Hubungan antara faktor resiko dengan nilai GFR pada Hubungan antara riwayat stroke dengan nilai GFR pada Perbedaan nilai GFR pada penderita stroke dengan atau tanpa

IV.2.4 Hubungan antara jenis stroke dengan nilai GFR pada penderita

stroke dengan atau tanpa sindroma metabolik. Pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara jenis stroke yaitu stroke iskemik dan stroke hemorragik dengan nilai GFR. Studi dari Kavalci dkk, 2010 menunjukkan bahwa gangguan fungsi ginjal merupakan faktor resiko untuk stroke terutama stroke hemorragik. Hal ini mungkin disebabkan oleh disfungsi platelet akibat penyakit ginjal kronik sehingga kecendrungan terjadi perdarahan meningkat meskipun penurunan GFR hanya sedikit. Studi dari Nakayama dkk, 2007 mendapatkan bahwa gangguan fungsi ginjal merupakan faktor resiko terjadinya stroke iskemik dan stroke hemorragik. Sementara studi dari Kobayashi dkk, 2004 menunjukkan bahwa infark lakunar serebral lebih sering pada pasien dengan penurunan nilai GFR. Studi Ikram dkk, 2008 dijumpai karakteristik dari gangguan ginjal berupa disfungsi endotelium glomerular dan lipohyalinosis, yang mana keduanya merupakan gambaran penyakit pembuluh darah kecil di ginjal yang juga indikasi adanya penyakit pembuluh darah kecil di otak yang meningkatkan resiko terjadinya stroke.

IV.2.5 Hubungan antara faktor resiko dengan nilai GFR pada

penderita stroke dengan atau tanpa sindroma metabolik Pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan bermakna antara faktor resiko seperti hipertensi, diabetes mellitus dan dislipidemia dengan nilai GFR. Studi Chen dkk, 2004 menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah ≥ 13085 mmHg atau nilai glukosa serum ≥ 6,1 mmolL ≥ 110 mgdL Universitas Sumatera Utara berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit ginjal kronis. Selain itu kolesterol HDL rendah dan peningkatan kadar trigliserida juga berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit ginjal. Sementara studi dari Muntner dkk, 2000 dijumpai peningkatan serum trigliserida dan penurunan kolesterol HDL memprediksi terjadinya gangguan ginjal pada 12728 partisipan. Studi Lorenzo dkk, 2008 menunjukkan bahwa hubungan yang tidak bermakna penurunan GFR dengan hipertensi dan hipertrigliseridemia.

IV.2.6 Hubungan antara riwayat stroke dengan nilai GFR pada

penderita stroke dengan atau tanpa sindroma metabolik Pada penelitian ini, ada atau tidaknya riwayat stroke pada subjek dengan sindroma metabolik setelah dihubungkan dengan nilai GFR menunjukkan hasil yang bermakna p = 0,00. Sementara pada subjek tanpa sindroma metabolik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Munther dkk, 2002 didapatkan bahwa adanya riwayat penyakit stroke sering djumpai pada penderita end stage renal disease ESRD. Perbandingan Odds ratio ESRD antara subjek dengan dan tanpa riwayat infark miokard dan stroke adalah 3,6 95 CI, 2,0-6,5 dan 11,1 95 CI, 4,3-28,6. Odds ratio untuk ESRD meningkat dalam 5 tahun pada penderita stroke OR 14,9; 95 CI. 1,8-125. Universitas Sumatera Utara

IV.2.7 Perbedaan nilai GFR pada penderita stroke dengan atau tanpa

sindroma metabolik Didapatkan perbedaan yang bermakna antara nilai GFR pada penderita stroke dengan sindroma metabolik dan penderita stroke tanpa sindroma metabolik p = 0,001 pada penelitian ini. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Chen dkk, 2004 didapatkan hubungan yang kuat, positif dan bermakna antara sindroma metabolik dan resiko penyakit ginjal, dimana resiko penyakit ginjal meningkat secara progresif dengan semakin banyaknya komponen sindroma metabolik. Selain itu insulin resistance juga berhubungan dengan resiko penyakit ginjal. Studi dari Tanaka dkk, 2006 menunjukkan bahwa sindroma metabolik secara bermakna menyebabkan penyakit ginjal kronis odds ratio 1,54. Studi dari Johnson dkk, 2007 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi sindroma metabolik pada pasien penyakit ginjal stadium 4 dan 5. Studi dari Ritz, 2008 mendapatkan bahwa penyakit ginjal pada subjek dengan sindroma metabolik dihubungkan oleh obesitas viseral dan insulin resistance dengan cara mengaktivasi RAS dan oxidative stress di ginjal sehingga menyebabkan gangguan tekanan natriuresis¸sensitivitas garam terhadap tekanan darah, pengeluaran aldosteron, hipertensi glomerular vasokontriksi dan proliferasi dan ekspansi matriks. Sementara berdasarkan studi yang dilakukan oleh Arenillas dkk, 2007 mendapatkan bahwa defek dari kerja insulin dapat menyebabkan abnormalitas metabolisme glukosa, dislipidemia, peningkatan tekanan darah abnormalitas dari reaktivitas pembuluh darah, disfungsi endotel, inflamasi Universitas Sumatera Utara kronik dan prothrombotic phenotype. Sehingga insulin resistance merupakan patofisiologi yang penting untuk terjadinya faktor resiko vascular. Kemudian studi dari Dandona dkk, 2005 menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi Free Fatty Acid FFA di plasma memegang peranan penting pada patogenesis terjadinya insulin resistance dengan menghambat tranduksi sinyal insulin. Perbandingan peningkatan FFA di plasma pada subjek normal dan obesitas, didapatkan hasil bahwa subjek dengan obesitas menginduksi terjadinya oxidative stress, inflamasi dan reaktivitas subnormal dari pembuluh darah, juga sebagai penyebab ternjadinya insulin resistance. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data yang diperoleh pada penelitian ini disimpulkan bahwa : 1. Dari 27 orang penderita stroke dengan sindroma metabolik, terdiri dari 18 pria 40,9 dan 9 20,5 wanita. Rerata usia subjek adalah 56,7 tahun dengan rentang usia 33-79 tahun, dimana kelompok usia terbanyak adalah 50-69 tahun dan terkecil adalah usia ≥ 70 tahun. 2. Sementara itu sebanyak 17 orang penderita stroke tanpa sindroma metabolik, terdiri dari 6 pria 13,6 dan 11 25 wanita. Rerata usia subjek adalah 58 tahun dengan rentang usia 34-83 tahun. Kelompok usia terbanyak adalah 50-69 tahun dan ≥ 70 tahun. Sedangkan jumlah terkecil adalah pada usia 31-49 tahun. 3. Tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan nilai GFR baik pada subjek dengan sindroma metabolik .p = 0,210 maupun yang tidak p = 0,754 4. Dijumpai hubungan yang tidak bermakna antara nilai GFR dengan umur pada subjek dengan sindroma metabolik p = 0,523 tetapi pada subjek tanpa sindroma metabolik dijumpai hubungan yang bermakna p = 0,002 5. Dijumpai hubungan yang tidak bermakna antara jenis stroke dengan nilai GFR pada subjek dengan sindroma metabolik p = 0,228 maupun yang tidak p = 0,309. Universitas Sumatera Utara