Hubungan antara jenis kelamin dengan nilai GFR pada Hubungan antara umur dengan nilai GFR pada penderita Hubungan antara jenis stroke dengan nilai GFR pada penderita

Pada subjek dengan sindroma metabolik kelompok usia terbanyak adalah 50-69 tahun yaitu 14 orang 31,8. Untuk subjek tanpa sindroma metabolik, kelompok usia terbanyak adalah 50-69 tahun yaitu 6 orang 13,6 dan usia ≥ 70 tahun yaitu 6 orang 13,6. Dari studi Johnson, 2007 sindroma metabolik mengenai sekitar sedikitnya 20 dari orang dewasa dan sekitar 40 pada dewasa diatas 60 tahun. Sementara studi dari Lloyd-Jones 2009 prevalensi sindroma metabolik pada pria berusia 20-29 tahun sekitar 14,9, 51,6 pada usia 60-69 tahun dan 46,6 untuk usia ≥ 70 tahun. Prevalensi pada wanita berusia 20-29 tahun sekitar 12,1, pada usia 60-69 tahun menjadi 60,9 dan 57,8 pada wanita usia ≥ 70 tahun. Berdasarkan studi kohort prospektif dari Kurl dkk, 2006 menunjukkan hubungan antara sindroma metabolik dengan resiko stroke iskemik pada pria usia pertengahan yang tidak menderita diabetes ataupun penyakit jantung. Sementara studi NHNES dari tahun 1999-2000, prevalensi pada usia 20-39 tahun dengan sindroma metabolik meningkat dari 10,7 pada pria dan 18 pada wanita menjadi 39,7 pada pria dan 46,1 pada wanita usia 60 tahun atau lebih

IV.2.2 Hubungan antara jenis kelamin dengan nilai GFR pada

penderita stroke dengan atau tanpa sindroma metabolik Pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan yang bermakna pada jenis kelamin. Berdasarkan jenis kelamin pada subjek dengan sindroma metabolik yang dihubungkan dengan nilai GFR, subjek terbanyak adalah laki- laki yaitu sebanyak 18 orang 66,7. Sementara untuk subjek tanpa Universitas Sumatera Utara sindroma metabolik subjek terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 11 orang 64,7. Studi dari Yahalom dkk, 2009 dijumpai nilai kreatinin serum serta nilai GFR lebih rendah pada wanita. Studi dari Lorenzo dkk, 2008 dijumpai pada laki-laki, nilai GFR yang rendah berhubungan dengan sindroma metabolik OR 6,89; 95 CI 2,03-23,4.

IV.2.3 Hubungan antara umur dengan nilai GFR pada penderita

stroke dengan atau tanpa sindroma metabolik Subjek dengan sindroma metabolik paling banyak ditemukan pada kelompok umur 50-69 tahun yaitu 14 orang 51,9. Dimana subjek tanpa sindroma metabolik yang paling banyak ditemukan pada kelompok umur 50- 69 tahun dan ≥ 70 tahun y aitu 6 orang 35,3. Namun pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan yang bermakna pada subjek dengan sindroma metabolik, tetapi dijumpai hubungan yang bermakna pada subjek tanpa sindroma metabolik. Studi dari Johnson dkk, 2007 menunjukkan bahwa sindroma metabolik pada pasien dengan penyakit ginjal dijumpai pada usia tua. Studi dari Yahalom dkk, 2009 dijumpai nilai kreatinin serum serta nilai GFR lebih rendah pada subjek dengan usia tua. Universitas Sumatera Utara

IV.2.4 Hubungan antara jenis stroke dengan nilai GFR pada penderita

stroke dengan atau tanpa sindroma metabolik. Pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara jenis stroke yaitu stroke iskemik dan stroke hemorragik dengan nilai GFR. Studi dari Kavalci dkk, 2010 menunjukkan bahwa gangguan fungsi ginjal merupakan faktor resiko untuk stroke terutama stroke hemorragik. Hal ini mungkin disebabkan oleh disfungsi platelet akibat penyakit ginjal kronik sehingga kecendrungan terjadi perdarahan meningkat meskipun penurunan GFR hanya sedikit. Studi dari Nakayama dkk, 2007 mendapatkan bahwa gangguan fungsi ginjal merupakan faktor resiko terjadinya stroke iskemik dan stroke hemorragik. Sementara studi dari Kobayashi dkk, 2004 menunjukkan bahwa infark lakunar serebral lebih sering pada pasien dengan penurunan nilai GFR. Studi Ikram dkk, 2008 dijumpai karakteristik dari gangguan ginjal berupa disfungsi endotelium glomerular dan lipohyalinosis, yang mana keduanya merupakan gambaran penyakit pembuluh darah kecil di ginjal yang juga indikasi adanya penyakit pembuluh darah kecil di otak yang meningkatkan resiko terjadinya stroke.

IV.2.5 Hubungan antara faktor resiko dengan nilai GFR pada