unsur trend dan intercept tidak ditemukan akar unit atau unit Universitas Sumatera Utara root. Artinya, variabel IHSG yang digunakan dalam penelitian ini stasioner pada tingkat first different dengan tingkat signifikansi pada α = 5.

4.5.2 Penentuan Lag Length

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia

2 25 105

Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 18 83

Analisis Perbedaan Kinerja Reksadana Saham Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Dengan Metode Sharpe Dan Treynor Di Bursa Efek Indonesia

0 32 86

Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI, Dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 33 99

Analisis pengaruh harga emas dunia, variabel makro ekonomi dan indeks dow Jones terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa efek Indonesia ( BEI)

0 7 135

Analisis Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia 2008-2015

0 9 1

Pengaruh Indeks Dow Jones dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2013

4 26 123

Pengaruh Indeks Nikkei 225 Dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014

2 5 69

Pengaruh Suku Bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed Rate), Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang Seng Terhadap Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 - 2015.

0 0 14

PENGARUH INFLASI, BI RATE, KURS USDIDR, INDEKS SHCOMP, DAN INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Studi Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017)

0 0 9