PemerintahAceh, sehingga membuat perawat tersebut dapat memaklumi beban kerja yang mereka alami.
Selain itu peneliti berasumsi bahwa stres kerja yang diakibatkan beban kerja sedang dapat berkurang menjadi stres kerja yang ringan dikarenakan pada setiap
pekerjaan, perawat diselingi oleh sikap lucu pasien sakit jiwa seperti: sering tertawa sendiri, suka berbicara dan bernyanyi sendiri dan sering mengikuti gerakan yang
dilakukan oleh perawat, sehingga setiap ketegangan dalam bekerja dapat berkurang.
5.4. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa Bekerja dan Beban Kerja terhadap
Stres Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendidikan, terhadap stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh p
≥0,05. Menurut asumsi peneliti pendidikan tidak berpengaruh terhadap stres kerja
dikarenakan tingkat pendidikan seseorang hanya mampu meningkatkan pengetahuan seseorang dan bukanlah meningkatkan cara seseorang dalam menghadapi setiap
permasalahannya. Sehingga walaupun tingkat pendidikan seseorang lebih baik, belum tentu dapat mengatasi stres kerja yang dialami pada saat bekerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Munandar 2008, yang menyebutkan bahwa pendidikan tidak berhubungan dengan coping
perawat dalam menghadapi stres kerja, hal ini dapat dijelaskan bahwa belum tentu seseorang yang berpendidikan tinggi dapat mengurangi tingkat stres yang dialaminya
dibandingkan yang berpendidikan rendah, karena stres merupakan masalah psikologi Jurnal medika, 2009. Penelitian ini juga sejalan dengan Windarso 2004,
Universitas Sumatera Utara
menyebutkan bahwa pendidikan perawat secara langsung dapat memengaruhi pengetahuan dan pelaksanaan asuhan keperawatan namun tidak memberikan dampak
pada stres kerja. Sementara itu masa bekerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh p0,05. Menurut asumsi peneliti, masa bekerja mempunyai pengaruh dengan stres kerja dikarenakan
pengalaman yang dimiliki perawat dalam melaksanakan pekerjaannya yang menyebabkan perawat lebih cekatan dalam menghadapi masalah dengan
pekerjaannya tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti 2006,
seseorang yang telah bekerja lebih dari 10 tahun umumnya mempunyai strategi coping dalam menghadapi masalah lebih baik daripada mereka yang baru bekerja,
demikian juga dengan beban kerja, beban kerja memiliki proporsi paling tinggi dalam memengaruhi stres kerja seseorang, semakin berat beban dalam bekerja maka
semakin tinggi stres kerjanya. Akan tetapi, masa bekerja tidaklah menjadi faktor yang paling dominan
memengaruhi stres kerja. Menurut asumsi peneliti, hal ini dikarenakan perawat memiliki keterbatasan fisik dan mental dalam menjalankan pekerjaannya, walaupun
pengalaman kerja telah membuktikan bahwa perawat dengan masa kerja yang lama lebih mampu untuk menangani stres kerja dibandingkan perawat yang masih baru
dam bekerja. Akan tetapi, dikarenakan beban kerja yang diberikan melebihi kapasitas dan dilakukan secara terus menerus atau rutin, maka faktor masa bekerja bukanlah
Universitas Sumatera Utara
menjadi faktor yang paling dominan dalam memengaruhi stres kerja. Sementara itu beban kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap stres
kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh p0,05. Menurut asumsi peneliti, hal ini dikarenakan ketidakmampuan perawat dalam menjalankan
pekerjaannya yang telah melebihi kapasitasnya sebagai perawat. Hal ini terlihat dari jumlah pasien yang banyak dan melebihi dari daya tampung rumah sakit tersebut.
Hal ini sesuai dengan pendapat W.S. Ehnert bahwa apabila beban kerja yang diberikan kepada pekerja berlebihan atau melebihi kapasitasnya akan berdampak pada
gejala stres kerja berupa insomnia tidak dapat tidur, lekas marah, kecanduan alkohol, perubahan dalam hal nafsu makan, apatis, hubungan yang tegang, penilaian
yang tidak baik, kesalahan yang meningkat, kurangnya kejelasan, keragu-raguan, pengunduran diri, hilangnya, perspektif, dan ingatan yang kurang.
Beban kerja menjadi faktor yang paling dominan memengaruhi stres kerja. Hal ini dikarenakan menurut asumsi peneliti beban kerja yang dialami perawat sering
melewati kapasitas kerjanya, sehingga dalam kesehariannya perawat dihadapi dengan jumlah pasien yang banyak, sementara jumlah perawat tidak mencukupi. Walaupun
pengalaman kerja bisa mencegah terjadinya stres kerja, akan tetapi jika perawat dihadapkan pada masalah beban kerja yang sering melewati kapasitas kerja, tentunya
perawat lama kelamaan akan mudah mengalami stres kerja dikarenakan tidak mampu menangani setiap permasalahan yang mucul dalam pekerjaannya. Hal inilah yang
sering terjadi pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh yang menyebabkan faktor beban kerja lebih dominan memengaruhi stres kerja.
Universitas Sumatera Utara
5.5. Keterbatasan Penelitian