sebaiknya instansi pelayanan kesehatan menggunakan keterampilan sebagai dasar perhitungan kompensasi. Kepada perawat juga perlu dijelaskan bahwa kompensasi
yang diberikan, dihitung berdasarkan keterampilan dan kemampuannya menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada perawat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Munandar 2008 yang menyebutkan bahwa pendidikan tidak berhubungan dengan coping
perawat dalam menghadapi stress kerja, hal ini dapat dijelaskan bahwa belum tentu seseorang yang berpendidikan tinggi dapat mengurangi tingkat stress yang
dialaminya dibandingkan yang berpendidikan rendah, karena stress merupakan masalah psikologi Jurnal medika, 2009.
Menurut asumsi peneliti tidak adanya hubungan pendidikan dengan stress kerja disebabkan karena pendidikan hanya mampu meningkatkan pengetahuan
petugas dalam memahami apa yang harus dikerjakannya tanpa bisa membuatnya terbebani dari masalah yang dialaminya. Perawat hanya dibekali pendidikan formal
untuk dapat menjalani setiap pekerjaannya, dimana pada pendidikan formal tidak diajarkan bagaimana untuk mengendalikan stres dalam menghadapi beban kerja. Oleh
karena itulah pendidikan tidak memiliki hubungan dengan stres kerja.
5.2 Masa Bekerja dan Stres Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 69 responden yang bekerja ≤ 5
tahun ternyata 56 orang diantaranya 81,2 mengalami stress ringan dalam bekerja dan dari 51 orang responden yang bekerja 5 tahun ternyata 49 orang diantaranya
Universitas Sumatera Utara
96,1 mengalami stress ringan dalam bekerja Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 ada hubungan antara masa bekerja dengan
stress kerja. Menurut Darsomo 2005, masa bekerja merupakan masa dimana seorang
pegawai dihitung bekerja di suatu perusahaan atau instansi, masa bekerja yang berkaitan langsung dengan pengalaman kerja seseorang, semakin lama seseorang
bekerja maka semakin banyak pengalaman kerja yang diperolehnya. Dalam kaitannya dengan stress kerja, menurut penelitian yang dilakukan oleh Nazrullah 2006,
seseorang yang sudah berpengalaman dalam bekerja cenderung dapat mengatasi semua permasalahan yang dihadapinya selama bekerja, hal ini tentu saja berkaitan
dengan tingkat stress kerja. Menurut asumsi peneliti, masa bekerja terkait langsung dengan stress kerja,
seorang petugas kesehatan jiwa yang sudah bekerja 5 tahun akan mempunyai pengalaman yang banyak saat mengatasi pasien jiwa dengan berbagai kondisi
sehingga mereka dapat dengan mudah mengatasi semua masalah yang dihadapinya saat bekerja. Akan tetapi, perawat yang bekerja di bawah 5 tahun, dirasakan peneliti
belum mencukupi dalam hal pengalaman dalam menghadapi pasien dengan berbagai kondisi, sehingga perawat lebih mudah untuk mengalami stres kerja dikarenakan
belum mendapatkan kiat dalam menghadapi pasien tersebut secara maksimal.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja
Hasil penetlitian menunjukkan bahwa dari 25 responden yang mempunyai beban kerja ringan ringan ternyata 23 orang 92,0 mempunyai stress kerja ringan,
dari 84 orang yang mempunyai beban kerja sedang ternyata 75 orang diantaranya 89,3 mempunyai stress kerja ringan dan dari 11 orang yang menyatakan
mempunyai beban kerja berat ternyata 7 orang diantaranya mempunyai stress kerja ringan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 ada
hubungan antara beban kerja dengan stress kerja. Menurut Utomo 2008, beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah
kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik
untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan
menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja
merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi
jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan
sumberdaya manusia. Banyak hal yang dapat menyebabkan pegawai mengalami stres kerja, seperti
kondisi kerja, seperti people decisions, kondisi fisik yang berbahaya, pembagian
Universitas Sumatera Utara
waktu kerja, kemajuan teknologi technostres, beban kerja yang kurang work underload dan beban kerja yang berlebihan work overload. Seringkali beban kerja
yang berlebihan work overload diakibatkan oleh pegawai sendiri yang selalu menunda dan tidak dapat mengatur jadwal dalam menyelesaikan tugasnya, namun
terkadang pegawai menunda mengerjakan tugasnya diakibatkan karena pekerjaan yang terlalu mudah ataupun sedikit Pada umumnya pegawai yang memiliki beban
kerja yang tinggi cenderung menimbulkan stres kerja, hal ini juga dipengaruhi oleh lama bekerja dan faktor internal pegawai Buchari, 2007.
Stres ditempat kerja adakalanya berguna untuk menimbulkan persaingan yang dinamis dalam rangka meningkatkan kinerja, tetapi juga merupakan penghalang bagi
kreatifitas dan prestasi kerja jika stres kerja tidak dikelola dengan baik. Jika tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak ada, prestasi kerja cenderung rendah, sejalan dengan
meningkatnya stres, prestasi kerja juga naik, karena stres membantu perawat untuk mengerahkan segala sumber daya dalam memenuhi berbagai persyaratan atau
kebutuhan pekerjaan. Stres pada tingkat tertentu bertindak sebagai stimulus atau dorongan untuk bertindak, namun ketika stres meningkat sampai pada fase kelelahan
maka prestasi kerja dapat menurun secara dratis. Kondisi ini terjadi karena perawat akan lebih banyak menggunakan waktunya untuk melawan stres dari pada untuk
melaksanakan tugasnya. Kondisi kerja berupa situasi kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang
diterapkan, hubungan sosial kerjasama antar petugas yang dapat mengakibatkan ketidak nyamanan bagi pekerja. Demikian juga dengan beban kerja baik secara
Universitas Sumatera Utara
kuantitas dimana tugas-tugas yang harus dikerjakan terlalu banyaksedikit maupun secara kualitas dimana tugas yang harus dikerjakan membutuhkan keahliahan. Bila
banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stres.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siswanto 2007, menunjukan bahwa ada beberapa fenomena yang terjadi berkaitan dengan stress kerja diantaranya adalah
tingginya jumlah pasien mondok sehingga beban kerja meningkat, banyaknya pasien yang memerlukan tindakan perawatan medis, tingkat pendidikan dan lama masa
bekerja yang berbeda, hubungan antar karyawan yang kurang harmonis Penulis berasumsi bahwa beban kerja mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan stress kerja, semakin banyak beban kerja maka tingkat stress semakin tinggi demikian sebaliknya. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah pasien yang berkunjung
ke Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh yang melebihi daya tampung rumah sakit tersebut. Bertambahnya jumlah pasien ini dikarenakan program Jaminan Kesehatan
Aceh dari Pemerintah Aceh yang memberikan pelayanan gratis kepada masyarakatnya. Akan tetapi, jumlah pasien yang bertambah ini tidak didukung oleh
jumlah tenaga perawat yang memadai. Sehingga, kelebihan beban tugas inilah yang menimbulkan stres kerja pada perawat Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh.
Beban kerja pada tingkat sedang mengalami stres kerja tingkat ringan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan menurut asumsi peneliti bahwa setiap perawat di Rumah
Sakit Jiwa Pemerintah Aceh mendapatkan insentif yang cukup memadai dari
Universitas Sumatera Utara
PemerintahAceh, sehingga membuat perawat tersebut dapat memaklumi beban kerja yang mereka alami.
Selain itu peneliti berasumsi bahwa stres kerja yang diakibatkan beban kerja sedang dapat berkurang menjadi stres kerja yang ringan dikarenakan pada setiap
pekerjaan, perawat diselingi oleh sikap lucu pasien sakit jiwa seperti: sering tertawa sendiri, suka berbicara dan bernyanyi sendiri dan sering mengikuti gerakan yang
dilakukan oleh perawat, sehingga setiap ketegangan dalam bekerja dapat berkurang.
5.4. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa Bekerja dan Beban Kerja terhadap