Epidemiologi Patofisiologi SINDROMA METABOLIK 1 Definisi

Berdasarkan International Diabetes Federation IDF, Sindrom Metabolik adalah seseorang dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: 1. Obesitas abdominal Lingkar pinggang ≥ 80 cm untuk wanita dan ≥ 90 cm untuk pria 2. Peningkatan kadar trigliserida darah ≥ 150 mgdL 3. Penurunan kadar kolesterol HDL Pada Pria 40 mgdL dan 50 mgdL pada wanita 4. Peningkatan tekanan darah ≥130 mmHg≥ 85 mmHg atau sedang memakai obat anti hipertensi 5. Peningkatan glukosa darah puasa ≥ 10 0 mgdL atau sedang memakai obat anti diabetes. Alberti, 2006.

II.2.2 Epidemiologi

Sindroma metabolik merupakan masalah kesehatan utama di Negara Barat dan mengenai sekitar sedikitnya 20 dari orang dewasa dan sekitar 40 pada dewasa diatas 60 tahun. Selama periode 1988-1994 dan 1999- 2000, prevalensi sindroma metabolik meningkat menjadi 23,5 pada wanita dan 2,2 pada pria Johnson, 2007.Berdasarkan data dari NHANES III diperkirakan 47 juta orang di Amerika Serikat menderita sindroma metabolik Albala, 2008. Prevalensi pada pria berusia 20-29 tahun sekitar 14,9, 51,6 pada usia 60-69 tahun dan 46,6 untuk usia ≥ 70 tahun. Sementara prevalensi pada wanita berusia 20-29 tahun sekitar 12,1, pada usia 60-69 tahun menjadi 60,9 dan 57,8 pada wanita usia ≥ 70 tahun. Lloyd-Jones 2009 Universitas Sumatera Utara Prevalensi pada pria kulit putih, kulit hitam dan Mexican-American adalah 34,5, 24,5 dan 40,3. Untuk wanita kulit putih, kulit hitam dan Mexican-American sebesar 31,5, 36,4 dan 44. Lloyd-Jones 2009

II.2.3 Patofisiologi

Insulin dihasilkan oleh sel β pulau Langerhan dari organ pankreas. Glukosa merupakan pengatur sekresi insulin oleh sel β pankreas, walaupun asam amino, keton, berbagai nutrisi, peptida gastrointestinal dan neurotransmitter juga mempengaruhi sekresi insulin. Level glukosa 3,9 mmolL 70 mgdl merangsang sintesis insulin, terutama dengan meningkatkan translasi dan pengolahan protein. Powers, 2005 Homeostasis glukosa menggambarkan secara tepat keseimbangan antara produksi glukosa hati dan pengambilan serta penggunaan glukosa perifer. Insulin adalah penggerak utama dari keseimbangan ini. Pada saat puasa, level insulin yg rendah meningkatkan produksi glukosa dengan cara glukoneogenesis hati dan glikogenolisis. Glukagon juga merangsang glikogenolisis dan glukoneogenesis melalui hati dan ginjal. Level insulin yang rendah menurunkan sintesis glikogen dan pengambilan glukosa dari jaringan dan meningkatkan mobilisasi precursor simpanan. Powers,2005 Insulin mempunyai efek antiapoptosis, dimana pada binatang percobaan dengan penambahan insulin pada cairan reperfusi dijumpai pengurangan ukuran miokard infark sekitar 50. Sedangkan studi pada manusia, pemberian infus insulin dosis rendah dengan heparin dan agen trombolitik menunjukkan efek kardioprotektif. Selain itu efek anti inflamasi juga terdapat pada insulin hal ini didukung oleh eksperimen pada binatang Universitas Sumatera Utara percobaan bahwa pemberian insulin menunjukkan pengurangan mediator- mediator inflamasi IL- β, IL-6, macrophage migration inhibitor factor [MIF], Tumor Necrosis Factors- α TNF-α, dan expression of proinflammatory transcription factors CEBP C enhancer binding protein dan cytokines. Kemampuan insulin dalam efek antioksidan didukung dengan kemampuannya untuk menekan reactive oxygen species ROS Dandona, 2005. Insulin resistance didefinisikan sebagai gangguan metabolik yang ditandai dengan produksi insulin yang normal namun telah terjadi penurunan sensitivitas jaringan terhadap kerja insulin. Telah dilaporkan sejumlah individu dengan sindroma metabolik juga mengalami insulin resistance Powers, 2005; Arenillas, 2007. Insulin resistance merusak penggunaan glukosa oleh jaringan dan meningkatkan pengeluaran glukosa hati sehingga berkembang menjadi keadaan hiperglikemi. Powers, 2005 Insulin resistance dan hiperinsulinemia berhubungan dengan penurunan produksi endotelial yang berupa nitric oxide NO dan peningkatan oxidative stress. Johnson, 2007 Penyakit ginjal pada subjek dengan sindroma metabolik dihubungkan oleh obesitas viseral dan insulin resistance dengan cara mengaktivasi Renin Angiotensin System RAS dan oxidative stress di ginjal sehingga menyebabkan gangguan tekanan natriuresis¸sensitivitas garam terhadap tekanan darah, pengeluaran aldosteron, hipertensi glomerular vasokontriksi dan proliferasi dan ekspansi matriks. Ritz,2008 Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Pathomekanisme yang menghubungkan penyakit ginjal dengan sindroma metabolik Insulin resistance dengan kompensasi hiperinsulinemia Aktivasi Renin Angiotensi System Oxidative stress Akibat pada ginjal: Gangguan antara tekanan-natriuresis Insulin induced salt-sensitivity Pengeluaran aldosteron Glomerular hipertensi Disfungsi endotel Vasokonstriksi Ekspansi matriks Dikutip dari : Ritz E. 2008. Metabolic syndrome and Kidney disease. Blood Purification;26: 59-62 Oxidative stress didefinisikan sebagai suatu gangguan pada keseimbangan pro-oksidan dan anti-oksidan, yang dapat menimbulkan kerusakan jika keadaan pro-oksidan yang lebih banyak. Otak menggunakan jumlah oksigen yang relatif banyak, sehingga rentan terhadap oxidative stress. Pembentukan oksidan secara alami sewaktu transpor elektron mitokondrial, auto-oksidasi beberapa neurotransmitter dan kejadian sewaktu hipoksia atau iskemia sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Warner dkk,2004 dan Hansel dkk, 2004. Sindroma metabolik berhubungan dengan peningkatan oxidative stress sistemik terutama anion superoxide O 2 - . Akibat dari banyaknya O 2 - menyebabkan inaktif dari NO sehingga terjadi disfungsi endotel dan abnormalitas vaskular. Anion superoxide juga mempengaruhi oksidasi LDL sehingga menyebabkan terjadinya atherosklerosis. Sistem oksidasi Nicotinamide Adenin Dinucleotide Phospate NADPH merupakan pengahasil O 2 - yang sangat penting di dinding pembuluh darah, yang berada di sel endotel, sel otot polos, fibroblast dan infiltrat monosit makrofag. Universitas Sumatera Utara Overaktivitas dari oksidasi NADPH vaskular mungkin terlibat dalam terjadinya atherosklerosis. Fortuno dkk, 2006 Keadaan insulin resistant merupakan proinflammatory. Beberapa artikel menunjukkan netralisasi TNF- α dengan reseptor TNF-α yang dapat larut menyebabkan perbaikan sensitivitas insulin. Jadi, sitokin proinflammatory TNF- α merupakan mediator dari insulin resistance. Perluasan sindroma metabolik akibat terjadinya insulin resitance dapat dilihat pada Gambar 1. Dandona dkk, 2005. Gambar 1. Efek Insulin resistance pada sindroma metabolik terhadap vaskular Figure 1. Extension of metabolic syndrome on the basis of resistance to the novel actions of insulin. Dikutip dari : Dandona, P., Aljada,A. and Chaudhuri A. 2005. Metabolic syndrome. A Comprehensive Perspective Based on Interactions Between Obesity, Diabetes,and Inflammation. Circulation; 111: 1448-1454 Nitric oxide adalah gas inorganik yang berperan untuk mengkontrol aliran darah otak, trombogenesis dan modulasi aktivitas neuronal. Nitric oxide dihasilkan di sel endotelial, glia, neuron dan makrofag oleh 3 isofrom berbeda Universitas Sumatera Utara dari enzim nitric oxide synthase NOS. Nitric oxide synthase memperantarai perubahan L-arginin dan oksigen menjadi NO dan sitrullin Castillo, 2000 Dalam kondisi iskemik otak, konsentrasi tinggi dari NO yang ditimbulkan oleh aktivasi calcium-dependent dari constitutive neuronal NOS nNOS dan aktivasi inducible NOS iNOS di makrofag dan sel-sel lain yang menghalangi inflamasi dan aksi sitotoksik yang menyebabkan kematian neuronal. Castillo, 2000. Disregulasi dari sekresi faktor yang berasal dari jaringan lemak mis: adipokin seperti leptin, adiponectin, resistin, retinol berikatan dengan protein- 4, dan visfatin juga kemokine dan sitokin seperti tumor necrosis factor- α pada orang dengan obesitas berperan dalam terjadinya kondisi inflamasi kronis. Aktivasi dari imunitas bawaan lahir melalui Toll-like receptors menyebabkan peningkatan level asam lemak sehingga terjadinya inflamasi. Gangguan aktivitas mitokondria juga menyebabkan terjadinya insulin resistance pada pasien dewasa dan anak-anak dengan diabetes tipe-2. Arenillas, 2007. Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Mekanisme molekular yang melibatkan insulin resistance Figure 2. Molecular mechanisms involved in insulin resistance. Inflammatory signaling is triggered after activation of membrane receptors such as tumor necrosis factor receptors, Toll-like receptors, receptors for advanced glycation end products or by intracellular signals such as oxidative stress. This results in the activation of intracellular kinases I_B kinase, Jun kinase leading to phosphorylation of targets such as insulin receptor substrate-1 and to the activation of transcription factors such as nuclear factor _B or AP-1 responsible for the transcription of inflammatory genes. Defects in mitochondrial activity also lead to insulin resistance. Dikutip dari : Arenillas J.F, Moro M.A, and Davalos A. 2007. The metabolic syndrome and stroke. Potential treatment approach. Stroke; 38: 2196-2203.

II.3. GLOMERULAR FILTRATION RATE GFR