lingkungan, yaitu dengan menerapkan metode ketahanan terimbas dan virokontrol dengan mikovirus Nugraheni 2010.
Menurut Prajnanta 1999, layu Fusarium biasa menyerang pada area penanaman cabai. Gejala awal dari penyakit layu Fusarium adalah pucat tulang-tulang
daun, terutama daun-daun atas , kemudian diikuti dengan menggulungnya daun yang lebih tua epinasti karena merunduknya tangkai daun, dan akhirnya tanaman menjadi
layu keseluruhan Agrios 1988. Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun, terutama daun-daun bawah. Kelayuan dapat terjadi sepihak.
Pada tanaman yang masih sangat muda penyakit dapat menyebabkan tanaman mati secara mendadak, karena pada pangkal batang terjadi kerusakan, sedangkan tanaaman
dewasa yanag terinfeksi sering dapat bertahan terus dan membentuk buah tetapi hasilnya sanagat sedikit dan kecil-kecil Semangun 2000.
2.6 Pengendalian Hayati Fungi Patogen Tanaman
Pengendalian jamur patogen tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan agen pengendali hayati. Agen pengendali hayati mikroba lebih aman digunakan karena
sedikit kemungkinan merugikan lingkungan dan mempunyai prospek yang baik, sehingga menjadi pilihan alternatif dari penggunaan pestisida Kobayashi et al. 2002.
Kesempatan untuk menemukan agen biokontrol untuk jamur patogen sangat besar, mengingat Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas yang tinggi. Mekanisme
penghambatan pertumbuhan oleh agen biokontrol terhadap jamur patogen tanaman dapat melalui antibiotik yang dihasilkannya Yuliar 2008.
Pengendalian hayati terhadap fungi patogen tanaman telah banyak dilakukan, diantaranya F. oxysporum penyebab penyakit rebah kecambah, layu fusarium pada
cabai Soesanto et al. 2008 ; Suryanto et al. 2010, penghambatan pertumbuhan jamur dari tiga tanaman ekonomi Sumatera Utara oleh bakteri kitinolitik Suryanto et al.
2010 G. boninense Wibowo 2008 penyebab penyakit busuk pangkal batang. Masih banyak lagi fungi patogen tanaman yang saat ini belum diketahui jenisnya dan
penanggulangannya secara biologis serta ramah lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2011 sampai Juli 2011, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: cawan petri petridish, nampan plastik ukuran 30 cm x 22 cm x 10 cm, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas beaker,
gelas ukur, pipet serologi, karet penghisap, spatula, hockey stick, jarum ose, autoklaf, oven, mikroskop, jangka sorong.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: sampel tanah dari Bangka yang diambil dari 19 titik pengambilan sampel, media Nutrien Agar
NA, Potato Dextrose Agar PDA, yeast extract, tripton, blank disc Oxoid dan ketokonazol, medium garam minimum kitin MGMK dengan pH 6,8, aquadest,
alkohol 70, Zat warna pewarnaan Gram, media-media uji Biokimia Triple Sugar Iron Agar TSIA, Simon’s Citrat Agar SCA, Sulfid Indol Motility SIM, Glukosa,
H
2
O
2
3, gelatin, aluminium foil, isolat jamur, Fusarium oxysporum dan Ganoderma boninense, yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi
Universitas Sumatera Utara. Isolat ditumbuhkan dalam media PDA dan diinkubasi pada suhu 25-30°C selanjutnya disimpan di dalam kulkas hingga saatnya digunakan.
3.3 Sumber Isolat dan Benih Cabai