3 Gejala kognitif, berupa keluhan seperti susah berkonsentrasi, keputus asaan,
mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau. 4
Gejala interpersonal, berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder, kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan mudah
mempersalahkan orang lain. 5
Gejala organisasional, berupa meningkatnya keabsenan dalam kerjakuliah,
menurunnya produktivitas, ketegangan dengan rekan kerja, ketidakpuasan kerja dan menurunnya dorongan untuk berpretasi.
2.2.6. Dampak Psikofisiologis dari Stres
Dampak negatif yang terjadi akibat stres dapat dijelaskan menurut teori sindrom adaptasi umum General Adaptation System dari Selye. Menurut Selye
Rice, 1992 ada 3 tahap yang disebut sebagai sindrom adaptasi umum , yaitu berikut ini.
Tahap pertama : reaksi alarm alarm reaction. Reaksi alarm terjadi ketika stimulasi pertama kalinya dari stresor yang menimbulkan ketegangan yang diterima
oleh reseptor. Selama tahap ini, sistem simpatetik dan kelenjar-kelenjar tubuh mulai mengeluarkan hormon-hormonnya untuk tujuan penciptaan energi tubuh menghadapi
tegangan. Jika ketegangan itu terus terjadi maka tubuh akan memasuki tahap berikutnya.
Tahap kedua : resistensi resistence. Selama tahap ini tubuh terus menerus mengeluarkan energinya untuk bertahan dan melawan ketegangan yang ada. Hormon-
hormon stres mulai meningkat kadarnya di dalam tubuh seperti adrenalin,
Universitas Sumatera Utara
noradrenalin, dan kortisol. Semua hormon-hormon itu digunakan untuk memberi energi pada tubuh untuk melawan ketegangan. Keadaan ini akan menyebabkan
sistem-sistem pertumbuhan dalam tubuh akan terganggu fungsinya. dan jika ketegangan masih terus berlangsung tubuh akan masuk pada tahap akhir.
Tahap ketiga : kelelahan exhaustion. Selama tahap ini tubuh telah kehabisan energi untuk terus menerus melawan ketegangan-ketegangan yang ada sehingga jika
hal ini terus berlangsung akan berdampak negatif karena rusaknya sistem-sistem pertumbuhan di dalam tubuh. Dampak tersebut antara lain timbulnya penyakit
jantung, maag, hipertensi, migrain, diabetes, dan lain sebagainya. Beberapa dampak negatif dari stres yang berlebihan telah diteliti oleh
beberapa ahli diantaranya dapat menyebabkan serangan jantung Haskel, 1987 penurunan kekebalan tubuh dan peningkatan pertumbuhan tumor Rice, 1986,
ketidak hadiran kerja dan turn over Crampton dkk, 1995, dalam Safaria dan Safutra, 2009.
2.2.7. Klasifikasi Stres
Potter dan Perry 1998, dalam Rasmun, 2004, mengklasifikasikan stres menjadi 3 yaitu :
1 Stres ringan, biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebalikmya stres sedang
dan berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya, lupa ketiduran, kemacetan, dikritik. Situasi
seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam. Situasi seperti ini nampaknya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi
Universitas Sumatera Utara
terus menerus. 2
Stres sedang, terjadi lebih lama, beberapa jam sampai beberapa hari, contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebih, mengharapkan
pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu yang lama, Situasi seperti ini dapat bermakna bagi individu yang mempunyai faktor predisposisi suatu
penyakit koroner. 3
Stres berat, adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan financial
dan penyakit fisik yang lama. 2.3. Stres kerja
2.3.1. Pengertian Stres Kerja